3. Persambatan anak teknik

1.3K 209 4
                                    

"Oi ren kusut amat itu muka, bajunya aksa aja kalah" ujar Nalen yang sedang duduk di teras bersama Jovi sambil memainkan gitar.

Memang sore ini wajah Rendi lebih kusut daripada hari biasanya. Kantung mata yang semakin hitam begitu ketara jelas jika dirinya kurang tidur.

Rendi yang baru saja pualng dari kampus hanya menghela nafas berat saat melihat duo sejoli sedang asik memakan gorengan sambil bermain gitar. Rendi sempat berfikir kapan dirinya bisa ada waktu buat sekedar nongkrong dengan teman-temannya. Dulu waktu masih maba ia masih sering nongkrong bersama jovi, nalen dan juga aksa. Tapi semenjak memasuki semester 3, ia jadi disibukkan dengan tugas-tugas kuliah yang tidak ada habisnya.

Rendi membuka jok motor N-max nya dan mengambil beberapa barang yang ia simpan di dalamnya.

Walaupun badannya yang bisa dibilang cukup mungil, Rendi tetap memilih menggunakan motor N-max ini karena kapasitas bagasinya yang lebar dibandingkan motor lainnya. Gunanya yang pasti untuk meletakkan tetek bengek perlengkapan anak arsi .

Saat melihat Rendi kesusahan dengan barang bawaan yang batu saja ia keluarkan dari jok motor, Nalen dengan berbaik hati menawarkan pertolongan.

"Mau gue bantu bawain nggak ren? Atau lo mau ngopi sama makan gorengan dulu sama kita?"

"Terakhir kali lo bantuin gue, lo malah matahin penggaris rotring gue asu" jawab Rendi sedikit ngegas mengingat kejadian dua bulan yang lalu.

"Yaelah Ketimbang penggaris doang ren. Lagian lo kuliah udah kaya mau buka toko atk aja, banyak bener yang dibawa" ucap Nalen tanpa dosa.

"Ketimbang penggaris doang matamu. Itu penggaris mahal goblok"

"Ya maap ren kan gue nggak sengaja. Niat hati juga mau bantuin elo ren, Lagian udah lama juga kenapa masih inget aja sih lo" Nalen meminta maaf dengan wajah memelas.

"Duduk dulu sini ren, makan gorengan nih mumpung masih anget" tawar jovi mengangkat piring yang berisikan gorengan ke arah Rendi.

"Wih mantap ada gorengan" Belom sempat Rendi berbicara, Aksa datang tiba-tiba dengan rambut setengah basah karena baru selesai mandi dan langsung mencomot pisang goreng di piring yang sedang dipegang oleh jovi.

"Gue nawarin rendi ya bukan lo. Udah kaya jailangkung aja lo dateng tiba-tiba" ucap jovi.

"Rendi gak mau katanya" balas Aksa santai sambil menikmati pisang goreng dan sesekali menyeruput kopi di samping jovi. "duduk dulu kali ren. Gak capek lo bediri terus?" lanjut aksa.

Akhirnya Rendi ikut bergambung dengan para cecunguk itu. Sebelumnya rendi sudah meletakkan peralatan gambar dan drafting tubenya di kursi yang tentunya jauh dari jangkauan teman-temannya. Rendi masih trauma akan penggarisnya yang dipatahkan oleh nalen dua bulan yang lalu. Jadi ia tidak mau mengmbil resiko yang mungkin akan lebih mengerikan lagi.

"Huh Capek banget gue. Rasanya pengen nyerah aja" ucap Rendi menghela nafas berat dan duduk disamping Aksa serta ikut mengambil gorengan di piring.

"Ngapa lo? ditolak cewek?" tanya Aksa.

"Ngadi-ngadi Si aksa. Rendi mana demen sama cewek. Dia kan pacaran sama buku gambar" sahut Nalen asal.

"Gue masih suka cewek anjir"

"Hahaha lagian nyerah kenapa?. Udah kaya sad boy di tolak cewek aja lo" ucap jovi ikut nimbrung.

"Gue bukan di tolak cewek su. Lagian mana ada waktu gue buat ngebucin kayak si nalen"

"Terus kenapa bambang?"

"Yang ada Nalen bukan ngebucin tapi ngardus" ucap Aksa gereget dan mendapatkan toyoran dari Nalen.

Akasa DJogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang