D u a P u l u h E n a m

43 4 0
                                    

Kejutan Takdir — 26

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kejutan Takdir — 26

Maaf kini tak berguna, tatkala hati tak jua dirundung penyesalan.

┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Tidak butuh waktu lama, keduanya sampai di lapangan kosong. Sembari menunggu Vai memarkirkan mobilnya di tepian lapangan, Bhara mendaratkan tubuhnya di sebuah batang pohon yang telah tumbang. Lelaki itu sempat membuka ponselnya untuk memberi pesan kepada Dara, sebelum akhirnya ia melihat Vai yang berjalan mendekat, dan … melayangkan tinjuan yang sukses mengenai rahang kokoh lelaki itu.

“Maksud lo apa-apaan?” teriak Bhara tidak terima. Lelaki itu bangkit dari duduknya. Sudah terhitung dua kali, lelaki di hadapannya ini melayangkan tinjuan secara tiba-tiba.

“Emang, ya, kodratnya cowok itu kalau gak baik, ya, berengsek. Dan, lo … gue pikir selama ini, lo cowok baik. Tapi nyatanya gue salah. Lo adalah cowok paling berengsek yang pernah gue temuin, Bhar.” Emosi Vai kembali meledak. Dan, niat lelaki itu mengajak Bhara ke lapangan kosong ialah supaya baik Vien maupun keluarganya tidak melihat aksi kekerasan yang dilakukannya kepada Bhara.

“Sumpah, ya, gue gak ngerti sama maksud lo.”

Satu tinjuan kembali dilayangkan Vai, dan kali ini, cukup keras, hingga membuat Bhara nyaris terhuyung ke belakang. Bhara memegangi rahangnya yang mulai mengeluarkan tetesan darah akibat tinjuan itu. “Lo pikir, gue apaan, hah?”

Bhara membalas aksi Vai, dengan turut meninju lelaki itu. Namun, tidak mengenai wajah lelaki di hadapannya, karena Vai dengan sigap mengelak.

“Gue pikir, lo adalah cowok paling berengsek, yang dengan gak punya hatinya ninggalin cewek pulang ke rumah sendirian,” ujar Vai dengan penuh penekanan pada kata “gak punya hati”. Ia memang dengan sengaja melakukannya, agar seorang Bhasvara Aristide kembali teringat dengan perlakuannya tadi sore.

“Bukan gue yang ninggalin dia sendirian, tapi emang Vien yang maksa minta diturunin,” ujar Bhara membela dirinya. Walau bagaimanapun, ia tidak dengan sengajanya menurunkan Vien di tengah jalan.

“Gimana Vien gak minta turun, kalau atmosfer di dalam mobil lo itu udah menyebabkan dia gak ngerasa nyaman?”

Bhara terdiam. Pastinya, Vai sudah tahu semuanya dari Vien. Dan, apa yang diucapkan Vai ialah untuk menyindir Dara.

“Kalau yang lo maksud itu omongannya Dara. Oke, kalau itu, gue minta maaf. Gue gak bisa jaga omongan cewek gue. Tapi, lo gak bisa salahin Dara gitu aja. Walau gimanapun ….”

“Iya, walau gimanapun, dia cewek lo. Iya, kan? Gue tahu, Dara itu cewek lo. Tapi, bukan berarti karena dia cewek lo, lantas lo bisa bela dia kapan aja.”

Kejutan Takdir [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang