Pertemuan Yang Menyebalkan

153 12 0
                                    

Kini Antika berfokus pada tujuannya, mencari ruang kepala sekolah dan setelah berjalan lebih dari lima menit. Matanya bertemu dengan ruangan yang sedari tadi dicarinya.

"akhirnya," ucap Antika tersenyum senang.

setelah berbincang-bincang dengan kepala sekolah. Antika mengangguk saat kepala sekolah yang bernama Kayla itu memberikan tempat dimna kelasnya berada.

"apa kamu bisa bermain alat musik Antika?" tanya beliau dengan senyuman yang manis.

"hanya beberapa bu, Gitar dan biola. Selebihnya sedang berusaha mempelajari." ucap Antika.

Bu Kayla tersenyum senang. Dirinya meminta agar Antika harus segera mempelajari alat musik seperti piano. Tak diragukan lagi, jika gadis itu sangat senang mendengarnya.

"sekarang masuk kedalam kelasmu, dan saat jam pelajaran telah usai.Datanglah keruang musik bersama murid-murid lainnya." titah Bu Kayla

Antika mengangguk. Dan beranjak untuk mencari kelasnya.

"baik bu, permisi." ucap Antika.

Antika menutup pelan pintunya, agar tidak mengganggu guru-guru yang lain mengerjakan tugasnya masing-masing.

Dengan senyum mengembang, Antika berjalan sedikit cepat untuk mencari tempat duduknya. Dan kelas yang dicari kini berada didepan matanya.

saat ingin memasuki kelas tersebut.
Sebuah kaki menghalangi jalannya, dan untunglah keseimbangannya cukup kokoh. Sehingga gadis itu selamat dari musibah yang ternyata disengaja.

"jika hidupmu tak bahagia, setidaknya jangan merusak suasana seseorang yang sedang baik."

Gadis itu menyeringai, namun salah satu sahabatnya memberi aba-aba untuk tidak melakukan sekarang.

"kali ini lo selamat, tapi ingat! besok atau nanti, loe habis." ucap Gadis itu.

Antika hanya memberi senyuman untuk seseorang yang menatapnya tajam.

Senyuman yang sangat manis bagi seorang Antika.

"belajarlah dari yang sudah-sudah. Aku Antika murid baru dan akan tinggal dikelas ini." ucap Antika pada gadis itu.

Segera tanpa lama, meski gadis itu enggan berjabat tangan dengannya? bukan masalah besar dari seorang Antika yang selalu tersenyum dengan siapapun.

"sepertinya dia akan menjadi musuh terbesar lo Nat." ucap Sahabat gadis itu.

"brengsek!" ujar Natasya meremas jari-jemarinya.

Nadya mengusap-usap pundak sahabatnya. Gadis yang baru saja meremehkan Natasya bukan lawan yang semudah gadis itu fikirkan.

Mata Antika tertuju pada gadis yang menyentuh pundaknya. Dia tersenyum dan mengulurkan tangannya dihadapan Antika.

"kamu murid baru? namaku Raisah Sofia, panggil saja Raisah." ucap Raisah dengan lembut.

tanpa basa-basi, Antika menyambutnya dengan hangat. Tangan gadis  itu begitu lembut. Sehingga Lesti sangat bersyukur mengenalnya.

"Antika, senang berkenalan denganmu." sahut Antika.

Satu jam lebih akhirnya, jam pelajaran telah usai. Dan kini waktunya untuk para murid-murid berhamburan keluar sekedar mengisi perut yang kosong.

" mau kekantin Tik?" tanya Raisah.

Antika mengangguk, dan memasukan buku-bukunya kedalam tas.

"Akhirnya pelajaran selesai juga. Dan setelah ini, kita akan mempelajari musik dari guru killer Tik." ujar Raisah.

Antika tertawa kecil, saat gadis itu mengucapkan guru killer yang terdengar menggelitik.

Apa setiap guru yang sedikit tegas harus mendapat julukan killer? atau mungkin murid-murid disini tak pernah menyukai guru tersebut yang selalu ada disetiap sekolah-sekolah yang ada.

