memory ibu

1 0 0
                                    

Hay semua
Heppy reading.

Gerimis masih tersisa menimbulkan aroma tanah yang basah dan menyirami debu debu yang berterbangan. Aku masih duduk asyik di depan jendela menikmati embun dan siraman gerimis membawakan suasana halaman rumah terasa sejuk.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar..

"Has, ibu boleh masuk?"

Aku langsung membukanya pintu untuk ibu. "Tentu boleh Bu" senyumku mengembang.

"Kamar kamu mau di cat warna apa?"

"Putih aja Bu, kenapa"

"Bapak mau beli cat jadi sekalian ibu tanya, jadi mau putih aja gak warna lain"

Aku menggelengkan kepala. Kini aku berbaring di atas paha ibu yang di balut gamis merah aku menyandarkan kepala ku dan aku mulai bercerita seperti anak kecil yang menceritakan tentang suatu kisah kejadiannya.

"Bu apa aku terlalu jelek ya, sampai aku gak ada satupun lelaki yang sama aku"

"Kamu cerita kaya gitu lagi minder karena di tinggal pas lagi sayang sayang nya."

"Nggak Bu, cuma Hasna heran kenapa tiap Hasna suka sama seseorang ujung ujungnya patah hati"

" Di luar sana pasti ada yang suka sama kamu bahkan siap menerima kamu apa adanya cuma dia lagi di umpettin sama Allah."

"Terus dulu ibu sama bapak dari suka sampai nikah gimana?"

"Dulu awal ketemu bapak ibu masih pendekatan sama orang asli Palembang, dan kakekku sangat mendukung ibu dengan dia tapi ibu kurang begitu menyukai karena dia orangnya plin-plan semua serba di atur padahal dulu ibu sama di belum ada ikatan apa apa jangankan suami istri pacaran pun belum. Terus ibu merantau ke tanah Jawa tepatnya di Jakarta ya ibu awal niat cuma cari perkejaan dan kabur lari dari kejaran orang itu. Lalu 2 tahun ibu tidak pulang kakek dan om Yuman mencari menyusul ibu"

Aku tersenyum mendengarkan cerita ibu di masa mudanya ibu seorang gadis pemberani dengan nekad nya mencari kerja di luar tempat asalnya. Tangan ibu mengusap kepala ku.

"Kamu mengingatkan dulu deh has"

Aku tertawa mendengar perkataan nya.

"Kenapa"

"Dulu pas pertama kali ibu menginjakkan kaki di Jakarta ibu cuma pegang alamat saudara dari kakek namanya oban dia hidup dengan istrinya dan 3 anaknya ibu sering memanggilnya Abang oban. Aban tiap harinya membuka bekel di depan rumah sementara istrinya membuka warung kopi dan makanan ringan. Ibu bisa merasakan kehidupan mereka sudah dan pas untuk biaya sekolah dan makan sehari hari. Ibu hanya tinggal satu bulan karena ibu sudah mendapatkan kerjaan di pabrik PT, terkadang ibu mampir ke rumah mereka dan membawakan makanan atau baju untuk mereka meski demikian mereka tidak pernah putus untuk bersyukur sekarang anak anak oban sudah sukses menjadi orang hebat. Ada yang menjadi dokter, pengusaha restoran, yang terakhir ia merampungkan pendidikan militer"

Aku melihat ibu meneteskan kristal beling, tangan jari ku mengusapnya untuk menghapus dari pipi ibu.

"Terus pak oban sekarang di mana?"

"Abang oban kembali ke Lampung dia meneruskan usaha kebun sawit milik keluarga nya warisan dari mertua. Setau ibu dulu awal awak mereka menikah memang kurang mendapat dukungan dari ke dua belah pihak maka dari itu bang oban dan istrinya merantau untuk mandiri. Niat ibu besok mau kesana sekalian mampir tempatnya di Pringsewu."

"Kapan ibu sama bapak ke Palembang?"

"Seminggu habis lebaran karena bapak mendapat mobil pinjaman dari kantor jadi kamu dan Umam bisa ikut"

"Serius Bu,???"

Ibu mengagukan kepala dan tersenyum dengan sigap aku merangkul ibu. Aku membayangkan aku memakan empe empe ikan sudah lama lidahku tidak merasakan kuah pedas manis asam dengan olahan tepung yang di campur ikan segar asli.

Dan akan bertemu dengan sepupuku yang seumuran aku akan minta di antar ke jembatan sungai Musi menjadi salah satu aikon terbesar di Palembang.

"Terus waktu kakek sama datu cari ibu ketemu?"

"Mereka bertanya pada bang oban cuma pak oban memberitahu kan alamat kerja ibu bukan kos kosan ibu, begitu mereka bertemu ibu. Kami menangis dan ibu mengambil cuti  satu Minggu untuk pulang dengan kakek dan om Yuman sebelumnya kakek mengintrogasi ibu menanyakan alasan ibu tidak pulang waktu itu."

"Dengan terpaksa ibu berbohong kepada kakek dan om Yuman ibu Takut di suruh nikah sama orang ngajar ngejar itu, ibu bilang ibu sudah punya pacar dan ibu sibuk karena di pabrik banyak barang baru yang tidak bisa di tinggal."

"Terus kakek percaya?"

"Kakek belum percaya akhir ibu berinsiatif untuk meminta bantuan kepada teman teman ibu untuk di kelanalkan dengan pria itu bapak kamu. Setelah ibu pulang dari Palembang ibu di ajak makan sehabis pulang kerja. Akhirnya perkenalkan ibu dan bapak terjadi ibu meminta bapak untuk main ke Palembang dan ibu menjelaskan bahwa ibu terpaksa membawa bapak ke hadapan kakek,  saat itu ibu berpikir semua selesai sepulang dan kembali ke Jakarta bapak sibuk dan ibu juga sibuk dengan pekerjaan masing masing selama 3 bulan. Tapi kami kembali bertemu dan bapak ingi main ke rumah lagi. Eh gak tau bapak melamar ibu ke kakek dan nenek"

What

"Luar biasa" aku tersenyum saat mendengar bapak melamar ibu.

"Ibu menerimanya karena usia ibu sudah saatnya menikah dan teman teman ibu sudah menggendong anak, bagi ibu kepastian itu hal terpenting saat sedang menjalani hubungan lalu komunikasi hal yang tak boleh di lupakan sesibuk apapun kita" .

Banjarnegara 1 April 2021

Hamdan pakis (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang