Kejutan Takdir – 08
Kamu tidak hanya berbakat membuatku jatuh cinta, namun, juga berbakat memporak-porandakan hatiku.
┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈
Rintik air yang deras menghunjam permukaan bumi, tak kunjung mereda meski waktu sudah berlalu sekian lamanya. Angin dingin mulai menusuk hingga ke tulang-tulang, membuat siapapun berusaha mengeratkan hoodie yang dikenakan guna mencari kehangatan.
Di bawah atap kampus yang mendengungkan keras suara hujan, seorang gadis bagai tak bernyawa menatap lingkungan kampus yang mulai tergenang air. Jangan heran bila kampus elit itupun harus merasakan terciptanya genangan air, meski sudah dibangun dengan tinggi yang melebihi bangunan sebelahnya. Hitung saja, sudah seberapa lama hujan tersebut mengguyur bumi, seolah tengah meluapkan emosi.
Seperti halnya hujan yang tak kunjung berhenti, derai air mata yang tercipta di sudut kanan mata seorang gadis juga tak kunjung reda. Sedari tadi, gadis itu menangis karena alasan yang kelihatan sederhana. Kabar yang ia harapkan datang dari seseorang, tak kunjung terdengar. Memangnya, apa yang jauh lebih menyakitkan dibanding itu?
Bagi Vien, itulah hal yang paling menyakitkan. Ia begitu berharap akan ada secuil kabar yang diberi oleh Bhara, namun nyatanya ia harus kembali tertampar realita ketika Bhara tidak sama sekali mengabarinya. Hari ini terhitung hari ketiga setelah hari keberangkatan Bhara, yang tak pamit dengan dirinya. Dan, hari ini pula, menjadi hari ketiga dimana Vien terus uring-uringan akibat tak kunjung mendapat kabar. Parahnya lagi, gadis itu sampai menangis, merasa bahwa dirinya sudah tidak penting lagi di mata Bhara.
Bhara tidak biasanya begini. Lelaki itu selalu bisa menyempatkan waktu untuk mengabari Vien, bahkan ketika ia sibuk. Akan tetapi, mengapa sekarang Bhara tak kunjung mengabarinya?
Vai yang menyaksikan bulir air turun dari sudut kanan mata Vien, hanya bisa menggeram penuh amarah di dalam hatinya. Di saat ia berusaha agar air mata Vien tak jatuh, Bhara malah membuat gadis itu menangis.
Dara yang berada di sebelah Vien, berusaha menenangkan gadis itu. Elusan penuh kehangatan diberikan oleh Dara, berharap agar air mata Vien berhenti menetes. “Vien, udah dong, jangan nangis mulu. Gak kasian apa sama mata kamu? Udah bengkak gitu?”
Namun, bukannya mereda, tangisan itu semakin kuat. “Bha-Bhara, kenapa gak berkabar? Dia gak tau apa, a-aku cemas sama dia? Apa aku udah gak penting di mata dia?”
Suara sesenggukan terdengar mengiringi ucapan Vien. Gadis itu semakin larut dalam tangisnya.
Tiba-tiba, suara notifikasi terdengar berulang kali dari dalam tas milik Vien. Dara yang posisinya lebih dekat dengan tas Vien, mengambil tas tersebut, dan memasukkan tangannya ke dalam tas guna meraih ponsel sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kejutan Takdir [Completed✔]
RomanceJangan terlalu berharap pada keadaan, apalagi berharap agar semua ekspetasimu berjalan semulus yang kau inginkan. Karena, inilah takdir. Tidak ada siapapun yang mengetahui, bagaimana jalannya hidupmu ke depan. Seperti itulah, seorang Vienna Devansh...