"ada apa dengan guru musik kita Sah?" tanya Antika yang menyeruput jus Stroberinya.

"ya justru yang aku heran, setiap pelajaran dari guru musik itu selalu penuh. bahkan tak ada satupun yang absen. Aku tahu dia tampan, tapi aku tak sedikitpun tertarik padanya." ucap Raisah.

Antika baru menyadari, jika tulisan yang ditempel dimading sekolah, bisa ia pastikan itu tulisan tangan guru tersebut. Dan yang mungkin bisa lebih mengejutkan Antika, semoga guru itu bukan dia. Dia yang ia kenal sejak dulu, dan kini ia tak ingin terjebak dalam masa lalunya.

"Kamu mengikuti Tik musik sejak kapan Tik? aku denger dari kepala sekolah dikelas tadi, kamu menguasai gitar dan biola." tanya Raisah yang juga menyuapkan satu sendok nasi gorengnya.

"lebih tepatnya, ada seseorang dari masa lalu yang mengajariku. Tapi aku lebih suka gitar yang mudah sekali dihafalnya." ucap Antika.

Raisah mengangguk dan tersenyum manis. Tak terasa setengah jam berlalu. Dan terdengar suara lonceng yang menandakan bel istirahat telah usai.

kini saatnya, terlihat para murid berbondong-bondong berlarian menuju kelas masing-masing. Dan mengambil tas setelah itu berlari menuju ruangan musik.

Aneh memang? tapi itulah para gadis yang membuat Antika sedikit kesal, saat dirinya harus terdorong lagi-lagi dan lagi.

Bruk!

"'aww?" desah Antika yang terjatuh kelantai, tepat didepan ruang musik.

Raisah yang melihat sahabatnya terjatuh segera bangkit dari kursinya. Namun intruksi dari guru killer tersebut membuatnya duduk kembali ditempatnya.

Setelah berusaha bangkit, namun sia-sia. Lututnya tergores oleh debu yang terlihat begitu kasar. Lebam merah akhirnya menempel dilututnya yang mulus.

Itulah tang lagi-lagi membuat Antika mendesah pelas.

"Gadis manja, banyak orang yang hanya memiliki satu kaki, madih bisa berjalan." ucap seorang pemuda.

suara itu lagi, tak pernah ingin gadis itu mendengarnya.

"jangan selalu menganggap dirumu begitu hebat, sampai tak ada sesuatu yang melukaimu," ketusnya.

Antika berusaha berdiri, dan selalu saja usahanya gagal dan dihadapan pemuda itu. Pemuda yang begitu menyebalkan. Dari dulu tak akan pernah membuatnya sedikit bahagia.

seperti sekarang, dirinya bahkan hanya tersenyum sinis saat menatap matanya dalam-dalam.

"waktuku sudah banyak terbuang hanya untuk gadis bodoh sepertimu. Berhenti memberontak lagi!" ucap Pemuda itu pedas.

Suara tegas itu kembali muncul. Kini semua mata terpaku saat adegan yang seperti difilm-film berada dihadapannya langsung.

"tetap disini, murid baru." ucap Yudha yang meletakan tubuh Antika dikursi miliknya.

"kelas akan tetap berjalan. Buka buku kalian masing-masing. Dan lima belas menit lagi, kita akan membuat beberapa kelompok."

Yudha mengambil kotak obat dibelakang pintu ruangan tersebut. mengambil obat merah dan sehelai kapas untuk membersihkan luka gadis yang sebenarnya tak ingin dirinya lihat kembali.

"jangan karena kamu disini guru, bersikap tidak sopan pada muridmu!" ucap Antika lantang.

Rupanya, Antika masih sangat mengingat kejadian yang dilift pagi tadi. Yudha hanya memberi senyum palsunya dan menempelkan plester dilutut gadis yang masih menatapnya tajam.

"dari dulu kegelapan itu masalah terbesarmu. Untuk aku yang memelukmu, bukan pemuda brengsek yang merebutmu dariku." ucapnya sinis.

.........BERSAMBUNG.......

Maafkan Aku (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang