Naruto menemani Shion berkeliling supermarket membeli beberapa bahan makanan, pemuda itu mendorong troly sementara Shion sibuk memilih makanan. Mereka terlihat sangat kompak seperti pasutri muda. “Nar, suka kubis nggak?”
Naruto menatap heran kemudian menjawab. “Suka.” jawabnya acuh kemudian mengecek ponselnya yang bergetar.
“Kalo timun suka nggak?” Naruto kembali mengangguk namun matanya terfokus pada ponsel, Shion mendengus kesal saat ia di abaikan. “Nar,” panggilnya namun Naruto masih tidak mendengarnya. “Naruto ih-”
“Iya apa Shi?” tanya Naruto cengo karna suara Shion cukup kencang dan membuat seluruh atensi pengunjung supermarket tertuju pada mereka. Ia segera memasukan ponselnya kedalam saku.
“kamu kok nyuekin aku.” ujarnya sambil menggembungkan pipi yang membuatnya terlihat begitu menggemaskan, tapi tidak di mata Naruto. Hinata tetap yang paling numera uno.
“Balik yuk, Ayahku nunggu di Apartemen.” seketika wajah muram Shion berubah cerah, bertemu Ayah Naruto merupakan sebuah kemajuan pesat ia bisa berusaha mendapatkan hati dari Ayahnya dulu baru mendapatkan perhatian Naruto.
Cari muka ceritnya.Shion mengangguk lantas bergegas menuju kasir untuk membayar belanjaanya sementara Naruto sudah menuggu di depan supermarket.
**
Naruto berlari kecil saat turun dari bus yang mereka tumpangi mau tak mau Shion turut berlari mengejar Naruto sambil menenteng belanjaan. Shion tersenyum ramah pada pria paruh baya yang menggunakan stelan kemeja santai ia berfikir itu pasti Ayah Naruto, ya walaupun sangat tidak mirip dengan Naruto tapi Shion mencoba positif thingking, mungkin Naruto mirip Ibunya.
“Udah lama sampe Yah?” tanya Naruto sambil menyalami Hiashi kamudian memeluknya sekilas.
“Baru tadi pas Ayah chat itu Ayah baru mau kesini.” Naruto mangut-manggut kemudian membukakan gerbang agar Hiashi bisa masuk kedalam.
“Hinata mana Yah?” tanyanya saat gerbang terbuka, Hiashi membawa sekantong makanan untuk Naruto.
“Balik ke Apartemen hp nya ketinggalan, seneng banget mau ketemu kamu sampe lupa semuanya.” kekeh Hiashi.
Shion yang terabaikan berniat menyapa lebih dulu. “Om,” sapanya ramah. Hiashi tersenyum pada gadis itu kamudian mengangguk.
“Pacar kamu ya Nar? Maaf Ayah nggak liat tadi.” Shion mengulurkan tanganya kemudian di sambut hangat oleh Hiashi.
“Shion Om, Miku Shion.” Hiashi mengajaknya turut masuk pada saat mereka berjalan berdampingan tiba-tiba terdengar suara melengking yang begitu Naruto kenali menggema.
Ada rindu dan rasa kesal saat suara itu kembali mengusik ketenanganya. “Naruto!!! Hinata cantik datang!!!" jeritnya sambil berlari menerjang tubuh tegap menjulang seorang Namikaze Naruto. Naruto menyambutnya dengan hangat, ia membalas dekapan Hinata tak kalah erat menyalurkan rindu yang membuncah sekian lama.
“Aku kangen banget sama kamu, kamu kok jahat sih gak mau pulang. Gak kangen aku apa?” isaknya di pepotongan leher Naruto, sementara pemuda itu tetap tenang sambil mengeratkan pelukanya ia memeluk Hinata erat hingga tubuh gadis itu terangkat.
“Dih lebay, baru juga enam bulan aku enggak pulang.” ujar Naruto sambil menurunkan Hinata.
“Enam bulan kata kamu baru? Jahat banget emang.” Hinata mengucek matanya sambil terisak.
