Oliv menyenderkan tubuhnya dengan santai di jok bus deretan tengah, bersama para kru perempuan dan aktris yang lain. Hari ini mereka menuju Bandung untuk melanjutkan syuting, dan dari kru menyediakan satu bus besar, satu mobil box untuk membawa properti yang berat, dan satu sedan yang juga akan menjadi properti film. Hansen dan Nico memilih duduk di deretan belakang bersama para aktor dan beberapa kru pria, dan mereka sudah heboh karena Yoga, salah satu aktor yang menjadi antagonis, membawa kartu dan membuat mereka semua main bareng.
Merry, aktris yang menjadi lawan main Oliv, menoleh ke belakang, dan mendengus geli melihat kelakuan para pria dewasa yang heboh di area belakang bus.
"Seru banget mereka, ya."
"Emang. Pas tahu produser kita menggaet Rendy buat jadi penata kamera, gue udah yakin, perjalanan kita bakal rusuh. Satu orang Rendy aja udah heboh, ditambah ada Yoga, Dimas, dan yang lain, habis deh," ucap Dira yang sedang ngemil kacang atom, yang dibagi-bagi pada yang lain.
"Yang gue nggak nyangka, Hansen juga bisa ikut heboh-hebohan sama mereka," kata Nessa, make up artist mereka.
Oliv ikut menuang kacang atom ke telapak tangan kiri, dan mulai mencomot satu per satu masuk ke mulutnya, sembari menyahut, "bisa kok. Aslinya dia sableng juga, tapi buat keluar aslinya, itu yang susah."
Merry kembali melihat Oliv.
"Oh iya, lo kan dekat sama Hansen ya."
Oliv mengangguk, sembari menuang sisa kacang ke mulutnya.
"Teman sejak kecil."
"Teman doang?"
"Doang," jawab Oliv sambil kembali menuang kacang atom ke tangannya.
"Padahal mereka kelihatan cute kalau bareng," sahut Dira sambil mengambil kembali bungkus kacang atom.
Oliv tergelak.
"Kelihatannya doang, itu. Aslinya nggak seindah tampak luar."
"Aku masih nggak nyangka, Olivia ternyata orangnya begini," ucap Ana, staf penata rias, sambil menatap Oliv kagum.
Oliv malah tertawa.
"Kenapa? Nggak nyangka aslinya bawel begini, ya?"
"Iya. Nggak sombong padahal model terkenal."
"Gue malah lebih terkejut karena dia bisa mau main film ini, ikutan casting pula," sahut Merry sambil terkekeh pelan.
"Lalu mau aja naik bus rame-rame gini," sahut Nessa, dan Oliv mengernyit.
"Emangnya gue di pandangan kalian kayak apa sih? Kayaknya jelek banget ya."
"Nggak jelek, Liv. Hanya first impression dari orang yang belum kenal dekat sama lo aja," jawab Dira. "Lo itu model yang udah go international, walaupun baru main film sekali, lo langsung jadi pemeran utama dan filmnya booming di pasaran. Lo bahkan masuk nominasi aktris terbaik tahun itu. Ditambah lagi status dari nama belakang lo. Siapa yang nggak kenal Barata Group, sih?"
"Dan lo punya resting bitch face, sih, Liv. No offense," sahut Nessa sambil nyengir. "Kalau gue nggak pernah kerja bareng lo lima tahun yang lalu, gue juga akan berpikir kalau lo kayaknya sombong."
"Nyatanya kan nggak," ucap Dira cepat, sebelum Oliv berargumen. Ana buru-buru mengangguk cepat.
"Emang kalau orang humble, mau statusnya kayak apapun, tetap humble ya."
Oliv yang tadinya mengernyit, sekarang tergelak.
"Asik, gue dibilang humble. Makasih, lho, An. Gue terharu. Gue minta kacangnya lagi, dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
At Last
RomanceIni hanya kisah sederhana, antara dua sahabat sejak kecil yang menyimpan rasa yang sama di waktu yang berbeda Warning 18++ Start : 13 ag'19