Jangan lupa tinggal jejak ya!
Happy Reading 🧚♀
-
-
-🧚♀🧚♀🧚♀
"Jangan berduka. Apa pun yang hilang dari lo akan kembali lagi dalam wujud yang lain." ~ Nadira Aurelie Durrel.
Kringggg ...
Tiada hal yang lebih indah dari masa pulangnya sekolah. Sorakan bahagia, teriakan melengking kaum hawa, suara pukulan meja saking girangnya, sampai ada yang bersujud pada Tuhan akhirnya bel pulang sekolah berbunyi juga. 15 menit sebelum bel pulang sekolah, mau itu siswa ataupun siswi, mereka terus sekian per tiga detik melihat jam kapan bel pulang berbunyi.
Dira langsung merapikan buku yang ada diatas mejanya dan memasukkannya ke dalam tas, dan segera pergi ke belakang taman sekolah untuk bertemu dengan Raka.
🧚♀🧚♀🧚♀
"Raka mana sii kok belum dateng," ujar Dira setelah melihat tidak ada keberadaan Raka disegala sudut taman belakang sekolah.
"Gue disini," ujar Raka sekitar 1 meter dibelakang Dira.
"Lama banget si datengnya gue udah ..."
Dira tersandung ranting pohon yang jatuh didepannya, saat ingin mendamprat Raka dengan ocehan."Aduhh, awww." Dira merasa kesakitan pada kakinya.
"Gapapa?" tanya Raka menjumpai Dira yang posisinya seperti orang terjatuh ditanah.
"Menurut lo?" Marah, kesal, dan dengan nada ngegas semua tercampur aduk.
"Mana yang sakit?" tanya Raka lagi, peduli.
Raka melihat sekujur tubuh Dira. Tepat di pergelangan lutut Dira terdapat luka yang mengeluarkan darah namun tidak terlalu berbahaya.
"Ada air minum?" tanya Raka setelah melihat kondisi lutut Dira yang banyak debu.
"Ada, nihh. Buat apa?" tanya Dira masih merasakan sakit. Dira nurut, dia memberikan botol air minumnya yang bersisa setengah botol lagi pada Raka.
Raka tidak menjawab pertanyaannya itu. Raka langsung menuangkan sedikit air pada telapak tangannya yang dirapatkan kemudian menyiram secara perlahan pada pergelangan lutut Dira tadi yang berdarah supaya debu atau kuman tidak lengket pada lututnya itu.
"Ada hansaplast? Kalo ada dua sini."
"Ada, tapi cuman satu. Kemarin ada dua tapi satu lagi gue pake untuk nyabut bulu kaki Bang Gilang," ujarnya seketika terkekeh ketika mengingat reaksi Bang Gilang ketika bulu kakinya sudah banyak tercabut.
"Mana?"
"Ni." Dira memberikan hansaplast motif frozen berwarna biru pada Raka.
Raka membuka hansaplast itu, dan melekatkannya dipergelangan lutut Dira yang berdarah tadi.
"Udah, ayok." Raka membantu Dira berdiri dengan menarik satu tangan Dira dan menaruhnya pada pundaknya sedangkan satu tangan Raka melingkar dipinggang Dira untuk membantunya berdiri.
"Haa? Ngapain?" tanya Dira membolangkan matanya.
"Jangan mikir kotor. Jadi gak kerumah lo?" Raka seolah paham dengan isi kepala Dira saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Boy
Teen FictionRaka Arvan Utomo, salah satu siswa di SMA Wijaya Bangsa. Raka yang tinggal sendiri ditengah keramaian Ibu Kota. Raka tidak mengetahui dimana keberadaan orang tuanya sejak dia tamat dari Sekolah Dasar. Apakah orang tuanya masih hidup atau tidak, itu...