Naruto melihatnya kemudian mengambil alih jemari lentik itu. “Jangan di kucek, kebiasaan banget tar luka,” ujarnya sambil mengelus pipi tembam Hinata menghapus sisa air mata itu dengan sayang. “Udah jangan nangis ayok masuk, aku udah siapin keripik kentang kesukaan kamu.” ujar Naruto menggandeng tangan Hinata masuk melewati Shion dan Hiashi yang masih berdiri di dekat gerbang.
Hiashi tersenyum melihat interaksi putrinya dengan sahabat kecilnya, sementara Shion memandangnya dengan tatapan ramah, ia berfikir gadis itu adalah Adik Naruto. “Ayo masuk,” ajak Hiashi, Shion mengangguk dan mengikuti pria baya itu.
Suasana yang memang mulai senja memaksa Hiashi untuk segera pamit, ia tak ingin Hanabi menunggunya terlalu malam. “Nata, Ayah pulang ya?” tanya sambil mengelus kepala putrinya yang baru saja keluar dari dapur.
“Loh Ayah nggak nginap dulu?” tanya Naruto yang juga baru keluar dari dapur.
“Kasian Hanabi dirumah, dia pasti nunggu.” jawabnya.
Hinata berubah murung wajahnya yang awalnya sumringah mendadak mendung. “Kenapa Kakak nggak mau ikut sih tadi Hinata kan masih mau sama Ayah.” ujar gadis itu berkaca-kaca.
Naruto yang melihat Hinata menangis segera mengusap bahu mungil itu. “Jangan egois Nat, kamu disini sama aku Kakak dirumah butuh Ayah. Gapapa, Ayah pasti bakal sering dateng kesini sama Kak Hana.” Hinata memeluk Hiashi erat sambil menggeleng kukuh, ia mulai terisak di dada bidang sang Ayah.
“Nata, kamu sudah dewasa. Kamu harus bisa memiih dan mengalah, ingat gak selamanya semua orang ada di sekitar kamu.” ujar Hiashi sambil mengelus kepala putrinya, sebenarnya hatinya gundah hanya saja ia tak bisa berlama-lama disini. Masih ada satu malaikat yang harus ia jaga di rumah, ia percaya Naruto mampu menjaga Hinata disini.
“Dek, gapapa biar Ayahnnya pulang. Kamu disini aja sama Kakak.” ujar Shion mencoba turut menghibur Hinata, namun gadis itu masih menangis.
Hiashi menatap Naruto dengan tatapan memohon, pemuda itu lantas mencoba mengambil alih Hinata seperti bayi. “Nat, udah sama aku aja kasian Ayah nanti kemaleman. Kamu tega malem-malem liat Ayah masih di jalan?” gadis itu menggeleng sambil terisak perlahan cengkramanya melemas ia menatap sang Ayah dengan wajah sembabnya.
“Ayah janji bakal izinin Hinata pulang kalo kangen kan?” tanya nya sambil mengusap wajahnya sendiri.
Hiashi tersenyum hangat sambil mencium kening putrinya. “Iya, Ayah bakal sering kunjungi kamu juga jadi jangan nakal disini, jangan ngerepotin Naruto.” peringatnya.
“Hinata nggak ngerepotin kok, yakan Nar?” Hinata menatap Naruto yang di balas kekehan ringan oleh pemuda itu.
“Enggak, udah sini buruan Ayah mau pulang itu.” Hinata mengangguk lantas melepaskan pelukanya, mereka mengantar kepulangan Hiashi di iringi tangisan Hinata dalam pelukan Naruto.
“Titip Hinata ya Nar, kalau ada apa-apa kabarin Ayah.” Naruto mengangguk ia menyalami tangan Hiashi, Shion dan Hinata juga melakukan hal yang sama, pria baya itu segera memasuki mobil setelah merasa tenang Hiashi melambaikan tanganya dari jendela mobil.
“Hati-hati Yah.” ujar Naruto dan Hinata bersamaan.
“Hati-hati di jalan Om,” ujar Shion.
“Udah jangan mewek, ayo masuk Shi.” Shion mengangguk ia berjalan mengekori Naruto yang tengah menggendong Hinata seperti koala.
Next___
KAMU SEDANG MEMBACA
S N O W | Namikaze Naruto ✓
Fanfiction18+ Jangan baca kalau masih bocil! 8 Maret 2021 Disclaimer : Masashi Kishimoto Cover by pinterest story by Mharahma18