Jangan lupa tinggal jejak ya!
Happy Reading 🧚♀
-
-
-Kringgg...
Bel istirahat berbunyi. Semua siswa/i bergondang, berteriak histeris seperti tidak jadi dipidana seumur hidup.
Kantin adalah tempat favorit hampir seluruh penghuni kelas, dan pasti saat ini kantin dipenuhi oleh manusia-manusia yang lapar dan haus bukan akan keadilan ya."Susu Zee, kita ke kelas abang gue yok, mau ngambil bekel tadi Mama gue nitipin ke Bang Galang," ujar Dira mengambil tangan Zee untuk digandeng.
"Yahh sorry gue nggak bisa, gue ada urusan mading ni mau ke perpus juga, tadi gue sarapan juga banyak jadi masih kenyang," balas Zee.
"Yaudah deh gue ke kelas abang gue dulu ya, bye," ujar Dira.
"Dahh bestie," balas Zee.
🧚♀🧚♀🧚♀
Dira memasuki kelas abangnya, kelas XI IPA 1.
"Upps, cowo misterius itu nggak keluar kelas? Diaa nggak laper apa?" ujar Dira dalam batin.
Dira yang melihat Raka dipojokan belakang sedang membaca buku dan tak lupa mengenakan headset hitam ditelinganya tapi Raka tidak mengenakan masker dan hoodie hitamnya mungkin karena masih area sekolah.
Raka terlihat sangat cool, kulit putih dan mata coklat yg dia miliki sangat memesona.
Dira yang masih berada di ambang pintu kelas abangnya, dengan hanya kepala yang menimbul.
Dira memberanikan diri masuk ke kelas abangnya itu, hanya ada Raka didalamnya yang lain pasti sudah turun ke kantin termasuk abang kembarnya.
"Boleh gue duduk disini?" ujar Dira pada Raka, Dira ingin duduk disebelah Raka.
"Hm."
"Lo nggak ke kantin? Atau ketoilet gitu buang apa yang perlu di buang?" ujar Dira.
Raka masih sibuk dengan bukunya dan alunan lagu bahasa Inggris ditelinganya.
"Ga." Raka menjawab tanpa minat, tanpa menoleh, dan juga tanpa perasaan. Tanpa perasaan bersalah maksudnya.
"Lo lagi sakit perut ya?" tanya Dira tak nyambung.
"Iya, karna liat muka lo," celetuk Raka.
Dira mengepal tangan, ingin rasanya menonjok. "Ikan hiu makan tomat, gue mah bodoamat," ujar Dira.
"Ngomong?" tanya Raka mencopot satu headset dari telinganya. Lalu memasangnya kembali.
"Enggak, cuman lagi pantomim."
Dira melepas headset dari telinga Raka dan menjatuhkan buku yang sedang dibaca oleh Raka.
"Dasar non akhlak!"
"Gaje!"
"Ihh lo tuh nggak bisa ngehargai orang apa? Apa kalo Mama lo ngomong, lo bakal kayak tadi juga?" tanya Dira, greget. Ingin rasanya Dira mensleding Raka saat ini.
"Lo bukan Mama gue paham?!" ujar Raka menegaskan.
"Iya gue tau gue bukan Mama lo. Tapi gue juga cewe sama kayak Mama lo jadi tolong hargai gue sama kayak lo hargai Mama lo! Paham!" ujar Dira ngegas. Dira ingin sekali menonjok cowo ini tapi dia lebih kuat berkali-kali lipat dari dirinya.
"Lo ngapai kesini, ini bukan kelas lo," ujar Raka yang baru menyadari bahwa Dira bukan siswi satu kelasnya, mengabaikan ucapan Dira tadi.
"Iya gue tau, gue mau ngambil bekel ditas abang gue kok yang sekelas sama lo juga," jawab Dira.
"Iya gue tau," celetuk Raka.
"Hah? Tau apa lo?" tanya Dira nyelekit.
"Gue tau kalo Galang sama Gilang itu abang lo, waktu lo jatoh tadi mereka nolongin lo dan gue liat mereka sayang banget sama lo," ujar Raka aneh tak seperti awal dia berbincang dengan Dira.
"Tumben Raka mau ngomong lebih dari lima kata dan nada yang enak di dengar" ujar Dira dalam batin. Aneh.
"Lo kenapa? Lo kok kayak sedih gitu mukanya?" tanya Dira setelah melihat muka Raka yang tadinya kaku tanpa ekspresi tapi sekarang seolah punya beban berat.
Raka tampak berkaca-kaca entah hal apa yang diingatnya.
"Apaan si lo, gue mau keluar," ujar Raka.
Raka bangkit dari tempat duduknya namun ditahan oleh Dira.Raka langsung berubah seperti awal, nadanya sedikit tinggi tidak seperti tadi.
"Eitts tunggu! Lo belum makan kan? Ntar lagi bel masuk nggak sempet lagi ke kantin, ntar gue ambil bekelnya dulu,"
ujar Dira.Dira langsung mengambil bekal roti dari tas Galang dan memberikannya pada Raka.
"Nih dimakan, ini buatan Mama gue jadi hargai!" ujar Dira memperingatkan.
Tak tahu ada apa, Raka menerimanya dengan senang hati dan terbentuk sudut kecil dibibirnya menandakan dia senyum.
"Thanks buat mama lo," ujar Raka, dan menerima bekal itu.
"Iyaa."
"Lo juga belum sempet ke kantin kan? Kita makan ini bareng."
"Boleh?" tanya Dira tak percaya.
"Hm, ini kan bekel lo kian," jawabnya melas.
"Oh iya, hehe."
Dira dan Raka pun makan bareng dalam kelas yang hanya ada mereka berdua didalamnya.
"Ohh iya ini juga ada susu coklat dikasih Mama, lo mau?" Tawar Dira.
"Enggak," jawabnya to the point.
"Kenapa? Takut dibilang baby boy? Atau memang cowo kaya lo kalo minum susu coklat tu harga diri lo merasa turun?" ujar Dira jengkel.
Dira memberikan pertanyaan plus pernyataan soal cowo cool dengan minum susu coklat.
"Gue alergi susu coklat," jawab Raka singkat.
"Ohh sorry gue nggak tau, btw lo tadi baca buku apa? Trus denger lagu apa?" tanya Dira kepo, kayak Dora.
Tapi sebelum Raka menjawab, bel masuk berbunyi.
"Udah sana ke kelas lo, udah bel" ujar Raka seperti mengusir.
"Dasar anak dajjal," gumamnya.
"Lo ngomong apa tadi?"
" Kepo lo kayak Kak Ros."
Dira langsung kembali ke kelasnyaJangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, dengan vote, comment, dan follow akun author ya !
Salam literasi dan salam kasih buat kalian 🧚♀
Kalau ada yang kurang atau perlu diperbaiki komen ya, bantu author untuk menulis lebih baik lagi ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Boy
أدب المراهقينRaka Arvan Utomo, salah satu siswa di SMA Wijaya Bangsa. Raka yang tinggal sendiri ditengah keramaian Ibu Kota. Raka tidak mengetahui dimana keberadaan orang tuanya sejak dia tamat dari Sekolah Dasar. Apakah orang tuanya masih hidup atau tidak, itu...