kucing

0 1 0
                                    

Heppy reading

Jumat Minggu ini aku, Nisa dan sifa. Bertugas di masjid untuk membersihkan masjid yang akan di gunakan untuk shalat Jum'at nanti.

Aku membagikan tugas aku akan menyapu dan mengepel di bagian dalam masjid, Nisa yang mengelap kaca sementara Sifa aku tugaskan untuk menyapu halaman dan kamar mandi.

Saat aku membereskan tempat yang di gunakan imam untuk shalat aku menemukan tasbih berbentuk gelang kokka warna coklat. Mungkin gelang ini sengaja di tinggal agar mudah di cari dan tidak perlu membawanya kesana-kemari, sajadah yang biasanya di pakai aku menggantinya dengan sajadah yang baru aku ambil di lemari. Aku menata dan menghamparkan sajadah itu. Lalu aku mengepel bagi lainnya.

Saat aku ingin mencuci kain pel aku melihat tumpukan makanan sisa tulang dan nasi. Yang di tempatkan di kotak. Aku hendak akan membuang makan itu.

"He..he.. kamu mau apakan makanan itu?."

"Buang" jawabku cepat

"Mubasir tau makanan kaya ginian masih ada yang butuh selain kita!."

Aku mengerutkan dahi aku tidak paham dengan apa yang dia katakan.
Dia membuang nafas dengan kasar.
Kini ustad itu berperilaku aneh. Ia justru celingukan kesana kemari.

"Puss.. puss meong" suaranya yang sedang memanggil kucing.

Sela beberapa lama datang lah 3 ekor kucing liar yang mendekat di bawah kaki ustad Hamdan. Kini aku paham mengapa ustad Hamdan tidak membuang makanan cuma cuma.

"Miong" kucing itu tampak luluh.

Aku tersenyum saat hamdan memberikan makanan pada 3 kucing itu rupanya ia peduli dengan sesama mahluk hidup.

"Mba ingin mencobanya memberi makan untuk kucing?"

Aku yang menggeleng cepat "tidak mas aku mau kembali mengepel masjid yang belum selesai.

Binatang yang paling di sukai rasulullah Saw. adalah kucing karena binatang tersebut tidak najis. aku tersenyum melihat Hamdan yang tampak asyik memainkan kucing itu.

aku pernah membaca sebuah buku jika seseorang yang sangat menyayangi bintang seperti kucing mereka memiliki sifat yang ramah dan lembut.

Setelah selesai dengan tugasku aku segera pulang untuk melanjutkan membuat kue, kebetulan hari ini Bu sum dan Bu RT memesan kue 10 toples karena kue kue itu akan di bagikan kepada saudaranya. lumayan juga jika usaha kecil kecilan bisa membantu ekonomi keluarga.

Setiba di rumah nisa memanggilku ia ingin ikut belajar membuat kue kering "Mba aku boleh ikutan lihat cara bikin kue"

Aku menganggukkan kepala dan melebar senyumku. Sinta yang tampak sudah sibuk bekerja dari tadi bersama ibu sudah mendapatkan 8 toples kue kering.

"Has tau gak? Hari ini kita dapat pesanan banyak."

"Alhamdulillah. Dong terus apa bahannya masih cukup?" tanyaku.

"Kalo buat nastar dan putri saljunya masih, tapi kalo buat yang lain lain kurang."

Aku mengangguk kepala

"Ibunya Bima juga ikut order kue kita"

"berapa?"

"Semua varian  tapi satu satu, soalnya aku bilang kalo gak coba buatan ku nanti nyesel"

"Waw, Mba Sinta pinter membujuk orang ya mba." ucapnya di iringi tawa dari nisa.

Aku mengacungkan jempol untuk nya.

Hari semakin siang kue pesanan siap di antara ke rumah Bu rt dan Bu sum aku di bonceng Nisa menggunakan motor meticnya. Sementara sinta menghantarkan kue ke tempat lain ia juga berpesan untuk tidak menghantarkan kue ke tempat Bima, karena Bima ingin main dan bersilaturahmi dengan bapak ibu ku.

Sepulang dari menghantarkan pesanan aku mampir ke minimarket untuk membeli kekurangan bahan kue.

Adzan Maghrib akan berkumandang 2 jam lagi aku mengajak Nisa untuk berkeliling persawahan yang tak jauh dari tempat tinggal ku. Semumpung hari Jumat pengajian TPQ di libur jadi aku gunakan untuk berjalan jalan ngabuburit mencari Udara yang sejuk dan segar membuatku terasa tenang.

"Mba, ustad hamdan cool loh mba" Nisa mulai buka suara

kali ini aku memilih terdiam membiarkan nisa berbicara dengan penilaian nya kini kami duduk di gubuk beratap batang pohon padi.

"Mba... Kalo di pikir pikir ustad itu sempurna baik, pinter agamanya, dia juga pandai jualan."

"apa tadi pandai jualan?"

Nisa menganggukkan kepalanya
"Pas itu aku liat di Instagram nya coba deh di cek pengikutnya udah hampir 1 juta. Kalo ga salah namanya Hamdan_pakis bagus loh mba" pujinya kini dia bagaikan langit

"Ohh.." jawabku

"Dia juga suka dengan kucing."

Kali ini aku mencoba angkat suara.

"Dia mempunyai jiwa yang lembut." Jawabku membuat nisa tampak bingung.

"aku gak salah dengar kan Mba terus Mba Hasna tau dari mana kalo dia orang yang sangat lembut" kali ini nisa menatap ku tajam.

"tadi pagi aku melihat ia memang penyuka kucing sampai sampai dia rela misahin makan sisa cuma buat ku kucing liar yang ada di dekat masjid"

"Manusia memang harus saling menyayangi binatang karena bagaimanapun mereka juga mahluk -Nya."

Aku hanya mengangguk-angguk kepala.

Setelah puas menikmati hamparan sawah saatnya kini pulang untuk menghitung jumlah uang jualan kue kering. Karena sudah tidak ada tujuan lagi selain menunggu waktu berbuka.

Bapak sedang duduk di depan teras sedang menggeser posisi penggarisnya "iya bapakku seorang arsitek" aku bermimpi jika aku sudah menikah nanti aku akan meminta di buatkan disean rumah darinya.

"Assalamualaikum." Ucapku seraya menyalami tangan dan mencium punggung tangan kanannya.

"Nganter kue kok lama banget baru pulang sudah mepet mau berbuka puasa."tanyanya sambil memfokuskan Perkerjaan ya.

"Mumpung hari Jumat pak jadi bisa jalan ngabuburit di sawah."jelas ku

Bapak mengagguakan kepala nya, aku berjalan kedalam untuk mandi supaya badan terasa segar.

Banjarnegara 24 maret 2021.

Author bingung mau nulis apa 😤

Ya udah sebelum lanjut yuk bintang nya jangan di lupakan.⭐⭐⭐

Hamdan pakis (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang