Naruto merapihkan buku-bukunya, ia baru saja menyelesaikan kuliahnya. Mata biru nya melirik jam yang melingkar manis di tangan pemuda itu.
'Pukul 5 sore, Hinata sedang apa di apartement?' Batin Naruto. Ia segera bergegas untuk menyusul gadis itu namun baru saja keluar dari kelas ia telah di kejutkan oleh kedatangan Shion yang tiba-tiba ada di hadapannya.
"Baru balik juga Nar?" Naruto terlonjat kaget lalu tak berapa lama ia kembali menetralkan expresinya."Lo ngagetin aja, iya baru aja." Naruto melanjutkan langkahnya beriringan dengan Shion mereka bersamaan menuju parkiran.
"Eh Nar, aku boleh numpang gak? Aku gak bawa motor tadi kalo mau jalan capek banget rasanya." Naruto menghentikan langkahnya lalu melirik Shion sekilas. Ia membawa motor hari ini bukan mobil, motor yang haram hukumnya di naiki wanita lain selain Hinata dan sang Mama tentu saja.
"Gue bawa motor, Yon. Lu nebeng yang lain aja ya? Gue juga mau pergi dulu ke supermarket." jawabnya. Ia berbohong, ya setidaknya itu demi kenyamanan dirinya sendiri kan? Ia memang tidak suka motor nya itu di perawanin orang lain.
"Udah gak ada orang lagi Nar, aku takut juga jalan sendiri."
Untuk pertama kalinya Naruto merasa jengah dengan Shion. Ia mengangguk namun bukan meng-iya kan. Pemuda itu mengutak-atik ponselnya ia tampak sibuk lalu tak berapa lama ia memasukannya kedalam saku. "Tunggu bentar," ujar Naruto. Shion mengangguk ia berdiri di sebelah Naruto yang tampak menunggu seseorang.
Sebuah mobil silver berhenti di parkiran tempat di sebelah motor Naruto. Tak berapa lama keluarlah wanita cantik dengan baju tidur bermotif kuda poni berwarna biru muda. Rambutnya tergulung asal dengan wajah seperti bangun tidur. "Baru bangun tidur ya?" Naruto menghampiri gadis itu dengan raut bersalah.
Gadis itu mengangguk sambil mengucek mata, "Iya, ngapain minta jemput sih kan bawa motor?"
Naruto tampak tidak peduli, dia mendekat untuk membenarkan ikatan rambut Hinata agar lebih rapih lalu pemuda itu membongkar tas nya untuk mencari sebuah kemeja di dalam sana. Hinata sibuk memperhatikan Naruto sementara Shion kebakaran jenggot melihat tingkah Naruto dan Hinata. "Pulang bawa motor aku ya? Aku mau ngantar Shion pulang, kasian dia gak berani pulang sendiri." ujar Naruto, ia memakaikan kemejanya ke badan mungil Hinata, tentu saja hal itu membuat tubuh gadis itu tenggelam karena ukurannya yang besar. "Gak lama kok, kamu langsung pulang ya."
"Yaudah aku pulang, kamu hati-hati ya." Pamit Hinata. Naruto mengangguk ia memperhatikan Hinata yang mulai menjauh membawa motor sport yang ukurannya bahkan dua kali lebih besar dari tubuh mungilnya.
"Yuk."
Shion langsung tersadar dari lamunannya, ia mendengus dalam hati namun ia tetap mengikuti langkah Naruto memasuki mobil. Ia duduk di sebelah Naruto sambil memasang wajah tenang, mencoba untuk terlihat baik-baik saja.
***
Jarak apartement Shion menang tidak jauh dari kampus, jika di pikir-pikir lagi itu sangat konyol dimana Naruto meminta Hinata menukar motornya dengan mobil padahal ia bisa membawa pulang Shion dengan mudah menggunakan motornya, tapi seorang Namikaze Naruto memang sulit di tebak. Ia lebih suka sesuatu yang merepotkan daripada sesuatu yang instan. "Langsung ke apart kan?" tanya Naruto sambil menatap lurus kedepan.
"Ke supermarket dulu kata kamu kan tadi mau beli sesuatu." bohong, itu hanyalah alibi Shion agar bisa lebih lama bersama Naruto. Keberadaan Hinata benar-benar mengancam posisinya.
"Iya," jawab Naruto seadanya.
