8

44 6 0
                                    

"Karena apapun yang terjadi
Jawabannya sudah pasti
Asa jatuh hati
Lagi dan lagi."
-Asa

___

Setelah kenyang dengan traktiran Abil dan Doni–ralat, sebenernya traktiran dari Om Shua, Asa memutuskan untuk pergi ke taman belakang rumah Om Yohan ini. Langkah kaki Asa terhenti kala melihat Vernon yang duduk di bangku dekat pohon rindang di sana.

Sejak kapan dia disitu? Asa bahkan tidak menyadari ketidak hadiran Vernon di ruang tamu saat dirinya sibuk bercanda dengan Bang Alan serta Mas Ahmad sambil merencanakan hunting fotonya besok.

"Sendirian?" Ucap Asa lalu duduk di samping Vernon tanpa seizin pemuda itu.

Vernon hanya menggumam sebagai balasan. "Sa," Asa menengok kala Vernon memanggilnya. "Lo beneran suka sama gue?"

"Asa juga berharap ini bohongan. Biar sakit hatinya jadi gaib." Penyataan Asa cukup untuk menjawab pertanyaan Vernon barusan. "Vernon, Asa cuma minta dihargai bukan balik dikasih hati." Asa tersenyum.

Vernon menatap Asa tapi sedetik kemudian dia mengalihkan pandangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vernon menatap Asa tapi sedetik kemudian dia mengalihkan pandangannya. "Kenapa harus gue?" Tanyanya entah pada siapa. Entah pada Asa atau pada dirinya sendiri. Terlalu ambigu bagi Asa.

"Kenapa harus orang lain?" Bagi Asa, Vernon itu teka-teki, misteri, juga ujian tanpa kunci jawaban. Asa menghela napas panjang. "Kenapa harus lo? Karena lo pantas untuk dicintai."

Vernon sedikit tersentak dengan jawaban Asa barusan. Otaknya masih menafsir perkataan Asa. Mulutnya kelu untuk sekedar membantah omongan Asa seperti biasa.

Sebenarnya pertemuan Asa dan Vernon itu sangat memalukan. Bermula ketika Bang Arsa membawa teman-temannya ke rumah waktu Asa baru bangun tidur. Saat itu Asa masih SMA kelas 11 yang libur karena kelas 12 ada UN.

Bang Arsa dengan kasar menggedor-gedor pintu kamar Asa menyuruhnya untuk membuatkan minum, dan dengan terpaksa Asa menurut walaupun muka dia masih bau bantal dan rambut dia obrak-abrik tak karuan serta piyama panjang hello kitty nya yang masih melekat ditubuhnya.

Asa masih sambil menguap meletakkan es jeruk sejumlah permintaan Bang Arsa keatas meja satu persatu. Dia baru sadar saat menghitung dalam hati gelas yang dirasa Asa terlalu banyak bukan seperti biasanya. Oh ternyata, geng Abangnya ketambahan personil. Disitu dikenalkannya Dino dan Kevin yang sebenernya Asa sudah kenal siapa Kevin. Formalitas doang kata Bang Arsa.

Waktu itu Asa suruh nunggu sebentar karena satu lagi masih dikamar mandi. Dengan terpaksa lagi Asa duduk di samping Bang Arsa lalu menyenderkan kepala ke bahu abangnya sambil menguap beberapa kali.

Vernon yang sudah kembali dari kamar mandi sedikit terkejut melihat penampilan Asa dihadapannya. Sedangkan Asa sendiri masih terpaku melihat baju Vernon yang menyakitkan mata. Baju merah, Celana hijau, topi hitam, dan sepatu kuning yang bagi Asa sangat tidak nyatu sama sekali.

"Asa." Ucap Asa lalu mengarahkan tangannya kearah Vernon

"Vernon." Vernon tersenyum sambil menjabat tangan Asa yang beberapa detik yang lalu baru disadarkan oleh Bang Arsa dari lamuannya.

" Vernon tersenyum sambil menjabat tangan Asa yang beberapa detik yang lalu baru disadarkan oleh Bang Arsa dari lamuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asa terpaku lagi, senyum Vernon sangat menarik bagi Asa. Jantung Asa kembali berdebar untuk kedua kalinya. Dan semenjak itulah Asa menetapkan hati kepada manusia dingin ini.

"Sa," Asa sedikit tersentak saat suara Vernon tiba-tiba mengagetkannya. "Jangan ngelamun."

"Vernon ingat kue yang tadi Asa kasih?" Vernon mengangguk. "Asa cuma mau ngasih tahu kalo.dikotak itu ada surat yang sengaja Asa tulis." Setelah mengatakan itu Asa langsung berdiri. "Asa ke kamar mandi dulu ya."

Vernon masih diam mendengar Asa. Kotak? Kotak tadi? Dengan rasa penasaran Vernon bangkit lalu berjalan keruang tamu. Beruntungnya dia melihat masih terdapat kotak kue yang Asa maksud di sana walaupun isinya telah lenyap dimakan teman-temannya.

Vernon mengambil kotak itu lalu kembali ke taman belakang. Dia meraba bagian bawah kotak kue itu. Memang benar ada secarik kertas yang tadi sempat Asa maksud. Dia lalu membuka kertas itu perlahan. Hanya terdapat beberapa kata yang mungkin bagi Vernon tidak ada artinya tapi lain bagi Asa.

Katanya kalo ada bintang jatuh terus kita berdoa bakal dikabulin doanya

Katanya lagi kalo kita inget mimpi kita sepenuhnya itu bukan mimpi tapi pertanda

Asa nggak tahu yang benar yang mana
Tapi yang Asa pasti tahu bahwa jatuh hati pada Vernon Jaytantra Graviela adalah keharusan
Pasti dan bukan kesalahan

Jujur saja, Asa kenal Vernon cuma garis besarnya
Tapi itu tidak masalah,
Karena apapun yang terjadi,
Jawabannya sudah pasti
Asa jatuh hati
Lagi dan lagi

-Arsana

Setelah membaca, Vernon lalu melipat kertas itu. Sebenarnya Vernon sedikit kaget dengan Asa yang hapal namanya. Tidak banyak orang yang dengan betul mengeja namanya. Ia lalu memejamkan mata sejenak. "Maaf." Gumamnya tanpa sadar.

Asa yang melihat itu dari kejauhan menunduk kecewa. "Lo nggak harus minta maaf. Bukan itu yang Asa mau."

___

Halo!Kalian dapat salam nih dari manusia penyuka warna nabrak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo!
Kalian dapat salam nih dari manusia penyuka warna nabrak.

٩ʕ◕౪◕ʔو

Asa | SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang