Heppy raeding
Satu Minggu sudah, aku berada di rumah namun tak kunjung juga kabar dari Hamdan. Sore ini aku akan pergi ke rumah Hamdan menggunakan taksi online. Semoga saja hamdan ada agar bisa ketemu.
Sesampainya di rumah Hamdan aku di sambut hangat oleh bunda, aku memasuki area ruang tamu bercat warna hijau.
"Assalamualaikum "
"Walaikumsalam, Haas kok udah pulang Kan lagi di Palembang?"
"Iya Bun aku pulang duluan ada urusan mendadak sama mas hamdan."
"Ayo duduk dulu bunda ambilkan minum sama panggil Hamdan dulu"
Aku mengangguk sambil tersenyum, aku berdoa semoga Hamdan mau mendengarkan penjelasan ku tentang foto di sosial media kemarin.
Sela beberapa lama kemudian sesosok pria yang aku tunggu pun muncul dari dalam ia hanya menggunakan celana trening dan kaos abu abu.
Dengan muka yang di tekuk dan bibir manyun."Mas..." Sapaku dengan hati hati.
"Hem," gerakan tubuhnya yang menyendeh di depan kursi
"Kamu marah?"
"Nggak cuma kecewa aja"
Aku menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkan dengan pelan,
"Aku tau kamu kecewa dengan ku, maafin aku. Semua berawal pertemuan yang tidak di sengaja di pasar rakyat kebetulan aku dan sepupunya dulu memang dekat."
"Terus kamu punya kesempatan buat fotbar, tampa memikirkan perasaan calon kamu."
Deg.
" Aku...tau"
"Gimana aku bisa percaya dengan kamu yang diam diam menemui orang di masa lalunya, sementara aku calon suami mu di sini, menunggu kabar kamu, sibuk mengurus segala persiapan acara kita" dengan nada tinggi
"aku tau mas, ini semua gak sengaja aku sama tika dulu memang dekat mas, tapi kalo sama Arga aku sudah jujur. dia juga tau aku sudah dilamar dan mau menikah"
air mata ku terjatuh membasahi pipi.hamdan hanya terdiam tampak tidak peduli. sementara aku justru pasrah dan menyerah. semakin aku memperjelas dia belum tentu percaya dengan cerita kenyataannya.
ibu yang keluar membawakan tiga gelas teh terseyum.
"mas, kamu jangan keras keras marah nya, bunda tau hasna kok. dia sangat baik, buktinya hasna sudah mau datang kesini dan berani jujur ke kamu'' bunda sambil memeluk ku.
" di minum dulu tehnya, biar kalian bisa tenang"
"iya bun"
aku dan mas hamdan hanya terdiam cukup lama lalu mas hamdam masuk kedalam. aku yang semakin tak karuan ingin pulang namun bunda masih menahan.
tak sela beberapa lama kemudian hamdan muncul kemba dengan pakaian rapih dan wangi.
"bun, hamdan mau pergi dulu sama hasna cari angin siapa tau ada inspirasi. "
"iya tapi pulangnya jangan malam malam kasihan hasna"
"siap"
mendengar percakapan mas hamdan dan bunda aku langsung tersenyum.
langkah kaki ku mengikuti kemana ia pergi kami menaiki mobil yang baru di keluarkan. hamdan masih terdiam dan fokus ke jalanan.
"mas kita mau kemana? " tanyaku memecahkan hening dalam mobil.
"kamu maunya kemana? "
hem aku mebuang nafas sebarang.
"kamu sudah makan? "
"mau makan apa? "
"iihh terserah kamu mas, kalo masih marah"
mobil melaju dengan sangat pelan dan berhenti di setiap lampu merah yang menyala.
kini suasana kembali hening kedua mataku melihat jalanan dari kaca. aku tidak ingin banyak bicara meski sebenarnya bosen.
hpku berbunyi menandakan panggil masuk aku melihat tulisan abjad tertata aku tersenyum mengembang.
"assalamu'alaikum" sapa ku
"Walaikumsalam hasna"
"gimana kakek sehat" tanyaku, dengan layar ponsel yang menatap ku.
"alhamdulillah hasna, baru seminggu kau pulang kakek sudah rindu"
"hasna juga kek, kakek sudah makan?"
"sudah tadi ibumu masak sayur asem sama ikan, hasna besok kalo kakek ke Jawa kamu mau di bawain apa"
"he ga usah kek, kakek datang aja hasna udah seneng banget."
"ya sudah besok kakek bawain pempek saja khusus buat calon pengantin"
"hem, kek aku lagi sama mas hamdan" aku mengarahkan layar ponsel ku ke hadapan mas hamdan.
"assalamu'alaikum kek, " sapa mas hamdan.
"Walaikumsalam, oh ini calon pengantinnya? masya Allah"
"inysa Allah kek doain ya kek" senyumnya di bibir begitu merekah
"bukan di doain lagi tapi kakek justru datang! ke pesta kamu "
"alhamdulillah "
setelah selesai mengobrol hamdan memasuki aera parkir mobil di sebuah rumah makan.
kami memesan makanan hamdan kini terlihat cerah setelah berbicara dengan kakek yang akan hadir saat ijab nanti."has habis ini kita ambil kartu undangan kamu bisa"
tampa aku memberikan jawab aku mengangguk dengan spontan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hamdan pakis (Revisi)
Teen Fictionkadang aku berfikir mengapa manusia selalu di pertemukan orang yang salah terlebih dulu dan baru lah di pertemukan yang benar benar mampu membuat sadarku bahwa hidup tidak selalu sempurna dari apa yang kita mau. Di Larang plagiat 📌