4. Sirik

1K 113 32
                                    

Shion memperhatikan interaksi Naruto dan Hinata, awalnya ia fikir mereka Kakak-Adik, namun setelah di perhatikan lagi tidak ada kemiripan di antara mereka. Mereka sangat berbeda dari segi manapun.

Pusing dengan pemikiranya Shion memutuskan untuk duduk di ruang tamu bersama Naruto dan Hinata yang masih menangis. “Udah kali Nat, tar bengkak tu mata.” Naruto mengelus pucuk kepala Hinata sesekali ia mencium kening dan menghirup aroma manis yang menguar dari shampo yang di gunakan gadis itu.

Perlahan tangis Hinata memelan sementara Naruto masih sibuk dengan kegiatanya mendiamkan gadis itu.  “Nat?” Naruto melirik Hinata yang berada dalam dekapanya, seulas senyum terbit di wajah adonis tampanya. “Kecapekan pasti,” gumamnya pelan.

Naruto menggendong gadis itu menuju kamarnya, sementara Shion memperhatikannya dalam diam, kepalanya terus memikirkan tentang kamungkinan-kemungkinan yang bisa saja merugikanya di masa depan. Batinya terus berperang, dia yakin Hinata bukan orang sembarangan. Jika dia bukan Adik Naruto, ia pasti saudara atau orang yang sangat berharga di kehidupan pemuda tampan itu. Membayangkan kemungkinan ketiga itu membuat hati Shion berdenyut ngilu.

“Kamu kok belum balik?” tanya Naruto saat kembali ke ruang tengah.

“Yee, ngusir nih ceritanya?” Shion mencebikan bibirnya sementara Naruto terkekeh pelan, ia mengusak rambut gadis itu. Wajah Shion memerah padam karna perlakuan Naruto, sungguh hal-hal kecil seperti inilah yag membuat Shion jatuh cinta kian dalam pesonanya.

“Sensi amat buk, yaudah disini aja dulu sekalian makan malem sama-sama tar.” ujar Naruto yang memancing senyum cerah di wajah Shion.

“Nonton The Nun yuk sambil nunggu Adek kamu.” ujar Shion yang di angguki oleh Naruto.

“Yaudah aku ambil camilan dulu.”

Shion tersenyum cerah, pada bagian inilah ia merasa menang dari mantan-mantan Naruto bahkan kekasih dari pria itu. Sejauh yang ia kenal, Naruto selalu cuek pada semua wanita termasuk kekasihnya namun tidak berlaku pada dirinya. Shion merasa di atas angin melihat Naruto yang tak menolak keberadaanya, meski dulu perjuanganya begitu sulit untuk dekat dengan pria itu. Tapi nyatanya meluluhkan tunggal Namikaze itu bukanya hal mudah, bahkan saat Shion kian jatuh dalam pesona pemuda bermata biru itu, Naruto tak pernah menunjukan ketertarikan berarti padanya. Sorot matanya teduh namun tak memancarkan cinta, sangat berbeda ketika Naruto sedang menatap Hinata. Hal itu membuat hatinya tercubit, ia mulai takut perjuanganya selama ini sia-sia.

Naruto membawa setoples nastar yang tadi di bawakan oleh Hiashi ia yakin itu buatan mamanya, ia mengambil posisi di sebelah Shion yang telah siap dengan remote TV. Gadis itu segera memutar kaset DVD yang menampilkan film The Nun yang mereka tunggu, jujur ia sangat tidak suka horor, tapi ia ingat bahwa Naruto begitu menyukai film horor jadilah ia mengalah dia pun bisa sesekali mencuri kesempatan untuk memeluk Naruto saat adegan Valak terlihat.

Naruto menikmati film nya sambil menikmati setoples nastar buatan mamanya, sementara Shion nyaris pingsan saat melihat adegan dimana Valak itu tiba-tiba muncul di balik ruang penyimpanan makanan.

“Nar, itu setannya kok ngeri banget sih, udahan yuk.” Rengek Shion sambil memeluk lengan Naruto sementara pemuda itu nampak acuh sambil terus memperhatikan tiap adegan bahkan saat seorang suster cantik itu tengah berlari di jemuran kain putih ia tak berkedip sama sekali.

"Naruto.” tiba-tiba sebuah suara serak terdengar dari arah kamar.

“Naruto ada setan!!” Shion memeluk lengan Naruto kian erat, tiba-tiba suara serak itu kembali terdengar membuat kening Shion mengkerut.

“Nar, kaus kaki ku mana?” Shion benar-benar lupa bahwa disini ada orang lain selain mereka, ia pikir suara serak itu tadi berasal dari mahluk halus penghuni Apartement ini.

S N O W | Namikaze Naruto ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang