ABSTURB CAFFE.
Alin memandang lama nama kafe tersebut. Senyum tipisnya tiba-tiba terlihat di bibirnya yang mungil.
Melihat nama kafe itu mengantarkan Alin ke kejadian kurang lebih dua tahun lalu. Dimana semuanya sangat berbeda dengan sekarang.
"Jadi, rencananya nih kafe mau di kasih nama apa?"
Ketika musyawarah dibuka, Dion sebagai moderator membuka suara paling awal.
Mereka yang beranggotakan kurang lebih dari 20 orang tengah berada di kediaman rumah Dion untuk merencanakan pembangunan sebuah kafe yang akan mereka dirikan.
Sebagian besar mereka bergender cowok, hanya ada lima perempuan di tengah-tengah mereka. Salah satunya adalah Alin dan Amanda.
"Pokoknya harus beda dari yang lain," celetuk salah seorang cowok yang tengah meminum kopinya dengan santai seperti di rumahnya sendiri. Dia adalah Getra.
Ada yang masih ingat dengan Getra? Dia muncul di chapter saat Alin untuk pertama kalinya datang ke kafe setelah sekian lama.
"Kalian ada ide?" Dion menatap mereka yang ada disana satu persatu.
Cowok baju abu-abu yang warna bajunya tidak ada yang sama hari ini, mengangkat tangan kanannya meminta perhatian dari mereka.
"Gimana kalo CoffCaffe?"
"Bagus. Tapi kurang ngena," timpal Aby.
Pas waktu itu Aby belum mempunyai hubungan apapun dengan Amanda. Bahkan mereka saja belum lama kenal.
Satu persatu dari mereka menyuarakan pendapatnya. Alin yang baru saja menginjak di bangku putih abu hanya menyimak.
Sesekali dirinya menguap di karenakan gabut yang sedikit melanda. Matanya dengan malas masih memperhatikan orang-orang di sekelilingnya.
Ia menoleh ke arah Amanda yang sedang sibuk mengecat kuku cantiknya. Tampaknya, gadis itu seperti tidak merasakan aura kegabutan yang saat ini sedang melanda Alin.
"Pendapat kalian semua pada bagus. Hanya saja kaya ada yang kurang," ujar Dion. Dahinya mengkerut terlihat tengah berpikir apa kira-kiranya nama yang cocok untuk kafe mereka.
Saat itu tatapan Dion teralih ke arah cowok yang sedang mengelus kepala Alin dengan penuh rasa sayang.
"Bang Ikal, lo ada ide?" tanyanya.
Haikal. Biasa mereka panggil dengan sebutan Bang Ikal, karena usianya yang lebih tua dari mereka semua.
Haikal yang sedang mengelus kepala Alin dengan lembut pun menghentikan aktivitasnya. Haikal tampak tidak menjawab pertanyaan dari Dion. Semua mata terarah ke arahnya.
"Bang Ikal jawab. Bukan malah diem," gerutu Alin. Dia mulai agak kesal dengan Abang satu-satunya yang ia punya.
Ya, benar. Haikal adalah Abangnya Alin.
Menurut kalian dari mana Alin bisa mengenal Dion, Sean, Aby, Getra, Andra dan yang lainnya kalau bukan dari Abangnya? Kemana pun Abangnya pergi, pasti Alin ikut. Termasuk ketika Abangnya berkumpul dengan teman-temannya.
Alin selalu merasa bosan ketika Abangnya mengajak dirinya untuk berkumpul dengan teman-teman Abangnya. Maka dari itu, Alin selalu mengajak Amanda untuk ikut dengannya di saat sedang berkumpul.
Sejak saat itu pula, Alin dan Amanda semakin akrab dengan teman-teman Haikal. Hingga di saat Haikal pergi keluar kota untuk melanjutkan kuliahnya, Alin tetap berkumpul bersama mereka hingga sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [END]
Teen FictionIni tentang aku, kamu, dia, dan kisah masa lalu yang terulang kembali. Start : 05 Desember 2020 Finish : 09 Agustus 2021 ©Cover: Pinterest