"Bahagia itu sederhana, ketika melihat Papa Mama akur dan kompak, itu sudah cukup mengawali kebahagiaanku hari ini." ~Nadira Aurelie Durrel
Jangan lupa tinggal jejak ya!
Happy Reading 🧚♂
-
-
-Meja Makan
"Pagi Pah, Mah," ujar Dira setelah turun dari tangga kamarnya.
"Pagi Dira," balas Durrel.
"Pagi juga sayang, sini sarapan," balas Tiara.
"Iya Mah. Bang Galang sama Bang Gilang mana, Mah? Kok nggak sarapan bareng?" tanya Dira setelah duduk dan melihat dua kursi yang sering menjadi tempat duduk abang kembarnya ini kosong.
Dira tiga bersaudara, dia punya dua abang yang kembar bernama Galang dan Gilang. Dira anak perempuan satu-satunya dikeluarga Durrel, dan alasan mengapa namanya Nadira Aurelie Durrel karna Nadira artinya Berharga dan Aurelie artinya Matahari yang selalu menyinari hari-hari keluarga mereka.
Dan mereka bertiga sekolah di tempat yang sama yaitu di SMA Wijaya Bangsa, hanya saja abang kembarnya menduduki kelas XI, sedangkan Dira masih menduduki kelas X.
"Ohh, Bang Galang udah berangkat deluan sayang katanya ada rapat OSIS, biasalah kalau ketua OSIS harus deluan datang kan, kalo Bang Gilang biasalah jemput doinya dulu katanya ntar dia dibontotin doinya aja, dah terlanjur janji mau jemput katanya," ujar Tiara kepada Dira sambil mengoleskan selai pada roti yang mau diberikan untuk Dira.
"Mamah sejak kapan tau kata doi?" tanya Dira serius.
Sejak kapan Mamanya tahu kata-kata gaul anak jaman sekarang, setahu Dira, Mamanya ini hanya tahu bumbu dapur dan cara-cara untuk membujuk Papanya supaya tidak kaku dan romantis.
"Tahulah dikasi tahu Bang Gilang hehe, awalnya sih Mama nggak tau, Mama kira doi itu Dia Orang Ilang atau DOmpet Itik yang Bang Gilang pernah ceritain ke Mama itu ternyata Dia Orang Istimewa kepanjangannya" jawab Tiara tertawa dan memberikan roti yang sudah ditaruh selai itu kepada Dira.
Flashback
Saat Gilang pulang sekolah, Gilang melewati jalan menuju ke rumahnya dengan motor Ducati berwarna hitam 2500 Cc nya, padahal Gilang sedang dalam kecepatan tinggi tetapi ketika melihat ada orang yang merampas dompet Ibu-ibu yang sedang jalan dipinggir jalan Gilang langsung sigap mengejar pencopet itu dan berhasil mendapati kembali dompet Ibu itu, tapi saat ingin mencari Ibu yang kehilangan dompet itu, Gilang yang sedang memegang dompet Ibu itu saat ini melihat gambar itik di bagian depan dompet milik Ibu itu .
Saat mencari Ibu itu, orang-orang di tempat itu malah menuduh Gilang sebagai pencopetnya dan massa hampir memukulnya, untung saja Ibu itu langsung datang dan membela Gilang, dan mengatakan bukan Gilang pencopetnya tapi dia yang menolong Ibu itu.
Massa pun minta maaf untung saja wajahnya belum babak belur dipukuli massa. Ibu itu pun meminta maaf dan mengucapkan terima kasih kepada Gilang, begitu juga dengan massa yang hampir memukulnya.
"Ini Bu, dompet Ibu," ujar Gilang memberikan dompet milik Ibu yang dicopet tadi.
"Maaf ya mas atas kejadian tadi dan terima kasih sudah menolong saya," ujar Ibu yang kehilangan dompet itu.
"Maaf ya mas kalau kami sudah salah paham tadi," ujar massa yang hampir memukuli Gilang.
"Iya Bu sama-sama, dan untuk mas-masnya lain kali jangan gitu, saya maafkan, saya deluan ya," balas Gilang dan pergi menuju motornya.
Gilang pun langsung pergi dari tempat itu.
"Dasar dompet itik meresahkan," ujarnya sebelum meninggalkan tempat itu.
Gilang menceritakan semua kejadian itu pada Mamanya, dan Tiara hanya memberinya wejangan untuk tidak bosan berbuat baik meskipun kita difitnah atas apa yang tidak kita buat, dan kata-kata itu akan selalu diingat oleh Gilang.
"Ada-ada aja bahasa anak jaman sekarang," ujar Tiara. Tiara memukul keningnya pelan dan tertawa pada Putri kesayangannya ini.
"Sayang udah siap sarapannya?" tanya Durrel yang adalah Papa Dira. Disepanjang cerita Tiara dengan Dira, Durrel hanya menyimak sambil menikmati sarapannya. Itu lebih menyenangkan.
"Udah Papa sayang, yuk berangkat." Dira langsung mengambil tasnya dari kursi dan menggandeng lengan Papanya.
"Mah, Dira berangkat dulu ya sama Papa, muachh," Dira menyalim Mamanya dan mencium pipi Mamanya itu.
"Iya sayang hati-hati ya, Papa gak mau pamit sama Mama juga?" ujar Tiara seolah-olah cemburu.
Usai mengelus puncak kepala Dira, Mamanya menggoda Durrel yang ingin keluar dari pintu.
"Hmm, Papa berangkat ya Mah," ujar Durrel yang berhenti sejenak, menghela napas sejenak dan senyum nepis kepada Tiara istrinya.
"Gitu dong kan imut, iya hati-hati Papa sayang," balas Tiara dengan senyum paling manisnya.
"Papa, Mama, Dira masih kecil," ujarnya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya tapi ada celah untuk melihat Papa,Mamanya, Dira mengintip.
"Hahaha, biar Papa kamu nggak kaku kayak kanibo kering sayang," ujar Tiara.
"Hahaha."
"Hmm mengapa aku jatuh cinta pada istriku ini, apa aku imut ya klo senyum," ujarnya dalam batin. Durrel geli geleng-geleng kepala memikirkannya apalagi sampai membayangkannya.
"Bahagia itu sederhana, ketika melihat Papa Mama akur dan kompak, itu sudah cukup mengawali kebahagiaanku hari ini."
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote, comment, dan follow akun author ya!
Salam literasi dan salam kasih buat kalian
Kalau ada yang kurang atau perlu diperbaiki komen ya, bantu author untuk menulis lebih baik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Boy
Teen FictionRaka Arvan Utomo, salah satu siswa di SMA Wijaya Bangsa. Raka yang tinggal sendiri ditengah keramaian Ibu Kota. Raka tidak mengetahui dimana keberadaan orang tuanya sejak dia tamat dari Sekolah Dasar. Apakah orang tuanya masih hidup atau tidak, itu...