Rasa Sayang Itu Masih Ada

89 10 0
                                    

Setelah dirasa cukup tenang, Antika membuka pintu kamar mandi yang ia kunci dari dalam.

tak menghiraukan ocehan murid-murid dari luar yang memintanya segera keluar untuk bergantian.
Apa mereka selalu saja meributkan hal sekecil itu?

Clek!

pintu itu terbuka, meski wajahnya yang sedikit basah. Namun itu membuatnya sedikit segar kembali.

saat akan keluar dari toilet wanita, tak sengaja Antika mendengar teriakan seseorang dari dalam toilet pria. Namun jika ia lakukan bukankah tidak sopan?

dirinya menunggu, sampai seseorang itu keluar dari kamar mandi tersebut.
Antika gelisah dan sedikit panik, saat suara tersebut tiba-tiba menghilang.

dirinya menatap kiri dan kanan, dirasa cukup aman. Antika membuka pintu itu perlahan.

krek!

suara pintu itu terdengar sudah tua. Tapi bukan itu yang dipermasalahkan Antika, matanya menuju pada pemuda yang bersandar ditembok dengan darah yang mengalir deras dipunggung tangannya.

"YUD-YUDHA!?" teriak Antika segera menutup darah itu dengan sapu tangan miliknya.

rasa benci itu berubah menjadi rasa takut. Kejilangan satu kali sudah membuatnya hampir gila. Jika tak lagi bersama, setidaknya dirinya hanya ingin mrlihat pemuda itu bahagia bukan melukai dirinya.

"apa yang telah kamu lakukan Yudha! bukan hanya tanganmu yang terluka, tapi cermin itu bahkan tak berdosa." ucap Antika yang membantu tubuh itu untuk berdiri.

bahkan pemuda itu kesusahan untuk berdiri, kepalanya yang pusing akan darah yang masih mengalir dari sapu tangan tersebut.

Antika tak tahu lagi dengan semuanya. Saat dirinya melihat pemuda yang baru dikenalnya, segera ia memanggil pemuda itu untuk meminta bantuan.

"hey! bisa bantu aku?" ucap Antika saat pemuda itu mendekat kearahnya.

"Yudha?"ucapnya yang sama halnya terkejut.
Antika mengerutkan keningnya, saat tangan Yudha mendorongnya kasar.

"jangankan untuk menolongku, menyentuhku saja tak akan aku biarkan itu terjadi. Sudah cukup kamu ambil semuanya dariku." ucap Yudha

Suara parau itu begitu menusuk hati, Antika tak mengerti akan semuanya. Perubahan yang terjadi pada pemuda itu membuatnya semakin bingung.

"sekali ini tolong biarkan aku." ucap Antika Lirih.

"aku bilang jangan sentuh aku!?" Teriak Yudha yang terus mendorong tubuh pemuda itu.

Antika memberi isyarat agar pemuda itu meninggalkannya bersama pemuda keras kepala ini. Dengan keras Antika berjalan menuju ruang UKS.

satu jam dirinya menemani Yudha yang masih tak sadarkan diri. Pemuda itu terlalu banyak kehabisan darah, sampai wajahnya kini begitu pucat.

"Aku tak pernah melihatmu seperti ini,' gumam Antika mengusap rambut Yudha lembut.

tak terasa, air mata kini mengalir dipipi mulusnya. Pemuda itu mengedipkan matanya, saat merasakan sesuatu yang menyentuh pipinya.

Antika kembali kesofa dan langsung terpejam. Gadis itu begitu kelelahan seharian ini. Seharusnya jam pelajaran telah usai sejak tadi. Namun saat dirinya mengunci diri dikamar mandi. Tak ada yang tahu, dan semua murid telah pulang kerumah masing-masing.

Yudha menatap wajah lelah itu, senyum manis yang terukir indah dibibirnya. Tak pernah hilang dari dulu. Seharusnya ini adalah tepat tiga tahun hari jadinya dengan gadis yang selalu membuatnya gemas.

Maafkan Aku (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang