11. Im yours

997 113 20
                                    

Cinta membutakan.
Cinta membuat bodoh.
Cinta membuat otak rusak dan kehilangan fungsi.
Cinta membuat yang hidup menjadi mati.
Cinta membuat yang tumbuh menjadi patah.

Benar, tapi ada beberapa orang yang sanggup membuat resiko menyakitkan selama mencintai seseorang tanpa kepastian menjadi semangat dan juga acuan hidup. Seperti Naruto contohnya, dia hanya mencintai tanpa pernah mengharap balasan. Dia tulus, ya setidaknya untuk sekarang dia bisa mengontrol perasaannya sendiri. Tidak tau jika besok, karena berada di dekat Hinata mampu membuat akal sehatnya menggila.

Ah Naruto memang secinta itu pada Hinata. Dia bahkan rela jika tubuhnya menjadi temeng untuk gadis itu meski ia telah hancur berantakan. Gila memang, tapi begitulah adanya.

Seperti sekarang, Naruto tengah menggendong Hinata seperti koala. Gadis itu melingkarkan kakinya di pinggang Naruto sementara wajahnya tepat berada di leher pemuda itu. Menyamankan posisi di sana sambil memeluk Naruto. Tidak ada tempat yang sangat nyaman bagi Hinata selain pelukan Naruto, kenapa  bukan Ayahnya? Tentu saja pelukan Ayahnya sangat nyaman tapi percayalah bagi Hinata, Naruto tetap yang paling aman dan damai.

Hujan mulai reda menyisakan hembusan angin yang kian dingin menusuk kulit, Naruto sudah membuang baju Hinata yang basah kuyup dan menggantinya dengan jaket kulitnya  agar tubuh gadis itu tetap hangat.

Sementara dirinya? Dia terlihat santai dengan balutan kaus tipis yang telah basah kuyup oleh air hujan hingga mencetak jelas lekukan tubuh pria dewasa itu. Naruto tak peduli dia berjalan keluar dari hutan sambil menggendong Hinata dengan santai padahal dia tidak sedang baik-baik saja. Tapi yasudahlah intinya Hinata sudah baik-baik saja jadi Naruto bisa bernafas lega.

Mata pemuda itu menajam saat melihat kerumunan orang yang masih berdiri di teras vila, mereka jelas menunggu Naruto dan Hinata dari hutan. Mereka mencemaskan Hinata sekaligus takut menerima amukan seniornya yang terkenal hingga berbagai penjuru kampus itu. Mereka tidak mau di kuliti hidup-hidup, masa depan mereka masih panjang!

Naruto mengabaikan mereka yang bertanya banyak hal padanya begitu pula Hinata gadis itu mengeratkan tanganya di leher Naruto tanda di tidak mau menjawab mereka. Naruto yang memahami itu langsung membawa Hinata menuju motornya, tanpa sengaja matanya bertemu dengan sahabatnya di sini.

Pemuda  itu pasti mengecek kekasihnya juga, Sasuke berlari ke arah Naruto dan Hinata yang masih belum mencapai motor besar Naruto. "Nar, pake mobil gue aja hujan kasian Hinata.." ujar pemuda itu sambil menyodorkan kunci mobilnya.

Naruto mendudukan Hinata di jok belakang motornya lalu kedua tangannya di letakan di kedua sisi jok motor itu. Matanya menatap gadis itu lembut, "Mau pake motor apa naik mobil?" pertanyaan lembut itu meluncur dari bibir sang tunggal Namikaze. Baik ini pertama kalinya mereka mendengar Naruto si pria irit bicara dan terkesan datar terlihat lembut pada seorang wanita dan hal itu sukses membuat hari para penggemarnya potek bersamaan.

"Naik motor aja," jawab Hinata setengah begumam. Naruto mengangguk lalu fokusnya kembali ke Sasuke.

"Gue naik motor aja, gapapa.." ujarnya pada Sasuke. Ya apapun yang terjadi dia akan tetap mengutamakan kenyamanan gadisnya. Gadisnya eh? Naruto tertawa dalam hati, bukan tertawa bahagia melainkan tertawa miris pada dirinya sendiri.

"Yakin lo?" Sasuke masih saja ragu namun Naruto mengangguk mantap meyakinkan pemuda itu.

"Gapapa, Hinata kurang nyaman pake mobil orang." ujarnya. Ahirnya Sasuke mengalah saja, toh membujuk Naruto sama saja bebicara dengan batu, mereka itu sama kerasnya.

"Yaudah, nih pake! Lu gak mau mati kedinginan kan?" Si Onix itu melepaskan jaketnya lalu memberikan pada Naruto dan pemuda itu menerimanya tanpa banyak bertanya.

S N O W | Namikaze Naruto ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang