60. Hiraeth

854 117 2
                                    

Suara dentingan sendok beradu dengan piring terdengar di ruang makan keluarga Alin. Pagi ini, dia dan keluarganya tengah sarapan sebelum memulai aktivitas masing-masing.

Alin yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya, hari ini ia sengaja tidak menggerai rambutnya. Haikal yang tampaknya akan pergi ke cafe dengan setelan sweatshirt berwarna abu-abu yang di padukan dengan celananya yang berwarna hitam, membuat aura kedewasaan yang di miliki Haikal semakin terlihat.

Ferdi yang merupakan ayah mereka berdua pun sudah terlihat rapi dengan setelan jas hitamnya, siap untuk pergi ke kantor.

"Alin, bisa ambilkan Abang selai coklat?"

Alin sedikit terperanjat saat sebuah suara membuyarkan lamunannya. Ia tersenyum sekilas lalu memberikan Abangnya selai.

"Alin. Abang minta selai coklat, bukan strawberry."

Alin menyengir salah tingkah. Ia ambilkan selai coklat yang diinginkan oleh Abangnya. Ferdi dan Hana menatap putri mereka bingung. Ada yang aneh dengan gelagat Alin pagi ini.

"Alin kenapa? Ada masalah?" tanya Ayahnya.

"Ha? Enggak kok, Yah," jawab Alin gugup.

"Kamu kurang tidur? Mata kamu ada mata pandanya." Kali ini Hana yang bertanya.

"Oh, ini ... semalem Alin kebangun, terus susah tidur lagi."

Benar, kan? Kalau semalam Alin kebangun saat jam 23.00 WIB. Tapi alasan matanya pagi ini menjadi mata panda adalah karena ia terus memikirkan apa yang telah Vino lakukan terhadapnya.

Walaupun semalam Vino hanya mencium bagian pipinya sekilas, tetap saja membuat Alin kepikiran. Jadinya setelah laki-laki itu pulang, Alin tidak bisa tidur kembali hingga pagi.

"Alin, sudah selesai sarapan?" Alin mengangguk tatkala Haikal bertanya. "Kita berangkat sekarang. Kamu bisa telat nanti."

"Iya, Bang."

Alin beranjak berdiri lalu menghampiri Ayahnya, mencium telapak tangan Ayahnya dan mengecup pipinya sekilas. Begitupun yang dilakukannya ke Hana.

"Hati-hati kalian!"

"Bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut ya, Kal!" pesan Hana.

"Siap, Bundahara!"

Sepanjang perjalanan tidak ada topik pembicaraan apapun. Alin sibuk dengan pikirannya mengenai kejadian semalam, bisa-bisanya ia kecolongan. Apa yang dilakukan oleh Vino sangat keterlaluan, tidak baik bagi jantungnya.

"Kamu lagi kasmaran?"

"Ha?" Alin melongo mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Abangnya. Bagaimana bisa Abangnya menyimpulkan kalau ia tengah kasmaran?

"Cowok mana yang berani deketin adiknya Haikal tanpa seizinnya?"

Alin terkikik geli melihat Haikal yang seperti ini. Sangat menggemaskan. Apalagi saat Haikal meliriknya tajam seolah-olah memberi peringatan terhadapnya.

"Kenapa malah ketawa?"

"Engga papa. Abang lucu," balas Alin.

Haikal hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah laku adiknya yang tidak jelas. Ia bisa menyimpulkan, bahwa Alin benar-benar tengah kasmaran. Entah cowok mana yang bisa memikat hati adiknya itu, padahal Alin baru saja patah hati oleh mantannya yang tidak ingin ia sebutkan sama sekali namanya.

"Masalah Keira gimana?"

Alin termenung. "Udah kelar. Mereka bertiga sama-sama mendapatkan skors yang setimpal dengan ulahnya," jawab Alin.

Hiraeth [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang