Jangan lupa tinggal jejak ya!
Happy Reading 🧚♀
-
-
-"Melihatmu bahagia aku pun ikut bahagia." Nadira Aurelie Durrel for Raka Arvan Utomo
🧚♀🧚♀🧚♀
Tiara menghidangkan banyak makanan diatas meja makan. Ada ayam goreng crispy, ada tempe dan tahu goreng, ada ikan nila bakar, ada ikan goreng disambel dan makanan lainnya serta disuguhi dengan keranjang buah yang berisi beraneka ragam buah-buahan.
"Raka mau makan apa sayang? Biar Tante buatin," tanya Tiara pada Raka, tanpa menanyakan itu juga pada anaknya Dira.
"Mama, Dira gak ditanya? Biasanya Dira deluan yang ditanya dan dibuatin sama Mama," ujar Dira meringis tak terima.
"Iya-iya sayang bentar ya Raka,Tante urus anak bontot Tante ini dulu ya," ujar Tiara pada Raka. Raka sangat memaklumi itu dan dia mengerti jika ada orang baru yang lebih dimanjakan dari pada kita, kita pasti marah dan merasa itu tidak adil.
"Iya gapapa kok Tante, saya mengerti," jawabnya dengan senyum ramah.
Tiara menyiapkan makanan buat Dira setelah itu membuatkan makanan untuk Raka.
"Habisin ya Raka nanti Tante marah kalau gak kamu habisin," ujar Tiara, bercanda.
"Pasti Tante," jawabnya senang, lebih tepatnya senang diperhatikan.
"Tante becanda kok. Kalau udah kenyang gak usah dipaksain ya sayang."
"Gak kok Tante, pasti habis."
"Kenapa sikap dia ke gue sama ke Mama beda drastis?" tanya Dira dalam batin.
"Giliran sama Mama aja baik, banyak ngomong. Lah sama gue, kalo gue bicara sama lo berasa sama patung atau orang bisu, banyak diemnya," celetuk Dira, menusuk-nusuk ikan gorengnya dengan garpu.
Ucapan Dira itu membuat Raka dan Tiara tertawa kecil. Raka sangat senang bisa diperhatikan seperti ini oleh Tiara, yang dia ingat terakhir kali dia diperhatikan dan makan bersama Mamanya itu waktu kelas 6 SD.
"Kamu cemburu sama Mama?" tanya Tiara pada anaknya Dira.
"Haa? Cemburu? Sama Mama? Yah enggak lah ngapain juga gak penting," celetuk Dira.
"Kalo enggak, gak usah marah dong sayang," balas Tiara menggoda Dira.
Raka hanya senyum melihatnya, tatapan sendu melihat kedekatan Dira pada Tiara membuatnya merindukan Mamanya yang sekarang dia tidak tahu dimana keberadaannya.
"Siapa juga yang marah," balasnya tapi mukanya masih terlihat cemberut, kesal.
"Mah, suapin Dira dong. Tangan Dira sakit," ujarnya pada Tiara, Mamanya.
"Yang luka tadi kaki lo," sahut Raka, mengambil secangkir gelas kaca yang berisi air putih, meminumnya.
"Emm anu iya si, tapi gue pengen disuapin sama Mama gue, terserah gue dong."
"Gak boleh ngomong gitu Dira," ujar Tiara mengingatkan.
"Kamu gak malu Mama suapin didepan Raka?" tanya Tiara pada Dira yang sudah memindahkan tempat duduknya didekat Tiara.
"Ngapain malu Mah. Raka lo mau juga gak disuapin Mama gue ?" tawar Dira.
"Kamu mau Tante suapin juga sayang?" tanya Tiara juga pada Raka.
"Emm ga ..." Belum selesai Raka ngomong, Dira langsung memotong pembicaraannya.
"Emm gak mau nolak kan? Udah sini rapetin bangku lo deket Mama gue." Raka menurut saja. Raka memindahkan tempat duduk nya disebelah kanan Tiara sedangkan Dira berada disebelah kiri Tiara.
