Oliv membenarkan kacamata berlensa normal yang dia pakai, sebelum turun dari mobil dan berjalan santai di sisi Ronald.
Mereka berdua masuk ke lift menuju unit Ronald di lantai enam belas dalam hening. Mereka hanya berdiri bersisian, tanpa bicara satu sama lain. Untungnya lift itu kosong sejak mereka masuk sampai lantai yang dituju.
Begitu lift sampai di lantai enam belas, Ronald melangkah keluar dari lift diikuti Oliv.
Ronald membuka kunci unitnya lalu masuk diikuti Oliv. Ronald menunggu sampai Oliv masuk, lalu mengunci pintu.
"Welcome, Liv. Anggap saja kayak rumah sendiri," kata Ronald sambil membuka sepatu, dan Oliv mengikuti gerakannya sambil tertawa.
"Beneran, nih? Gue biasanya di rumah sendiri, asal comot isi kulkas lho."
"Silakan kalau lo mau. Isi kulkas gue frozen food semua - eh ada air deh. Lo ambil sendiri saja."
"Okayyy..." ucap Oliv yang sudah melangkah masuk, dengan iseng memperhatikan isi apartemen Ronald.
Tipe apartemen ini adalah tipe standar dua kamar, dengan dapur dan ruang tamu hanya dipisah oleh meja bar yang Oliv duga sekaligus menjadi meja makan. Sofa nyaman berwarna dark grey dengan karpet berwarna senada menghiasi bagian ruang tamu, menghadap smart TV yang terletak di atas rak minimalis.
Oliv membuntuti Ron yang berjalan langsung menuju dapur dan sedang mencuci tangan.
"Lho? Ngapain lo ikutan ke dapur? Nonton gih, atau ngapain. Anggap saja rumah sendiri," ucap Ron saat menyadari Oliv mengikutinya.
Oliv menarik barstool dan duduk menghadap Ron. Kacamata samarannya dia taruh begitu saja di atas meja bersama tasnya.
"Lo terganggu nggak, kalau gue ajakin lo ngobrol selama lo masak?" tanya Oliv tanpa menjawab pertanyaan Ron. Ron terkekeh pelan.
"Nggak. Gue juga nggak keberatan kalau lo mau bantu masak."
"Oh, tidak bisa. Impress me, Doctor."
Kalimat itu diucapkannya dengan nada bercanda, dan dibalas Ron dengan tawa.
"Aye, aye, Captain."
***
Ucapan Ron terbukti bukan bualan. Masakan yang dibuatnya sederhana, tapi lezat. Semangkuk bayam kuah dimasak dengan jagung dan ayam saus mentega ludes dalam waktu lima belas menit. Itupun karena mereka makan sambil mengobrol.
Oliv mendesah puas.
"Gue udah lupa kapan terakhir gue makan nasi sebanyak ini. Kombinasi ayam lo sama nasi itu enak banget sumpah."
"Thank you. Senang bisa memuaskan lidah Nona Muda."
Oliv tergelak, lalu berdiri. Dia membawa semua peralatan makan ke bak cuci piring sebelum sempat dicegah Ron.
"Eh, nggak usah. Biar gue aja-"
"Lo minta gue anggap ini rumah sendiri kan? Gue kalau di rumah lagi nggak ada ART, kerjaan rumah dikerjain gantian. Jadi karena lo sudah masak, dan makanan lo enak, gue yang cuci piring, ok?"
Ron mendengus pelan, akhirnya membiarkan Oliv mencuci piring, sementara dia perlahan mendekati Oliv.
Oliv membelalakkan mata saat tiba-tiba tangan Ron melingkari pinggangnya dan satu kecupan ringan mendarat di pipinya.
"Thank you, Nona muda."
Oliv melotot pada Ron, dan menyikutnya.
"Jangan nyosor tanpa izin gue dong. Tanpa izin gue, ini jatuhnya pelecehan lho."
KAMU SEDANG MEMBACA
At Last
RomanceIni hanya kisah sederhana, antara dua sahabat sejak kecil yang menyimpan rasa yang sama di waktu yang berbeda Warning 18++ Start : 13 ag'19