Di mobil, Jungkook sepenuhnya mendiami Taehyung.
Pria dengan setelan kemeja putih non formal serta celana bahan berwarna hijau army itu mendengus dan memutar otak memikirkan kesalahannya.
Ia juga menyesali kenapa Airin harus menyinggung nama Soyoung di depan Jungkook. Menyesal sekali karena dirinya belum berani menjelaskan tentang diri dan masa lalunya.
Dalam diam, Jungkook terus terfokus pada pemandangan yang terlihat dari jendela mobil. Jungkook terhanyut pada rasa cemburu yang kian menggebu. Ia bahkan tidak ingin bertanya siapa Soyoung tapi ia ingin tau.
"Ustad/Jungkook,"
Keduanya memanggil secara bersamaan, membuat suasana tambah canggung hingga merasakan pening di kening yang berdenyut nyeri.
"Kamu duluan, Jungkook," ucap Ustad Taehyung mempersilahkan.
Sebenarnya Jungkook ingin bertanya perihal nama perempuan yang di singgung si pemilik butik, namun lidahnya malah terasa kelu.
"Kita mau kemana?"
Jungkook berdehem lucu merasakan atmosfer memanas, membuat Taehyung haus. Jujur, segala sesuatu yang dilakukan calon istrinya hari ini, membuat Taehyung gemas ingin segera memeluk.
"Ke rumah kita," ucap pria di sampingnya singkat.
Jungkook mengangguk, meski dalam hati kaget bukan main. Ia tidak tau jika Taehyung sudah menyiapkan sebuah rumah untuk ditinggali setelah menikah. Rasa bersalah menjalar di relung hatinya begitu saja. Mencekat tiap hembus napas hingga terasa berat.
Perjalanan yang alot, membuat mereka diam tak bergeming hingga mobil terhenti di sebuah pekarangan rumah yang terlihat baru selesai di renovasi.
Taehyung menjadi seseorang yang turun lebih awal lalu berlari kecil untuk membukakan pintu mobil Jungkook.
"Terima kasih, ustad," gumam Jungkook halus yang masih bisa di dengar jelas oleh pria tampan itu.
"Sama-sama, ayo masuk," ajak Taehyung.
Jungkook ragu untuk mengekor, karena tentu mereka hanya berdua di sini. Dan entah kenapa juga ayah dan ibunya menyetujui hal ini. Aneh, meski Jungkook yakin pria tinggi itu tidak akan berbuat macam-macam kepada dirinya. Tapi namanya manusia ya kan?
Taehyung membuka kunci rumahnya dan mempersilahkan Jungkook masuk lebih dulu. Bagai anak manis, Jungkook manut dan menurut. Ketika langkahnya berdiri tepat di dalam rumah, netra Jungkook membulat lucu, bola matanya menjamah tiap sudut ruangan di rumah yang terlihat begitu.. nyaman?
"Ustad!"
"Kamu suka, tidak?" tanya Taehyung ketika Jungkook memekik entah untuk apa.
"Suka sekali! MasyaaAllaah, ustad. Ini beneran rumah kita?" tanya Jungkook memastikan.
Mendengar kata 'kita', Taehyung merona hingga telinga. Pasalnya, kata kita yang keluar dari bibir tipis Jungkook itu sangat amat manis. Membuat Taehyung hampir tercekat ludahnya sendiri. Merasakan hal tidak baik-baik saja ketika dadanya bergemuruh malu.
"Iya, ini rumah kita, Jungkook,"
Penekanan dalam kata kita, membuat Jungkook sadar dan akhirnya menoleh ke pria di belakangnya.
"Ustad,"
"Ayo lihat sekeliling," ajak Taehyung.
Sekali lagi, gadis cantik itu mengekor di belakang pria tinggi dengan surai yang sudah di potong menjadi lebih rapi.
Perawakan tinggi tegap dengan kulit yang sedikit gelap, mampu membuat Jungkook berdesir dengan keinginan memeluk tubuh itu dari belakang. Mungkin akan terasa hangat?
"Ini dapur," ucap Taehyung. Jungkook mengangguk memperhatikan dengan seksama. Interiornya bagus. Memang belum banyak peralatan memasaknya, toh mereka bisa membelinya nanti.
Lalu mereka beralih untuk melihat dua kamar tidur yang berukuran sedang. Sepertinya bisa dijadikan kamar tamu atau kamar anak.
"Ada berapa banyak kamar disini?" tanya Jungkook to the point.
"Ada lima. Empat kamar sedang, satu kamar utama. Dua kamar sedang sudah di rapikan, dua kamar lagi masih berantakan. Tapi kamar utama sudah rapi. Ayo naik," ujar pria itu dengan santai.
Rumah yang memiliki dua lantai ini tak ayal membuat Jungkook kagum. Semua interior memang mahal, tapi rumah ini terlihat begitu sederhana. Bahkan hingga kran airnya saja Jungkook merasa suka entah karena apa.
Dan Jungkook harus merasakan air matanya mengalir tanpa permisi setelah melihat kamar tidur utama yang telah di siapkan Taehyung sedemikian rupa menjadi sebuah kamar yang.. entahlah Jungkook begitu menyukainya hingga menangis.
"Jungkook?" suara Taehyung yang terdengar lebih rendah, membuat Jungkook menghapus paksa air matanya.
"Duduk yuk, kita mengobrol," ajak pria tinggi itu, yang tanpa permisi menggenggam jemari kecil Jungkook dan membawa gadis itu duduk di pinggir ranjang empuk dengan bedcover berwarna vintage.
Taehyung memberanikan diri untuk menghapus air mata yang menggenang di pelupuk cantik calon istrinya. Ia begitu sedih jika melihat Jungkook menangis, meski sebenarnya ia tau bahwa ini tangis bahagia.
"Kenapa menangis, hum?" tanya Taehyung yang sumpah suaranya berkali-kali lebih lembut dan berat dari biasanya. Membuat jakun tajam itu bergerak naik turun.
"Nda apa, ustad. Saya hanya terharu dengan segala sesuatu yang telah ustad lakukan untuk kehidupan setelah menikah," ucap Jungkook membuat hati Taehyung menghangat.
Waktu menunjukkan pukul dua siang. Taehyung menyuruh Jungkook untuk tetap tinggal sementara dia hanya akan memesan makanan lewat online.
"Kalau diingat, kita berdua belum pernah benar-benar memperkenalkan diri dan mengobrol tentang kehidupan di masa lalu. Sekarang, saya ingin kita mengobrolkan hal itu karena hitungan minggu, kita sudah akan menikah. Apa kamu keberatan dengan saya?" tanya Taehyung lembut. Pria itu menjadi lebih dewasa dan tenang, berbeda dengan di pondok.
Jungkook menggeleng tanda mengiyakan. Dirinya juga ingin tau siapa Taehyung sebenarnya.
"Saya nda keberatan, ustad,"
"Saya akan menyampaikan sesuatu, menceritakan tentang saya di masa lalu. Tapi saya mohon, saya mohon kamu untuk tidak terpengaruh pada cerita saya. Semua ini terjadi bertahun-tahun sebelum saya kenal kamu," ucap Taehyung yang membuat Jungkook was-was.
"Ustad?"
"Saya..."
"Saya bukan pria yang baik di masa lalu, Jungkook,"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) CINTA DI WAKTU SUBUH || √TK (GS) Non Baku
AcakUpdate : Random Tittle : Cinta di Waktu Subuh (GS) Author : Kingtaehyung636 Cast : Kim Taehyung, Jeon Jungkook Genre : Religius Rated : Mature Cover Book : me Baca aja udeh, kapan lagi ainq buat yang religius