"Nihh aaak." Tiara menyuapin suapan pertama pada Dira, Tiara yang secara tak sadar juga ikut membuka mulutnya, sudah kebiasaan.
"Nah aak sayang." Tiara memberikan suapan kedua pada Raka.
"Enak gak makanannya?" tanya Tiara pada Dira dan Raka.
"Enak Ma, enak banget," ujarnya mengangkat dua ibu jarinya pada Mamanya.
"Enak banget Tante," jawab Raka.
"Kalo Dira mah semua makanan dibilang enak kecuali kayu sama batu," ujar Tiara membuka aib anaknya.
"Ihh Mama kok buka aib anaknya sihh tapi bener sih," ujarnya yang awalnya kesel jadi tertawa.
"Bagus deh kalo makanannya enak, Mama seneng." Tiara menyuapi mereka bergantian sampai makanan yang Tiara siapkan disatu piring untuk mereka berdua tadi sudah habis.
"Yee sudah habis." Dira bertepuk tangan seperti anak kecil.
"Makasi ya Tante," ujar Raka senang.
"Sama-sama sayang," balas Tiara mengelus puncak kepala Raka.
"Raka boleh gak manggil Tante itu Mama?" tanya Raka pada Tiara.
"Boleh dong boleh banget," jawab Tiara dengan senang hati. Kali ini Dira tidak ada protes atau keberatan sama sekali, karna dia mengerti apa yang Raka rasakan meskipun itu belum pernah terjadi padanya.
"Ohh iya Galang sama Gilang mana Tante, Om juga?" tanya Raka lagi. Pada Tiara, Raka banyak omong karna dia menganggap Tiara seperti ibunya, baik dan juga penyabar.
"Galang katanya ada rapat OSIS kalau Gilang biasalah paling sama Suci pacarnya, kalau suami Tante masih ngantor sayang," jawab Tiara.
"Ohh, yaudah Raka pamit pulang ya Tante, ada yang mau Raka kerjakan lagi soalnya, makasih buat jamuannya, makasih buat semuanya Tante," ujarnya lalu menyalim tangan Tiara.
"Lohh cepat banget tapi yaudah deh, sering-sering main kesini ya Raka," balas Tiara ramah.
"Makasihnya buat Mama gue doang?" sahut Dira tak terima.
"Iya Tante pasti," balas Raka pada Tiara.
"Makasi Aurelie," balas Raka pada Dira kali ini dengan senyum hangat.
"Yap sama-sama." Dira senang melihat Raka yang hari ini. Raka yang banyak ngomong, banyak senyum, dan juga ramah.
"Assalamualaikum Tante, Dira," pamit Raka pada mereka.
"Waalaikumsalam," balas Tiara dan Dira bersamaan.
"Raka," panggil Dira sebelum Raka mengendarai mobilnya. Raka menoleh pada Dira.
"Sering-sering bahagia gini ya," bisiknya pada Raka. Raka hanya tersenyum nepis dan menganggukan kepalanya saja.
"Hm."
"Nah loh kambuh lagi sipelit ngomongnya," celetuk Dira.
"Hati-hati Raka." Dira melambaikan tangannya pada mobil Raka yang sudah melaju.
"Melihatmu bahagia, aku pun ikut bahagia," ujar Dira dalam batin setelah melihat mobil Raka yang sudah jauh dari komplek rumahnya.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, dengan vote, comment, dan follow akun author ya !
Salam literasi dan salam kasih buat kalian 🧚♀
Kalau ada yang kurang atau perlu diperbaiki komen ya, bantu author untuk menulis lebih baik lagi ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Boy
Teen FictionRaka Arvan Utomo, salah satu siswa di SMA Wijaya Bangsa. Raka yang tinggal sendiri ditengah keramaian Ibu Kota. Raka tidak mengetahui dimana keberadaan orang tuanya sejak dia tamat dari Sekolah Dasar. Apakah orang tuanya masih hidup atau tidak, itu...