Shinta - 03

154 16 0
                                    

"Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh"

"Selamat pagi"

"Salam sejahtera buat kita semua"

Ucap ku membuka acara perkenalan CEO baru di kantor ku.

Mendapat mandat sebagai MC seperti ini bukanlah hal yang asing bagi ku. Background pendidikan ku membuatku percaya diri untuk berbicara di depan public. Sehingga aku sering didapuk untuk menjadi MC diberbagai acara.

Memang, di kantor ini, baru kali ini aku menerima tugas sebagai MC. Maklum, aku juga baru bekerja di sini dua bulan terakhir.

Tadi sewaktu sampai di ruangan, suasana memang sudah kacau. Pak Wawan - team leader ku mendapat tugas dadakan dari Dewan Direksi untuk mengadakan acara ceremonial penyambutan CEO baru kami.
Tidak hanya itu, kami juga diperintahkan untuk menghubungi media untuk pers conference mengenai berita ini.

Kabar nya CEO baru kami ini adalah anak pertama dari Bapak Anandito Adiguna - pemilik perusahaan ini.
Kabar nya pula, sang CEO baru ini adalah lulusan salah satu kampus terbaik di Amerika.
Dan yang paling menghebohkan adalah, CEO baru ini memiliki wajah yang tampan.
Begitulah kurang lebih issue yang aku dengar saat persiapan tadi di ruangan.

Tugas dadakan ini membuat kami semua langsung bergerak, pembagian tugas pun dilakukan secara cepat, tidak ada waktu untuk memilih ataupun menolak tugas.
Aku sendiri kebagian tugas menghubungi pihak media. Sedangkan untuk MC, biasanya sudah ada Mbak Dian yang bertugas, namun hari ini dia tidak bisa, karena sedang batuk, sehingga tidak memungkinkan untuk bertugas. Dia langsung meminta ku untuk bertukar tugas. Jadilah sekarang, aku yang berdiri di sini.

Waktu yang singkat, membuat kami kerja ekstra cepat. Persiapan ku pun hanya sebentar, aku hanya membaca sepintas susunan acara yang akan aku bawakan setelah tadi sebelumnya sudah di print oleh Mbak Dian. Selebihnya aku membantu anggota team yang lain, yang kira-kira membutuhkan pertolongan.

Saat mempersiap diri tadi, aku pun terlalu fokus kepada mic ku yang secara tiba-tiba bermasalah. Sehingga aku tidak sempat memperhatikan rombongan dewan direksi yang memasuki ruangan.
Tetapi saat, mereka mulai menduduki kursi mereka satu persatu, wajah itu tampak jelas.

Jujur, selama dua bulan bekerja di sini, aku sudah mulai menghafal wajah-wajah dewan direksi di kantor ku. Namun, wajah itu belum pernah aku liat sebelumnya.
Apakah dia CEO baru itu? Walau aku belum pernah melihatnya, namun kenapa aku merasa tidak asing dengan wajah itu? Tapi Dimana?

Kembali ke acara.

Alhamdulillah pembukaan berjalan lancar, rasa grogi ku pun bisa aku atasi. Hanya saja, wajah itu sedikit mengganggu konsentrasi ku. Apalagi saat aku memulai acara tadi, tatapan tajam nya selalu mengintimidasi ku.
Ya Allah apa salah ku? Melihat mata itu, bukan rasa grogi lagi yang aku rasakan, tetapi justru rasa takut. Apa yang membuat dia melihat ku seperti itu?

Aku juga bingung, jenis tatapan apa itu? Sulit untuk aku jelas kan.

"Berikut kita sambut CEO baru kita, Bapak Rama Pratama Adiguna"
"Atas waktu nya kami persilahkan"
Ucap ku gugup setelah menyebutkan nama nya.

Deg.. nama itu..

Karena persiapan yang serba minim, sampai-sampai aku tidak memperhatikan nama itu.
Salahkan aku yang kurang berkonsentrasi, padahal nama itu sudah sedari tadi tertulis di kertas yang ada ditanganku ini.
Aku merutuki sikap ku, kenapa baru sempat membacanya sekarang.

Dia berjalan ke arah ku dengan sorotan mata yang tajam.
Tapi kenapa aku sepertinya kenal dengan sorot mata  itu?

Beberapa saat, tatapan kami saling mengunci. Langkahnya yang semakin mendekat, membuat ku melepaskan tatapan ini. Akhirnya dia sampai di podium yang berada tepat di sebelah ku.

Rama nya Shinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang