Kejutan Takdir – 05
Untukmu, apa pun akan aku lakukan.
Bersamamu, apa pun akan aku upayakan.
Termasuk, merelakan hati untuk ke sekian kalinya dipatahkan lagi, olehmu.┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈
Di halaman belakang rumah, sebuah kain putih terbentang di atas rerumputan, sebagai alas duduk dua insan berbeda aktivitas itu. Benda-benda langit yang kini menghiasi langit malam, menjadikan candu bagi siapapun yang menatapnya.
Lampu dengan Watt besar yang dipasang menggantung di salah satu tiang, menjadi penerang bagi Bhara dan Vien yang duduk melantai beralaskan kain itu.
Vien dengan seperangkat alat tulisnya, mulai mencari secercah ide untuk ia tuangkan di atas sebuah kertas. Bukanlah sebuah lukisan yang hendak ia tuang untuk mengisi kertas berwarna putih polos itu, melainkan huruf-huruf yang kelak akan berakhir menjadi sebuah cerita.
Di sampingnya, Bhara sibuk dengan laptop yang ia letakkan pada kakinya sebagai alas. Berbeda dengan Vien yang hendak menulis cerita, lelaki itu tengah pusing memikirkan laporan praktikum yang hendak ia buat. Batas akhir pengumpulannya masih seminggu lagi, akan tetapi bukan Bhara namanya jika ia tidak mengerjakan tugas itu sedari awal. Bahkan, sesaat setelah praktikum selesai dilaksanakan, lelaki itu sudah memikirkan judul untuk laporan yang akan ia tulis. Sangat berbanding terbalik dengan teman-temannya yang memilih untuk mendinginkan kepala terlebih dahulu dari tugas tersebut.
Program studi Teknik Kimia cukup meresahkan. Setiap mengadakan praktikum, maka tugas laporan akan datang menyusul. Pernah sekali Bhara dihampiri oleh 5 praktikum berturut-turut dari hari Senin hingga Jumat di minggu yang sama, dan yang membuat stresnya ialah tugas laporan setelahnya. Dosen-dosennya seperti tidak memiliki hati, karena waktu pengerjaan masing-masing laporan hanya diberikan satu minggu saja. Bhara sempat keteteran dan nyaris frustrasi, akibat harus mengerjakan 1 laporan per hari, dengan masing-masing laporan yang memiliki panjang sekitar 20 halaman. Ditambah lagi dengan peraturan bahwa laporan tersebut haruslah tertulis tangan. Tugas yang benar-benar tidak masuk akal.
“Bhar,” panggil Vien, mengacaukan fokus Bhara yang tengah mengetik laporannya. Bhara menoleh, dan menaikkan sebelah alisnya. Sudah menjadi ciri khas Bhara setiap kali tengah fokus pada laporan, maka ia akan sulit mengeluarkan banyak suara.
“Coba kamu lihat cerpen aku. Ada yang bahasanya rancu, gak? Atau, ada komentar lainnya?”
Vien menyodorkan selembar kertas hvs yang tadi ia gunakan untuk menuangkan ide-ide inspiratifnya. Bhara mengambil kertas itu, sedangkan laptop yang ada di pangkuannya, ia pindahkan ke atas kain yang tidak terduduki. Lelaki itu mulai fokus membaca setiap rangkaian kalimat yang ditulis oleh Vien.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kejutan Takdir [Completed✔]
RomanceJangan terlalu berharap pada keadaan, apalagi berharap agar semua ekspetasimu berjalan semulus yang kau inginkan. Karena, inilah takdir. Tidak ada siapapun yang mengetahui, bagaimana jalannya hidupmu ke depan. Seperti itulah, seorang Vienna Devansh...