tatapan aneh

0 0 0
                                    

Heppy raeding.

Suhu siang hari terasa sangat psnas mungkin lebih cocok untuk di samakan dengan suhu panasnya oven yang berada di atas kompor, Membuat kue cepat mengering dan tanak.

Kehadiran Bima ke rumah membuat kegaduhan seluruh penghuni rumah lebih tepatnya Sinta yang langsung menyambutnya.

"Akhirnya Lo datang juga ke rumah mantan " ucap Sinta dengan lantang.

what?

"Sinta jangan keras keras dong nanti kalo ibu bapak denger aku bisa_"

"Bisa apa ?" Ibu sudah berdiri di belakang ku sambil membawa 2 dus berisikan kue kering yang sudah di packing.

"Bisa ketawan kalo kamu sudah putus dengan Bima" ucap nya.
"Sinta sudah cerita banyak tentang Bima."

mendengar perkataan ibu aku kupingku bagai di sambar petir, kedua mata ku langsung melirik ke Sinta yang terlihat begitu ke takutan.

"Hasna ibu yang paksa Sinta bercerita tentang Bima ibu hanya ingin yang terbaik untuk mu."

Aku mempersilahkan Bima duduk. Ibu pun dengan senang hati memberikan kesempatan agar aku bisa menjelaskan bagaimana awalnya. Kali Sinta pun ikut duduk di ruang tamu.

Aku menarik nafas panjang dan ku hempaskan kembali.

"dulu memang kami pernah menjalin hubungan pacaran dengan cara ldr, saya berkerja di luar kota." Penjelasan dari Bima.
"Saya tau mungkin memang berat untuk Hasna ketikan dua orang saling mencintai dan tapi tak bertemu. Saya akui memang berat."

Ibu menganggukkan kepala seolah ibu sudah bisa paham dengan penjelasan bima

"apa yang di kata Bima benar Bu, toh dalam agama Islam pun melarang kita pacaran." Senyum ku sambil menutupi rasa bersalah.

"apa kalian tidak ingin meperbaik hubungan dengan cara lebih serius lagi."

"Tidak Bu, saya sudah mengerti dengan hasna, hasna orang yang baik maka hasna lebih pantas untuk melanjutkan hidup ya dengan orang Hasna pilih sebab pilihan hati Hasna menurutnya itu yang baik."

Sekali lagi ibu mengangguk.

"Bu doakan saja Hasna biar Allah kasih yang terbaik" ucapku sambil merangkul ibu.

"Ibu selalu mendoakan mu  has, semoga kalian selalu bahagia."

Amin

Setelah menjalaskan semuanya kepada ibu. Kini ibu meninggalkan kami bertiga aku, Sinta dan bima.

Kini Bima menatap raut wajah ku yang masih sedikit menunduk dan terdiam.

"Sejak Kapan kamu pulang ke Sini bin?." Tanya sinta

"Sejak kemarin,"

***

Sore ini seperti biasa setiap hari Sabtu ibu ibu selalu mengadakan arisan RT di setiap rumah yang mendapat giliran.

Arisan kali ini di dapatkan oleh Bu sum.  Karena ibu hari ini tidak bisa hadir maka aku yang menggantikan ibu terlebih dulu.

Suasana rumah Bu sum sangat ramai ibu ibu sebagai sudah ada yang bergerombol untuk menyetor uang arisan. Aku melihat sesosok pria berkulit putih dengan kemeja Koko namun kali ini ia tak memakai peci hitam.

"Assalamualaikum," sapaku

Walaikumsalam Jawab serentak ibu ibu arisan.

"Mba Hasna ayo silahkan duduk bentar lagi acara akan di mulai" perintah Bu sum sambil merangkul dari belakang ia memilihan ku tempat duduk tepat di depan Hamdan.
Aku tersenyum untuk menyapanya dan memberi rasa hormat terhadap mereka.

"Mba hasna, kemarin lelaki yang berjejer sama bapak kamu itu siapa? Apa itu calon mu?" Tanya dari salah satu ibu beliau memang terkenal dengan kerempong ya.

"Itu teman bapak" jawab ku

"Kok masih muda banget pantas nya dia jadi menantu"

"Kami hanya selisih 2 tahun bu, soal dia jodoh atau tidak saya menyerahkan kepada maha mengetahui" ucap ku sedikit mempertegas dari buruan ibu yang mendesak. Aku sekilas melihat Hamdan yang tampak sedikit mendengar  marah dari tatapannya.

"Apa mba Hasna sudah punya calon"

Kali ini aku tidak ingin merespon ya lagi, aku hanya tersenyum membiarkan mereka menduga duga.

"Hemm" kali ini ia berdehem entah mengapa dirinya terus saja menatap ku dari serbrang karpet merah bergambarkan flaminggo. Menggambar amarahnya di wajahnya.

Aku mulai gerah dan tidak nyaman tapi ruang sudah penuh aku tak bisa kemana pun di tambah acara sudah di mulai dari sambutan.

Ya Allah
Aku benar benar tidak nyaman lindung aku dari fitnah yang meresahkan hatiku.

Acara pengajian di mulai mas hamdan lah yang memimpin acar tersebut kali ini ia merundukan kepala meski sesekali melihat melihat samping kanan dan kiri.

Setelah selesai Arisan di kocok,
"Minggu besok adalah di Tempat Nisa.

Mereka yang sudah membubarkan diri. Menuju pintu keluar namun tidak dengan ku yang justru Bu sum menahan ku untuk pulang di terakhir, bu sum meminta ku untuk menemani berbuka puasa dengan ke 2 orang anaknya dan tentu mas hamdan.

Kali ini ia justru bersikap kembali dingin tidak seperti kemarin. Sungguh aneh

Suara adzan magrib berkumandang aku Duduk di samping fisah anak sulung dari Bu sum, lagi lagi aku harus bertatapan dengan Hamdan.

Bu sum membuatkan kami soto ayam begitu sangat enak serta kuah soto yang segar dan gurih.

"Mba has apa yang tadi ibu ibu katakan itu benar kalo mas aziz itu calon pilihan bapak mu?" Tanya Bu sum sedikit mendesak ku.

"Aku begitu kurang paham Bu setahuku mas aziz hanya teman bapak yang akan berkerja sama di Palembang setelah lebaran nanti ke betulan ibu juga akan ikut ke sana karena ibu saya asli sana" jawab ku

"Ohh, setahu ibu bapak mu bukan orang sembarangan apa lagi dengan orang baru kenal."

"Bapak memang bermuka seram galak karena ia tau bagaimana cara mendidik anak agar terlatih mandiri, tapi soal urusan orang baru bapak welcome saja."

Kali ini Bu sum mengangguk angguk seolah ia sedang memikirkan sesuatu.

Banjarnegara 26 Maret 2021

Hay
Maaf ya sedikit gak nyambung jangan lupa sebelum lanjut tinggalkan jejak

Hamdan pakis (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang