[ Sehun POV ]
Aku masih terjaga dan memeluk erat tubuh wanita yang berada disamping ku. Ku lirik jam digital diatas nakas yang menunjukkan pukul 03.00 KST.
Ku pikir setelah kembali ke rumah Yoojung tak akan sering mengalami sakit kepala. Namun tebakan ku salah besar. Ini bahkan sudah seminggu dari kepulangannya dirumah sakit lalu, namun justru ia lebih sering kesakitan ketika berada didekat ku. Entah apa yang membuatnya merasa begitu, aku bahkan berfikir keras apakah aku menjadi pemicu sakit kepalanya karena ia mencoba mengingat sesuatu.
Tapi bukankah kenyataan bahwa kami saling mengenal setelah kecelakaan itu menjadi jawaban yang tak masuk akal jika aku memicu sakit kepalanya.
Juga, jangan lupakan kenyataan bahwa Yoojung hanya seorang yang ku kira adalah Lee Yoora karena wajah mereka yang mirip tetapi kepribadian keduanya sangat berbeda adalah alasan yang akhirnya membuat ku menikahinya.Bukankah semua itu cukup menjadi jawaban bahwa semestinya aku tak ada sangkut pautnya dengan rasa sakit kepalanya. Tapi mengapa semua justru terasa rumit untuk ku sendiri.
"Sehun-ah..."
Suara Yoojung membuyarkan semua monolog ku. Ku palingkan wajah ku kearahnya dan aku bisa melihat wajah lelah yang terlihat pucat.
"Hoh..?"
"Maafkan aku..."
"maaf.., untuk apa"
"Membuat mu repot, bahkan kau belum tidur sama sekali malam ini"
"Apa kepala mu masih sakit?"
"Sekarang sudah tidak"
"Kau mau sesuatu?, minum atau..."
Dia hanya menggelengkan kepalanya lalu mendudukan tubuhnya.
"Kenapa bangun, ini masih malam kau harus tidur lagi"
Dia tak menjawab perkataan ku, ia hanya tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kau pasti muak dengan keadaan ku. Aku menyusahkan mu bukan..?"
"Apa yang kau katakan, kau sedang mengigau sekarang?"
Aku sedikit takut karena tiba-tiba sekali Yoojung berkata seperti itu. Seketika aku teringat perkataan Hyojo unie jika dulu Yoojung memang kerap berhalusinasi. Lalu apakah sekarang ia sedang berhalusinasi.
"Sehun-ah, mengapa kau menikahi ku? Mengapa kau harus membayar mahal hanya untuk menikahi ku?"
Ah, ku rasa dia sadar. Karena pertanyaan semacam ini kembali ia lontarkan pada ku seperti hari-hari sebelumnya.
"Jung-ah, sebaiknya kau isti..."
"Jawab aku, kau selalu saja menghindari pertanyaan ku tentang ini. Apa sebelumnya kita pernah saling mengenal? Apa sebelumnya aku atau keluarga ku berbuat salah pada mu dan kau mau membalasnya sekarang?"
Aku tak langsung menjawab pertanyaannya. Ku tatap lekat wajah sendu yang membuat ku semakin menyayanginya tanpa ku sadar.
"Jung-ah..., seperti yang pernah ku katakan, aku tidak bisa menjawabnya. Tapi ku rasa kau perlu tahu bahwa aku tidak sedang membalas dendam pada siapapun. Dan kita saling bertemu beberapa bulan lalu, sebelumnya kita tak saling mengenal"
"Jadi masih seperti biasanya, aku tak mendapatkan jawaban itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
RIDE OR DIE
ChickLitKamu adalah akhir dari hidupku selamanya Bahkan jika aku melihat masa lalu, masa depan ku adalah kamu Kau seperti putihnya awan yang menghiasi langit ku yang kelabu Disaat hujan dan air mata jatuh, bagaimanapun juga kamu adalah aku Bahkan jika aku b...