"Entah gue yang lagi gak bersahabat sama hari ini, atau hari ini yang gak mau bersahabat sama gue, semuanya menyebalkan!" ~ Nadira Aurelie Durrel.
Jangan lupa tinggal jejak ya!
Happy Reading 🧚♂
-
-
-
"Susu Zee tungguin gue," ujar Dira sambil membenarkan dasinya. Dira mempercepat larinya dengan napas terengah untuk nyamperin Zee yang sudah deluan di depannya.
Zee memberhentikan langkahnya dan menghadap ke arah Dira. Zee sedikit kesal tapi dia tak bisa marah pada sahabatnya yang satu ini.
"Ihhh Dira jangan panggil gue Susu Zee, nama gue Zee. Zee Maruel Ghani gak pake Susu," ujar Zee menegaskan.
Saat ini mereka sedang berhadapan. Dira memang sangat suka memanggil Zee dengan panggilan Susu.
"Habisnya lo tinggi banget kayak tiang, kalah gue. Pasti lo minum Susu Zee kan?" ujar Dira lagi. Dira membuat Zee tambah sebal tapi tetap dia tak bisa marah pada Dira.
"Gue tingginya normal dodol sesuai umur, lo aja yang stanting, makanya minum obat nyamuk!" celetuk Zee.
"Heh, gue tingginya juga normal," balasnya tak mau kalah.
"Bukannya kalo stanting itu minum obat cacing ya, kok obat nyamuk? Ntar mati dong gue," ujarnya dengan polos tak berdosa.
"Itu lo tahu, kenapa nanyak lagi? Lo itu polos apa dodol sih Diraaa?! Kok gue bisa punya bestie kayak lo sih?" ujarnya greget liat Dira yang lemot.
"Yee, gini-gini gue murid pinter di sekolah, awas aja kalau lo minta contekan gak bakal gue kasih!" ujarnya mendengus kasar pada Zee.
"Hehe sorry habisnya polos lo kelewatan kan jadi greget gue," ujarnya nyengir.
"Jangan sampek jawaban berjalan gue hilang," batinnya.
Zee memeluk Dira dari belakang dan membisikkan sesuatu padanya. "Maaf ya bestie," bisik Zee dekat telinga Dira.
"Hmm."
Nadira Aurelie Durrel, teman-temannya biasanya memanggilnya Dira kecuali abang kembarnya memanggil Dira itu princess kalo moodnya sedang baik.
Karna abangnya sangat menyayangi Dira, adik perempuan mereka satu-satunya. Anak remaja perempuan dengan kulit putih dan mata indah dan juga rambut sepundak berwarna hitam.
Sedangkan Zee dengan nama panjang Zee Maruel Ghani adalah sahabat Dira dari TK, makanya Zee tidak bisa marah pada Dira karna Zee sudah menganggapnya sebagai saudarinya begitu juga dengan Dira pada Zee.
🧚♀🧚♀🧚♀
"Lo kok gak nungguin gue si Susu Zee?" ujar Dira mengambil lengan Zee untuk digandengnya.
Dira biasa melakukan itu mungkin karna sahabatnya ini lebih tinggi darinya jadi dia suka menggandeng lengan sahabatnya ini.
"Habisnya lo, udah gue bilang ntar lagi bel masuk lo masih aja makan dengan santainya dikantin ya gue tinggal lah," celetuknya.
"Yee kan perut gue juga perlu diisi biar konek waktu belajar, yekan perut," ujar Dira, menepuk-nepuk perutnya yang sudah kenyang sekarang.
"Konek-konek apaan! Yang ada malah lo ngantuk karna banyak makan samsudin," ujar Zee ngegas. Zee yang tadinya sebal malah tertawa dan menoyor kepala sahabatnya ini pelan, pengennya sih kuat tapi ntar nangis anak orang.
"Hehehe iya juga si Susu Zee, apalagi kalo udah Pak Budi yang masuk mata gue gak bisa dikontrol," jawab Dira dengan jujurnya.
Pak Budi adalah guru sejarah Indonesia, Bapak ini kalo sudah mengajar asik dengan dunianya sendiri, menjelaskan seperti rumus volume persegi panjang, dengan panjang kali lebar kali tinggi membuat hampir seluruh siswa dikelas itu mengantuk.
Tapi mereka mengangguk-nganguk kepada Pak Budi seolah-olah paham padahal dipikirannya tak ada niat sama sekali untuk belajar pelajaran ini dan batin mereka ingin supaya pelajaran Pak Budi cepat-cepat berakhir tak terkecuali siswa/i pintar sekalipun, mereka juga merasa bosan dan sangat mengantuk pada mata pelajaran Pak Budi.
Memang fakta, pertama siswa harus menyukai gurunya dulu baru mata pelajarannya, tapi tak semua seperti itu juga sih tergantung kita sendiri wkwk.
🧚♂🧚♂🧚♂
"Zee kita pulang bareng yukk," ujar Dira pada Zee sambil menggandeng tangan Zee.
"Sorry gue gak bisa bestie, gue disuruh Papa ke kantornya sekarang, tuh jemputan gue udah datang, papay muachh," balas Zee, menunjuk pada mobil alphard hitam yang datang menuju kearah mereka.
"Gue pulang deluan ya Dira, miss you," ujar Zee dengan menyilangkan ibu jari dan jari telunjuk hingga membentuk simbol hati. Zee mendada Dira dari kaca mobilnya.
"Hmmm dadah bestie miss you too," balasnya.
"Yahhh gue sendiri dong, Bang Galang sama Bang Gilang pun ntah kemana hilang kayak ditelan bumi," ujar Dira menggerutu setelah mobil Zee sudah tidak terlihat lagi dari pandangannya.
Dira menendangi batu-batu yang ada dibawahnya dengan ujung sepatunya kesegala arah tanpa melihat jalan didepannya.
Brughhhh ...
"Aduhh sorry Kak, Dira gak ..." Meskipun Dira juga merasa kesakitan pada lengan kanannya tapi dia tetap mau minta maaf karna memang Dira yang salah.
"Yee Dira mau minta maaf juga Kakak itu langsung pergi aja," ujar Dira mendengus kasar.
Dira melihat ke arah cowok yang memakai hoodie hitam dan mengenakan topi hoodienya juga dengan memakai masker berwarna hitam itu, yang pergi begitu saja sampai hilang dari pandangannya.
"Dasar cowok aneh, kenapa kayak takut liat gue, emang gue makan orang apa ?! ujarnya bingung.
Dira menghela napas panjang. Disepanjang perjalanannya pulang, dia terus menggerutu dan berdecak kesal akan hal yang membuatnya bete hari ini.
"Entah gue yang lagi gak bersahabat sama hari ini, atau hari ini yang gak mau bersahabat sama gue, semuanya menyebalkan!" celetuk Dira dalam batin.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote, comment, dan follow akun author ya! 😘
Salam literasi dan salam kasih buat kalian 🧚♀
Kalau ada yang kurang atau perlu diperbaiki komen ya, bantu author untuk menulis lebih baik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Boy
Teen FictionRaka Arvan Utomo, salah satu siswa di SMA Wijaya Bangsa. Raka yang tinggal sendiri ditengah keramaian Ibu Kota. Raka tidak mengetahui dimana keberadaan orang tuanya sejak dia tamat dari Sekolah Dasar. Apakah orang tuanya masih hidup atau tidak, itu...