Oliv berdiri dan menyalami Sigit, Theo, dan pengacara perusahaan mereka. Ayu ikut berdiri dan menyalami mereka, sebelum pengacara itu pamit meninggalkan mereka berempat dalam ruangan itu.
Sigit melonggarkan dasinya sebelum kembali duduk, lalu menatap Oliv sambil menyeringai iseng.
"Akhirnya gabung juga si Oliv. Siap kerja rodi, anak baru?"
"Sialan. Menyalahgunakan kekuasaan banget ya lo," omel Oliv sambil tertawa, dan direspons dengan tawa oleh Sigit.
"Oh ya, gue udah lihat rincian tawaran ke gue, thank you, Yu," ucap Oliv setelah tawa mereka reda.
"Iya. Kontrak lo sama MAC belum habis ya?"
"Belum. Tapi gue dapet libur, belum ada apa-apa lagi. Palingan gue dapet panggilan kalau udah mau motret buat season depan. Mereka bakal hubungin gue langsung sih, biasanya yang gede gini gue kontak sendiri, nggak kasih manajer gue. Ntar gue kabarin lo."
"Oke, deh."
"Gila, rumor lo gabung agensi kita cepat banget merebak. Kayaknya gara-gara ada yang lihat lo masuk sini tadi," ucap Sigit dengan nada kagum, sembari mengecek ponselnya. "Gue nggak akan heran kalau beberapa hari mendatang bakal banyak tawaran buat Oliv ke agensi kita."
"Pokoknya tektokan sama Ayu, ya. Ntar gue pilah. Lo nggak keberatan gue pilih-pilih job kan?"
Sigit tertawa.
"Nggak lah, Oliv Darling. Lo boleh pilih job manapun yang lo mau, and we will handle the rest. Tenang aja."
"Oke deh."
Pintu ruangan diketuk, dan Theo membukakan pintu. Hansen masuk sambil berbicara panjang, "gue lihat Pak Jaya keluar. Udah beres? Hai Yu, hai Liv. Sorry telat, baru selesai recording."
"Album baru?" tanya Oliv. Hansen mendudukkan dirinya di sebelah Oliv yang otomatis bergeser, memberi cukup ruang untuk Hansen di sofa yang didudukinya.
"Bukan. Demo. Bang Guntur masih galau mau kasih lagu barunya ke siapa, jadi gue dan beberapa penyanyi disuruh rekaman demo. Yang cocok baru dikasih lagunya," jawab Hansen, menyebut nama salah satu produser musik yang bekerja sama dengan agensi mereka.
Hansen menoleh pada Oliv dan menyeringai.
"Gimana? Anak baru mau diospek nggak nih?"
Oliv langsung berdecak kesal, sementara Sigit dan Theo tertawa.
"Pasti dong. Tar kita bikin dia kerja rodi."
"Sialan."
"Eh, Liv," Sigit mencondongkan tubuhnya pada Oliv dengan ekspresi serius, "gue mau nanya di luar soal kerja ya. Udah sejauh apa hubungan lo sama Ron?"
Hansen tersentak pelan, namun tidak disadari oleh siapa pun karena yang lain terfokus pada Sigit dan Oliv.
"Ron? Kenapa?" tanya Oliv bingung.
"Ron? Ronald adik ipar gue?" tanya Theo yang bingung juga.
"Iya adik ipar lo," jawab Sigit pada Theo sebelum kembali fokus pada Oliv, "gue lihat mobilnya yang jemput lo pas hari sabtu kemarin. Sejak kapan lo sedekat itu sama dia?"
"Oh..." Oliv tergelak pelan, "sekitar dua bulan kayaknya. Sejak Flo lahiran. Anak lo udah hampir dua bulan kan?" tanya Oliv pada Theo yang dijawab dengan anggukan.
Sigit mengernyit dalam.
"Jadi dari awal lo udah sedekat itu sama dia? Sampai bisa pakai acara jemput-jemputan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
At Last
RomanceIni hanya kisah sederhana, antara dua sahabat sejak kecil yang menyimpan rasa yang sama di waktu yang berbeda Warning 18++ Start : 13 ag'19