Mereka turun di supermarket, Shion mengekori Naruto yang mendorong troly. Matanya menatap heran aneka produk susu kotak dan juga cemilan yang ia masukkan ke dalam troly, padahal Naruto kurang suka makanan ringan tapi kenapa dia membelinya banyak sekali. Dia juga membeli banyak bahan makanan untuk stok. "Nar tumben beli ciki banyak banget," ahirnya setelah rasa penasaran yang membumbung tinggi Shion memberanikan diri bertanya.
"Buat Hinata, dia suka susu kotak sama cemilan."
Harusnya Shion tidak bertanya karena pada ahirnya jawaban pemuda itu hanya akan menyakiti hatinya.
"O-oh.."
***
Hinata tengah asik berbaring di ranjang kamar Naruto, ya- ia berada di apartemen Naruto malam ini, dia sudah memutuskan untuk menginap rasanya malas sekali tidur di apartemennya sendirian. Hinata tidak terbiasa sendiri.
Kaki mungilnya terayun-ayun di udara sambil memandangi langit-langit kamar yang di cat warna langit malam dengan taburan bintang. Sangat tenang dan damai seolah dirimu tengah berbaring di bawah langit yang begitu indah. Hinata bersenandung kecil sambil menunggu Naruto pulang, ia bosan tidak ada hal menarik yang bisa ia lakukan di tempat ini. Hinata sudah menjelajahinya hingga 7x dan isinya masih tetap sama, monoton dan tidak aestetic.
Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di pinggang Hinata, gadis itu terlonjat dan refleks melihat siapa pelakunya. Pria berambut kuning cerah, Hinata menghela nafas pelan lalu mengelus surai panjang Naruto. "Baru nyampe?"
Naruto tampak bergumam tak jelas menyahuti, pemuda itu lebih suka menenggelamkan wajahnya di perut Hinata. Aroma ini, aroma manis yang begitu memabukkan. Aroma yang begitu candu bagi Naruto, entah sejak kapan hanya aroma ini lah yang mampu membuat kepalanya lebih ringan. Aroma lavender bercampur vanila. "Tadi aku udah masak buat kamu, makan dulu sana." lain yang di ucapkan lain pula yang di lakukan.
Hinata kini membalas pelukan Naruto dengan erat ia ikut menggesekan wajahnya di rambut Naruto, helaian rambut yang begitu lembut dengan aroma shampo begitu maskulin. Hinata menyukai itu.
Sebenarnya mereka saling rindu, namun tidak ada satupun dari mereka yang mengutarakan. Mereka hanya melakukan apa yang naluri mereka perintahkan.
Naruto melonggarkan pelukannya lalu perlahan menarik diri, dia tidak bisa melanjutkan ini atau dirinya bisa hilang kendali. "Ayok makan, tadi aku beliin susu pisang juga." Hinata segera melompat ke pelukan Naruto, sementara pemuda itu menangkapnya dengan senyum mengembang.
Naruto tidak bodoh, untuk ukuran pemuda 22 tahun dia tau pasti apa yang ia rasakan ini. Ia mencintai Hinata, bukan cinta kepada seorang sahabat ataupun cinta kepada adiknya. Ini murni rasa cinta untuk laki-laki pada perempuan. Karena Naruto bisa merasakan degupan jantungnya yang menggila ketika berada di sekitar gadis itu.
Namun gadis itu berbeda, Naruto tidak pernah merasakan detakan yang sama seperti dirinya saat ini ketika ia memeluknya. Hinata memandangnya sebagai sahabat, itu yang dapat Naruto simpulkan.
Itulah yang membuat ia perlahan menarik diri dari Hinata, mulai membiasakan diri tanpa gadis itu. Namun semua sia-sia saat ia kembali bersama dengannya.
Senyum, tawa, tangis atau bahkan sikap menyebalkan gadis itu selalu bisa membuat Naruto jatuh cinta.
Sampai kapan?
Entah, ia pun tidak mengerti dia hanya berdoa agar kelak jika Hinata benar-benar meninggalkannya demi laki-laki lain, ia mampu melepasnya dengan senyum terbaik dan hati yang iklas.
Next___
Selamat membaca, mungkin untuk beberapa chap lain aku up nya agak lama soalnya kemaren aku kenak musibah.. tangan aku kekilir jadi susah nulis.. sorry banget ya kalian jadi nunggu lama🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
S N O W | Namikaze Naruto ✓
Fanfiction18+ Jangan baca kalau masih bocil! 8 Maret 2021 Disclaimer : Masashi Kishimoto Cover by pinterest story by Mharahma18