12

6 3 0
                                    

Jangan lupa vote and commentnya yaa, terima kasih💙.


~Selamat Membaca~

Selasa, 31 Desember 2019

Dara benar-benar dibuat bingung dengan takdir yang terjadi dalam hidupnya saat ini.

Bagaimana bisa dia kembali di sebuah tempat dimana Dean pernah mengajaknya. Dia datang dengan perasaan yang berbanding terbalik tapi sama penyebabnya namun, berbeda orang yang menemaninya.

Bukankah takdir terasa mempermainkannya dengan dua lelaki ini?

"Hey, Dar kok diem? Ayok kesana"

Sial, bahkan Dewa mengajaknya berjalan lagi menuju ke tempat yang faktanya tempat itu pernah dia pijak bersama Dean.

Bahkan sialnya lagi, mengapa Dewa harus menggandeng tangannya seperti Dean lakukan padanya dulu.

"Gimana Dar, suka nggak lo pemandangannya? Pinter kan gue bisa nemu tempat begini."

Dara masih tetap diam tak menjawab pertanyaan Dewa barusan. Otakknya terlalu sibuk memutar memori pada saat itu, dia tengah menyelam memori dimana dia pernah berdoa dalam hati. Semoga suatu saat nanti dia bisa merasakan cinta dari seorang Dean. Tanpa dia tahu, bahwa doa yang pernah dia harapkan tak akan pernah ter wujud sampai kapanpun.

Memori itu tak berenti berputar sampai saat itu. Memori itu berlanjut dengan kejadian-kejadian bahagia yang melibatkan Dean di dalamnya, lalu berakhir dengan kejadian beberapa jam yang lalu di cafe.

Dan tepat saat kalimat Dean yang menyuruhnya untuk tidak terjatuh padanya membuat Dara menumpahkan air matanya lagi.

"Hei, ada apa?" Dewa panik tiba-tiba melihat Dara menitihkan air matanya dan tak lama kemudian Dara berjongkok masih sambil menangis.

Tangisnya terdengar pilu dan sarat akan kesakitan. Dewa makin bingung bahkan saat Dara mulai sesenggukan.

"Kenapa? Lo sakit?" Terlihat jelas raut khawatir di wajah Dewa saat ini.

"Lo nggak suka tempatnya ya, gue minta maaf apapun itu maaf." ucap Dewa

Dara masih menangis sesenggukan,"Kenapa? Kenapa kak Dean nggak cinta sama gue?"

Mendengar nama Dean disebut cukup membuat perubahan pada wajah Dewa, dia seperti tidak suka mendengar nama Dean terucap dari mulut Dara.

"Gue...." Dara mengambil jeda di ucapannya

"Iya tau, gausah bilang" sela Dewa

Dara tak mengindahkan ucapan Dewa barusan,"Gue suka sama kak Dean."

"Gue pikir...masih ada harapan...tapi waktu kak Dean nyuruh gue berhenti...gue ngerasa sakit- beneran sakit banget." ucap Dara sambil mengelus dadanya.

"Apalagi waktu....inget gue...pernah kesini sama dia dan semua kenangan indah sama kak Dean...bikin gue makin sakit" Dara yang malah makin menangis.

Dewa menangkup wajah Dara yang menunduk dengan kedua telapak tangannya. "Coba liat, lo jangan nangis nanti jelek."ucapnya sambil mengusap air mata Dara menggunakan ibu jarinya.

Jarinya menyelipkan helaian rambut Dara kebelakang telinga. "Jangan nangis"

Dewa masih mengusap air mata Dara menggunakan ibu jarinya dan sesekali mengelus rambut Dara. Samar-samar terdengar suara kembang api.

Tak lama kemudian, Dara menepis tangan Dewa. "Udahlah, gue mau pulang aja." Dara berdiri dan mulai berjalan ke arah parkiran, meninggalkan Dewa yang masih menatap punggungnya.

Terlanjur Mencinta#1 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang