7|Teror

316 64 5
                                    

Dua hari sudah berlalu setelah kepergian Aya.

Dan, hari ini Hania akan diizinkan pulang ke rumah.

Aku dan mama segera menjemput Hania ke rumah Sakit Citra di Bogor.

Setelah kami membereskan perlengkapan Hania dikamar, kami segera berjalan keluar kamar dan akan pulang bersama-sama. Mama dan papaku meminta agar aku dan Hania tidak melakukan hal aneh dan ketika kami mulai merasakan hal aneh kami harus langsung mengadu pada mereka .

Itu cukup membuat aku dan Hania tenang, setidaknya teror ini tak aku jalani sendirian, dan ada yang percaya padaku dan Hania .

Kami berjalan bersamaan.

Saat berjalan untuk keluar dari rumah sakit, kami melewati ruang UGD tempat dimana Hania dirawat, aku ingat di belokan pertama disana ada sebuah bangku tempatku dan Aya duduk berdua untuk terkahir kalinya.

Aku melewatinya dan menatap bangku itu, seketika aku merasa sangat sedih dan tak bisa menahan air mataku.

Mamaku mencoba menenangkan aku, dia menggandeng erat tanganku . Kami terus berjalan menjauhi bangku itu.

Aku harus ikhlas dan aku harus kuat
Pikirku.

Tak jauh dari sana aku melihat sebuah ruangan yang berada diujung koridor tempat kami berjalan saat ini.

Ruangan ini.. ruangan dimana aku mendengar suara teriakan dan tangisan itu.

Saat sudah hampir dekat kami melewati ruangan ini dan aku melihat tulisan di ruangan itu.

*Kamar Mayat*

"Hah? Kamar mayat?"
Ucapku saat membaca tulisan itu. Aku seketika mengentikan langkahku .

"Kenapa Ra?"
Tanya mama padaku.

"Kamar mayat ini ... .."
Ucapku terbata

"Iya .. disini waktu terakhir kali Aya terbaring sebelum dimakamkan. Kamu harus ikhlas.. biar bagaimanapun..-"

Belum sempat mamaku menyelesaikan ucapannya, aku langsung teringat sesuatu dan tak mendengarkan ucapan mamaku lagi.

Tangisan itu...???
Suara teriakan itu..?

Suara tangisan itu pernah aku dengar. Setelah ku ingat-ingat ...

Astaga.. malam saat aku duduk bersama Aya di koridor rumah sakit itu..

Itu.....

Aku berjalan mendekati pintu kamar mayat itu tanpa menghiraukan mama, Hania dan papaku.

Aku menghentikan langkahku seketika saat aku sudah sangat dekat dengan pintu ruangan itu.

Seperti Dejavu rasanya.

Benar-benar persis seperti yang aku dengar malam itu. Aku mendengar suara tangisan serta teriakan diriku sendiri saat itu, tapi aku tak tau tangisan macam apa yang terdengar sangat menyedihkan itu.

Setelah ku ingat.. suaranya sangat-sangat sama persis dengan suara yang kudengar tepat sebelum Aya benar-benar pergi untuk selamanya.

Apakah ini sebuah kebetulan? Atau aku seperti mendapatkan peringatan?

Sungguh teror ini menyiksa sekali untuk ku .

"Ra ... Kenapa nak?"
Tegur mama padaku yang malah terdiam didepan ruangan peristirahatan terakhir Aya itu.

Seketika aku tersadar setelah mendengar suara mamaku, dan langsung berbalik untuk kembali ke posisi ku tadi.

Saat aku berbalik seketika mereka tidak ada disana .

INGAT AKU [MOZZA | MORRA] Part2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang