• 11. A Threat And A Wrong Decision •

179 39 30
                                    

Yun Hee POV

Sudah 3 minggu berlalu. Aku akhirnya bisa kembali berjalan dengan normal, setelah mengikuti terapi dan latihan untuk menggerakkan kakiku yang sempat tidak bisa digunakan untuk berjalan. Walau masih tertatih, aku sudah bisa menggerakkan kakiku ini. Rencananya aku akan kembali bekerja besok, karena aku tidak suka berdiam diri di rumah.

Selama 3 minggu itu, aku menghindari Seungmin dengan menyibukkan diri, seperti melakukan terapi, jalan-jalan ke taman bersama Ayah, dan lain sebagainya. Aku bahkan bersembunyi di ruangan Aeri agar aku bisa menghindari lelaki itu. Aku marah kepadanya karena ia berani mencuri satu kecupan di bibirku. Enak saja. Aku bukan siapa-siapanya dia, tetapi dia berani sekali menciumku. Jika Ayah melihat, dia bisa babak belur karena Ayah orangnya keras dan tegas. Ayah tidak suka jika ada lelaki yang berani melakukan hal yang tidak-tidak kepadaku. Ya, Ayah sesayang itu padaku, sampai dia mengajariku ilmu bela diri agar bisa melawan orang jahat dan tidak segan-segan membuat orang lain takut jika berani menggangguku.

"Putriku sayang, bagaimana keadaanmu?" tanya Bunda, ia baru saja masuk ke kamarku. Saat ini aku sedang rebahan di kasur sambil memainkan game di ponselku. Mendengar suara Bunda, aku langsung mematikan ponselku dan duduk menghadap Bunda.

"Yun Hee sudah lebih baik, Bunda. Bunda jangan khawatir," baik, jiwa-jiwa manjaku pun keluar. Aku langsung memberikan kode kepada Bunda untuk segera memelukku. Bunda yang paham akan hal itu langsung dengan sigap memelukku.

"Putri kesayangannya Bunda kenapa, hm? Tumben manja begini," kata Bunda ketika memelukku. Aku hanya menggeleng, entah mengapa aku merasa takut, sehingga aku butuh sebuah pelukan hangat dari sang Bunda. Bunda mengusap suraiku dengan lembut, sehingga membuatku merasa nyaman.

"Oh iya, Nak. Sebentar," ucap Bunda, sambil perlahan melepaskan pelukan kami. Aku dengan tidak relanya pun ikut melepaskan pelukan kami. Bunda saat ini tersenyum hangat, yang membuat hatiku pun ikut menghangat.

"Bunda sama Ayah mau pergi sebentar, ya. Kamu gak apa, kan, tinggal sendiri?" tanya Bunda. Aku menatap bingung kepada Bunda.

"Bunda mau kemana? Terus kapan kembali?" tanyaku. Sedikit sedih ketika mengetahui Bunda dan Ayah akan pergi.

"Bunda sama Ayah mau pergi ke Incheon sebentar. Ada yang harus Bunda urus bersama Ayah. 3 hari lagi Bunda kembali. Kamu gak masalah kan, tidur sendiri dulu?" jelas Bunda, yang membuatku seketika bersedih. Pasti masalah keluarga di kampung.

"Bunda jangan lama-lama, yaaa... Yun Hee gak suka sendiri..." rengekku kepada Bunda. Bunda terkekeh pelan mendengar suaraku yang terdengar merengek. Bunda pun memelukku lagi.

"Iya, putriku sayang, Bunda cuma sebentar. Aigoo putri kecilnya Bunda kenapa manja banget, ya? Bunda jadi makin sayang sama putri Bunda ini," Bunda mengecup kedua pipiku yang membuatku merasa geli. Bunda memang masih suka memperlakukanku seperti anak kecil, jika aku sedang ingin manja kepada Bunda.

Puas berpelukan, kami pun akhirnya melepaskan pelukan kami. Bunda pun mencium pipiku sekali lagi, lalu mengelus suraiku dengan penuh kasih sayang.

"Ya sudah, Bunda siap-siap dulu, ya? Kalau butuh sesuatu, minta bantuan sama Aeri, Dokter Jeongin, atau Seungmin. Bunda sudah mengirimi mereka pesan untuk menengokmu sesekali. Bunda pamit, ya, putriku sayang. Hati-hati, ya." pesan Bunda sebelum keluar dari kamarku. Aku mengangguk.

"Bunda juga, ya. Bunda harus hati-hati. Bunda pokoknya harus kembali dalam keadaan sehat. Oke?" pintaku lalu mencium pipi Bunda. Bunda tersenyum.

"Iya, putriku sayang." balas Bunda, lalu beranjak keluar dari kamarku. Setelah itu, aku pun menyaksikan Bunda dan Ayah yang keluar dari rumah pada jam 10 pagi, meninggalkan rumah dan aku sendiri untuk menyelesaikan urusannya mereka. Tak apa. Hanya 3 hari. Meskipun sendirian, setidaknya aku tidak terlalu bosan, karena besok aku sudah mulai bekerja kembali.

Hello My Future | Kim Seungmin [END] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang