14. Kelam

916 94 5
                                    

Ketika seorang lelaki patah hati dan kecewa, hanya dua hal yang biasa dia lakukan. Yang pertama adalah menangis lalu yang ke dua mencari pelampiasan. Yang di lalukan Naruto sekarang adalah mencari pelampiasan untuk rasa sakitnya.

Setelah hampir dua tahun berhenti ahirnya dia kembali ke tempat laknat ini, tempat perkumpulan orang-orang berdosa dan penuh luka. Club malam. Hanya itu yang terlintas di kepala Naruto saat merasakan sakit hatinya kian tak terkontrol. Sakit sekali, berulang kali dia menghantamkan tangannya ke dinding-dinding pembatas jalan bahkan hingga kulitnya terkelupas dalam pun hatinya masih sakit. Tak ada hal yang bisa mengalihkan sakitnya. Mungkin jalan satu-satunya hanyalah minum sampai tak sadarkan diri.

Peduli setan dengan tugasnya yang menumpuk, deadline yang kian dekat. Persetan. Terserah. Peduli anjing. Naruto muak!

Dia berjalan masuk dengan kaki berdentum matanya menggelap saat memasuki ruangan pengap berbau aneka ragam ini. Aroma alkohol, parfum berbagai merek dan juga aroma bekas percintaan. Menjijikan! Tapi Naruto tak peduli otaknya sedang tidak singkron sekarang dan dia butuh minum.

Naruto menghampiri bartender yang berjaga, pemuda bernama Pain itu terkejut saat melihat Naruto datang kembali setelah sekian lama. Padahal dulu Naruto pernah bilang dia akan berhenti dari dunia kelam ini lalu sekarang apa? Kenapa dia bisa kembali ke sini. "Terjadi sesuatu?" tanya Pain hati-hati, dia bisa melihat raut wajah Naruto yang kacau.

"Hm, biasa." jawabnya acuh, Pain mengangguk lalu menyodorkan botol vodka pada Naruto. Tak perlu gelas, melihat ekspresi wajah Naruto saja Pain tau dia tidak butuh hanya satu atau dua gelas. Dia pasti sangat frustrasi malam ini.

"Cewek gila mana yang sanggup buat lo kaya gini? Apa si pria yang punya banyak simpanan udah nemuin pawangnya?" ejek Pain dengan nada menggoda. Naruto tersenyum miris lalu menegak lagi vodkanya, lagi dan lagi sampai botol itu tandas padahal dia berdiri di sana pun belum sampai setengah jam. Gila!

"Cewek yang dulu, yang pernah bikin gue berhenti dari kebiasaan ini." jawab Naruto. Sebenarnya Naruto dan Pain itu teman dekat. Mereka kerap berbagi cerita bahkan sampai ke cerita-cerita terdalam mereka, meski bertemu hanya jika Naruto mengunjungi bar namun persahabatan mereka tetap terjalin dengan baik.

Pain mengangguk dia menepuk pundak sahabatnya itu, "Minum aja sampe puas, jangan turun ke lantai dansa lo lagi banyak masalah. Ntar malah di perkosa jalang lo." Naruto mengangguk, lagi pula dia tak butuh jalang. Dia hanya butuh minuman itu, sejak dulu pun dia tak pernah mau menyentuh jalang. Baginya itu sangat menjijikan. Naruto memang memiliki gelar playboy di angkatannya namun Naruto berani bersumpah. Dari puluhan mantannya yang berada di berbagai tingkat dan fakultas tak ada satupun yang pernah Naruto sentuh melebihi ciuman. Tidak pernah sama sekali karena dia bukan pria bodoh yang sudi tidur dengan wanita yang tak di cintainya.

Hari ini dia butuh waktu untuk mendinginkan kepalanya yang panas. 

Mencintai sendirian itu sakit. Dan Naruto merasakan itu sejak dulu. Dulu sekali bahkan sebelum dia tau perasaan ini di sebut dengan cinta. Berulang kali dia mencoba mengganti posisi Hinata dengan wanita lain namun gagal. Naruto selalu duduk di posisi paling atas, tinggi dan utama. Sial, kenapa jatuh cinta serumit ini?

"Ngapa isi kepala gue cuma lo sih Nat," gumam Naruto frustrasi sambil meneguk vodkanya. 

***

Hinata berbaring di ranjangnya seorang diri, hujan deras mengguyur membuat malamnya kian kelam hari ini.  Satu yang selalu ada di kepala Hinata ketika suasana mulai dingin dan menakutkan seperti ini.

Naruto.

Apakah pemuda itu baik-baik saja?

Apa dia akan datang dan memeluknya seperti yang biasa ia lakukan ketika ia ketakutan?

Apakah dia akan membiarkan Sakura menggunakan bahunya untuk bersandar lagi? 

Hinata kesepian.

Hatinya kosong entah seperti ada bagian dirinya yang hilang. Hujan kian deras petir bersahut-sahutan membuat ketakutan Hinata kian menjadi. Dia menyembunyikan tubuhnya di dalam balutan selimut tebal. Hari ini untuk kesekian kalinya dia melewati malam menakutkan sendirian. Tanpa dekapan hangat dan kata-kata menenangkan dari Naruto.

Dan hari ini Hinata sadar, dia sangat membutuhkan pemuda itu. Dia tak bisa melewati semuanya sendirian lagi.

Naruto mencintainya, lantas apa yang membuat hatinya tidak yakin? Bukan Naruto, tapi dirinya sendiri lah yang membuatnya ragu. Apakah rasa yang dia punya untuk Naruto sama dengan yang pemuda itu rasakan? Apakah yang di maksud cinta itu seperti ini? Hinata tidak tau. Hatinya benar-benar kacau sekarang. "Nar, aku butuh kamu.." lirih gadis itu sambil memeluk turutnya. Hujan petir terus menggelegar karena memang sudah tiba masuk ke musim hujan. Musim yang paling menakutkan bagi Hinata di mana ada banyak petir dan trauma yang akan menghantui malam-malam panjangnya.

***

Botol demi botol terus Naruto habiskan, tak terasa sudah mendekati pukul dua pagi dan dia masih saja terjaga di sini. Banyak orang mulai berdatangan ke mari, karena ya kalian tau bukan kehidupan malam itu di mulai setelah lewat pukul dua belas malam. Sebelum pukul dua belas masih di sebut sore bagi para pengunjung club.

Naruto tak peduli, hiruk pikuk yang kian memuakkan telinga itu kian menusuk otaknya. Kacau dan menganggu seperti kaset rusak. Sial Naruto membenci dirinya yang jatuh terlalu dalam pada pesona sahabatnya sendiri. Memang benar kata orang, tak ada persahabatan yang murni antara perempuan dan laki-laki. Pasti ada salah satu yang jatuh cinta dan sialnya Naruto lah yang jatuh lebih dulu ke pesona Hinata.

Dia ingin lari atau menenggelamkan diri, tapi percuma bahkan saat dia ingin minum sebanyak-banyaknya lalu pingsan tak sadarkan diri. Yang terjadi justru sebaliknya, hingga botol ke lima nao masih terjaga meski otaknya sudah mulai tidak singkron.

Tawa Hinata berkelebat di pelupuk matanya hal itu sukses menahan kesadaran pemuda itu lagi. Namun ketika mengingat penolakan Hinata hatinya kembali sakit. Retakan itu terasa nyata dan melukai dirinya luar dalam.

Waktunya berhenti.

Naruto lelah dan muak.

Mencintai sendiri mencintai dalam diam menjadi pelindung di balik bayangan. Persetan!

Dia benci dunia yang tak adil ini.

Terserah tapi Naruto akan kembali pada jalannya. Jalannya yang pernah kelam karena terlalu dalam mencintai. Dan sekali Naruto akan masuk ke kubangan gelap penuh jalan buntu itu, dulu dia terjerumus ke sana karena Hinata namun gadis itu pula yang berhasil menariknya keluar.

Dan sekarang terjadi lagi, Naruto akan kembali ke sana. Ketempat gelap penuh dosa itu lagi. Entah Hinata akan datang sebagai malaikat penolongnya atau tidak Naruto tak peduli. Dia menyerah seiring hatinya yang remuk redam.

Selamat tinggal.

Dan di tegukan pada botol ke enamnya, Naruto tumbang. Membawa serta kesadaran dan luka hatinya.


Next____

Jangan lupa vote!

S N O W | Namikaze Naruto ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang