Rama - 10

117 14 0
                                    

Sudah lima hari aku berada di kota ini. Berarti sudah lima hari pula aku tidak melihat nya.

Rasa rindu ini sudah mulai sulit aku atasi. Sejak menemukan nya, perasaan memiliki dirinya semakin besar.

Ingin rasa nya segera membicarakan hal ini kepada nya, hanya saja belum ada waktu yang tepat. Pertemuan Direksi yang diadakan di Bali ini tidak bisa aku elak kan.

Yang membuat aku tambah frustasi, keberadaan ku di Bali, nyata nya masih harus diperpanjang. Beberapa rekan bisnis sepakat mengadakan acara sebagai simbol penyambutan ku sebagai member baru di kalangan CEO muda.

Eko sengaja ku kirim balik ke Jakarta untuk menghandle kerjaan di sana yang pastinya sudah mulai menumpuk.
Setelah beberapa hari dibantu ama dia, aku merasa cukup puas dengan kinerja nya.

Sedangkan team dokumentasi yang memang sejak awal meliput kegiatan ku di sini, aku minta untuk extend sampai dengan acara ini selesai. Perkiraannya sih hanya memakan waktu satu hari saja.

Namun... aku tetap butuh tambahan pendamping di sini. Team dokumentasi tidak kompeten untuk hal ini. Jadi aku tidak bisa mengandalkan mereka.

Mengingat itu, ide brilliant ku muncul. Untuk mendampingi ku disini, aku butuh seorang PR.
Daaaaaaan... Shinta lah, orang yang paling tepat untuk tugas itu.

Setelah nya, aku langsung menghubungi Eko untuk minta disambungkan kepada BussDev Manager. Karena PR di kantor ku, dibawah naungan BussDev.

Setelah menyebutkan details yang aku butuhkan, kini aku tinggal menunggu kedatangan Shinta ke sini.

Kini aku sedang berada di kamar, tempat ku menginap dari beberapa hari yang lalu. Di salah satu Hotel berbintang yang ada di Bali.

Yah.. aku kini berada di Bali. Mengingat kota Bali ini, aku jadi ingat akan janji ku kepada Shinta dulu.

Mengingat itu, aku jadi tersenyum sendiri.

"Akan aku tepati janji ku itu sekarang Shin"
Ucap ku pelan.

***

"Assalammu'alaikum"
Ucap ku pada Shinta yang tampak baru tiba di hotel ini.
Dia yang baru saja turun dari mobil yang sengaja aku kirim buat menjemputnya di bandara.

Terlihat dia salah tingkah setelah aku menyapa nya.

"Wa'alaikum salam"
Jawab nya lembut.

"Rekan kamu yang lain berada di hotel yang berbeda"
"Mereka sejak hari pertama berada di hotel yang berada beberapa meter di sebelah hotel ini"
Ucap ku menjelas kan, sebelum dia mencari-cari teman nya yang lain. Sedangkan dia hanya diam mendengarkan tanpa berani melihat kearah ku.

"Hotel tempat mereka sewa, sudah penuh, makanya kamu saya pesan kan hotel disini"
Ucap ku lagi.

"Ini kunci kamar kamu"
"Sini saya antar"
Ucap ku langsung mengambil barang bawaan nya.

Seperti dihipnotis, dia hanya diam tak mengucapkan sepatah kata pun.

Masalah hotel sebelah penuh, memang benar adanya. Namun, seharusnya untuk kelas staf, mereka hanya dapat fasilitas hotel biasa. Namun, karena staf itu adalah Shinta ku, aku mau dia mendapatkan fasilitas yang lebih. Aku mau dia mendapatkan yang terbaik.

Aku turun ke Loby, hanya ingin memastikan bahwa Shinta sudah tiba dengan selamat. Karena penugasan nya mendadak, aku yakin dia ke sini juga dengan persiapan yang minim.

Alhamdulillah, dia sudah tiba di sini dengan selamat walau sudah lewat tengah malam.

Melihat dia yang terlihat sangat lelah, aku tidak tega untuk mengajak dia ngobrol. Biarlah dia istirahat dulu, masih ada hari esok untuk membicarakan tentang kami.

Rama nya Shinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang