pertemuan arga

6 0 0
                                    

Sore ini fira tidak ada jadwal kegiatan melainkan kosong ia berjanji akan mengajakku untuk pergi mengelilingi sudut kota Palembang. Lebih tempatnya jalan jalan sore fira membawaku ke jembatan Ampera yang sangat terkenal.

Aku dan fira dari rumah menuju Ampera dengan motor matic dengan jarak waktu satu jam dari rumah. Jembatan Ampera tampak ramai banyak pengunjung nya apa lagi ke masih dalam suasana lebaran banyak orang yang dari luar kota seperti Jakarta Bandung Jawa dll, untuk menikmati pemandangan nya.

 Jembatan Ampera tampak ramai banyak pengunjung nya apa lagi ke masih dalam suasana lebaran banyak orang yang dari luar kota seperti Jakarta Bandung Jawa dll, untuk menikmati pemandangan nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jembatan Ampera..
Terbentang di atas sungai Musi  dengan pajang 1.177m lebar 22 m tinggi 63m

Sungai menghubungkan dua kawasan seberang ulu  dan seberang Ilir. Di pisahkan oleh sungai Musi.

Banyak masyarakat yang memiliki kapal untuk menyebrangi sungai lewat jalur bawah jembatan untuk menuju beberapa daerah salah seperti kabupaten Banyuasin, sungai baung. Atau hanya menyebrangi ke pasar rakyat. Dan kapal nelayan di sekitar sungai Musi sebagai mata pencaharian.

Kali ini aku akan mengunjungi pasar tradisional yang menjual makanan aku dan fira haruS menyebrangi sungai untuk sampai di pasar.

Kami menemukan kapal yang akan melaju ke Ilir untuk menikmati makana khas dan aneka jajanan lain. Sesampainya aku di pasar aku di kejutkan seorang yang sedang berdiri terlamun di depan gerobak kaki lima.

Sesosok pria yang dulu menjadi topik hangat dalam hatiku dan larut dalam pikiran ku namun itu dulu sebelum aku di buat muak dan kecewa. Sebelum di mana aku menyimpan rasa kagum ku dan baik baik saja.

Aku tidak menyangka Palembang yang begitu luas nyatanya kini sempit dan terasa sesak dalam dada.

"Mba Hasna ayo mba kita mampir di gerobak itu yang ada abangnya lagi duduk di situ tempat langganan umi."

"Apa?" 

Tangan fira kini menarik ku dengan keras membuat tubuh ku terbawa dengan cepat untuk mendekati gerobak.

"Bang pesan yang bias dua ya!."

"Iy__, Hasna?"

"Lah kok Abang tau namanya?"

"Iya pesan dua yang satu pedas apa biasa aja?"

"Mba Hasna maunya apa?."

"Di samain aja fir,"

Lelaki itu pun segera membuat dua prosi empe pe dengan cepat. Dan mengantarkan dua mangku berisi kuah berbau khas. Namun ia tidak segera pergi kembali ke tempat kerjanya justru ia ikut duduk tepat di depan ku.

"Hasna" panggilan nya.
Aku segera mendongkkan kepala.

"Kamu apa kabar? Kenapa kamu bisa di sini?"

"Cerita nya panjang." ucapku.
Lah mba Hasna udah kenal sama Abang Arga.

"Dia temanku jaman masih di pondok"

Fira hanya mengangguk anggukan kepala sementara mulutnya berbentuk O, 

Aku menggeser sedikit menjauh dari fira. agar aku bisa memberi kesempatan untuk ia berbicara.

"Hasna kamu apa kabar? Kenapa kamu bisa ada disini?"

"Kabar aku baik.lebih baik malah"
Aku terfokuskan pada makanan untuk masuk ke dalam mulut.

"Terus kenapa ada disini?."

"Ikut bapak, bapak lagi ada kerjaan. Sekalian mudik ke tempat kakek." jawabku enteng

Arga hanya mengangguk angguk. Dan hening beberapa saat.

"Has apa aku punya kesempatan untuk memperbaiki ini semua? setelah aku tau kamu pernah menyimpan rasa untukku?"

"Maaf ga, aku gak bisa! Bukannya harusnya kamu udah berangkat ke turki?"

"Harusnya gitu si, cuma pas kemarin mau berangkat ayah ku sakit keras sampai meninggal. ayah punya penyakit jantung, dengan terpaksa aku izin mundur dari jadwal yang seharusnya."

Terlihat wajah murung dari sesosok Arga yang masih berkabu. Dalam hati ku merasa iba tapi di satu sisi aku bukan siapa siapanya. Dulu pernah mengharapkan aku yang berada terdepan saat aku dan dirinya berbagi entah itu suka maupun duku. Tapi aku sadar aku sudah mempunyai calon suami yaitu Hamdan bagai manapun dia, aku harus menjaga hatinya.

"Aku tau aku salah dan mengabaikan mu tapi aku janji setelah aku pulang dari pendidikan ku di Turki aku akan melamar mu."

"Maaf ga, aku gak bisa!."

"Kenapa has?." Arga yang nampak bingung di iringi rasa kecewa.

"Karena_," aku tidak ingin berkata banyak. Aku hanya menunjukkan tangan kanan ku, sebuah cincin di jari manis ku.

Arga hanya menundukkan kepalanya dengan rasa pupus.

"Maaf ga, aku dan dia Memeng cukup singkat saling mengenal tapi dia mampu menyakinkan aku. Aku yakin di luar sana masih ada yang lebih pantas untuk bersanding dengan mu." Terang ku yang di iringi tetesan air bening dari mataku.

Hamdan pakis (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang