tamu bapak

5 1 0
                                    

heppy reading

   Adzan magrib berkumandang menandakan waktu berbuka puasa tiba, aku meminum air putih sebagai melepas dahaga. menu berbuka hari pertama ibu memasakan semur ayam dan bakwan jagung. semua terasa lezat dan nikmat.   setelah berbuka  aku mengambil air wudu untuk melaksanakan salat magrib. tak lupa aku membaca mushaf kitab suci Al quran .

tok ... tok... tok... terdengar ketukan pintu kamar. 

''hasna '' suara ibu dari balik pintu kamar.

''iya bu'' aku langsung membuka pintu kamar, kaki ibu langsung masuk ke dalam kamar.

''has, tolong ini taruh di meja bapak. ibu mau bikin minum untuk tamu.'' ibu menyerahkan berkas yang berisi gambaran pola bangunan rumah. bapak berkerja sebagai arsitek rumah 

''iya bu'' aku menganggukkan kepala. 

aku langsung menuju ruangan yang di perintahkan ibu. aku memasuki ruangan bapak  bola mataku melihat map berwarna biru bertuliskan  Al furqon.  aku membukanya mataku di buat takjub dari beberapa isi map tersebut rancangan proyek rumah elit dengan disaen moderen. 

setelah aku menaruh berkas di ruang bapak. aku kembali dan menuju dapur untuk membantu ibu menyiapkan minuman dan cemilan untuk tamu bapak.  ibu memberikan tugas lagi, yaitu menghantarkan minuman ke ruang tamu.

aku melihat sesosok pria muda di perkirakan lebih tua dariku dua tahun bapak menyuruhku untuk ikut duduk. bapak mengenalkanku dengan pemuda tersabut.

''hasna ini nak aziz  teman bapak yang akan berkerja sama di pembangun  palembang''

aku menatapnya sambil tersenyum begitu juga dengan dia tersenyum dengan ramah. aziz seorang arsitek muda dan tampan. kami berkenalan dan saling mengobrol banyak hal tentang disaen rumah dari yang bertipe dua kamar sampai rumah rumah sultan.

terdengar adzan isya berkumandang. aku bersiap siap untuk berangkat ke masjid bersama bapak ibu serta aziz, yang ingin ikut salat sunah terawih di masjid dekat rumah. sedangkan umam berangkat lebih awal dan pulang paling akhir karena ia juga bertugas menjadi anggota remaja masjid. umam berumur enam belas tahun ia duduk di bangku SMA kelas  dua.  sementara aku berumur dua puluh tiga tahun jarak umur kami sangat jauh namun bisa di hitung dengan jari.

masjid tampak ramai jamaah sudah menggelarkan sajadahnya dengan rapih. aku salat di samping kanan ibu semetara bapak, aziz dan umam di dalam masjid. seorang ibu ibu berparuh baya bertanya padaku 

''mba has, itu yang disamping bapakmu calon mu mba?"

''itu teman bapak bu, ''jawabku singkat.

''sekarang temen besok mantu mba has'' cerocos nisa pelan di iringi tawa.

''Doakan saja bu'' tanganku menyikut nisa pelan.

''abis mba hasna cantik sama pinter, pantas aja banyak yang ngantri.''

aku yang mengabaikan obrolan ibu itu. aku mencari sesosok manusia dingin itu tepat di depan pintu masjid tampak berdiri sesosok pria berjas biru dan memakai sarung hitam polos dan memegang sorban ungu.

adzan ikomat berkumandang untuk salat isya berjamaah terlebih dahulu baru di lanjutkan salat sunah terawih.

salah satu keutamaan salat terawih yaitu di ampuni ya dosa dosanya sebagaimana  Rasulullah bersabda;  dalam hadist hurairah ''Barang siapa melakukan qiyam ramdhan karena iman dan mencari pahala maka dosa dosanya yang telah lalu akan di ampuni ''

***

sepulang dari masjid bapak memanggil ku ia menanyakan suatu hal yaitu, ia menyakan soal aku dan kedekatan teman laki laki ku.

''has, apa kamu sudah memiliki seseorang yang akan menjadi imam di masa depan mu?''

aku menggelengkan kepala

 ''belum pak, hasna justru masih nyman sendiri dan hidup bersama bapak ibu.'' ucapku terseyum

''bapak ibu semakin tua,sudah saatnya kamu untuk belajar hidup mandiri, dan kamu juga berhak menentukan masa depan hidup sendiri''

mendengar perkataan bapak aku langsung menundukkan kepala. 

''bapak berharap kamu menikah dengan orang yang tepat dan jangan terlalu berharap pada manusia karena saat kita berharap pada manusia kita akan lebih kecewa dari pada apa yang kita mau, berharap dan berdoalah pada Allah ''

''iya pak, insya Allah hasna akan mencarinya di sepertiga malam hasna'' ucapku untuk menghibur bapak ibu yang sedang duduk di depan tv 

aku langsung teringat arga dulu ia selalu aku sebut namanya dalam doa doaku dia adalah manusia yang paling aku harapkan tapi justru kekecewaan yang datang. 

ya Allah 

maafkan hati ini yang pernah mengharapkan salah satu hamba mu yang lupa atas nikmatnya jatuh cinta lalu menjadi harapan  nafsu dan Shaw at dalam pikiran.

aku tidak pernah berfikir tentanng bapak akan menanyakan hal seperti itu. aku masih berfikir bagaimana cara membahagiakan kedua orang tuaku saat ini. aku tidak ingin memikirkan perasaan apa lagi untuk soal hati karena hatiku baru saja sembu setelah dua tahun untuk mencari cela kesibukan bersama anak anak TPQ.

aku mengambil benda persegi panjang alat untuk berkomunikasi aku melihat beberapa chat dari grup WhatsApp mata terpaku pada satu nomer bertuliskan hamdan. aku semakin penasaran langsung melihat kontak profil chat dari grup WhatsApp messenger itu. profil menunjukan dirinya yang menggunakan kaos hitam tampa peci di kepala. ia ternyata memiliki rambut ikal serta kumis tipis.

aku tersenyum melihat gambar foto dirinya ia memang sesosok pria yang tegas dan ramah namun aku sendiri masih bingung mengapa dirinya sangat dingin ke padaku. salah satu chat dari mereka meminta ku. mereka ingin dibuatkan makan riang sebagai cemilan saat tadarus malam karena udaranya yang dingin menjadi mmudah lapar.

''mba has, aku mau dong di bikini jajanan buat cemilan tadarusan kalo malam suka lapar.''

aku langsung membalasnya chat dari seorang penghuni grup tersebut.

Me
''emang mau di bikinin jajan apa?'' tanyaku. 

Adi
''odading mang ole aja mba hehe.''

Nisa
''putu ayu aja deh yang simpel. '' tawarnya lagi.

kini umam juga ikut membalas chat mereka.

Umam
''kok pada minta jajanan?. emang mba aku itu tukang kue gratisan.''

Adi
''berbagi itu berpahala mam jadi gak usah perhitungan kenapa?.''

Umam
''jaman gini gratisan ? WC umum aja bayar bro.'' komentar umam sangat pedas.

aku langsung mengambil jalan tengah agar mereka bisa kondusif kembali.

Me
''insa Allah ya adi.  mba tidak banyak menjanjikanikan tapi akan mba usahain soal jajanan biar mba membuatkan saja kalian terima jadi.''

''oke siap mba.''

malam menunjukan pukul sembilan mataku sudah tidak kuat lagi untuk bulat sempurna aku segera membaca doa dan menarik selimut.

  

banjarnegara 15, maret 2021.

Hamdan pakis (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang