Kejutan Takdir – 25
Perempuan memang tidak selalu benar, seperti apa katanya. Sesekali, ia juga hobi berbuat salah. Namun, bukan berarti kamu berhak membentaknya akibat kesalahan itu.
┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈
“Apa?! Bhara ninggalin kamu di pinggir jalan gitu aja?” sentak Vai dengan nada bicara yang cukup tinggi. Vien yang baru sepuluh menit sadar dari pingsannya merasakan keterkejutan yang luar biasa, ketika Vai yang tadinya diam mendengarkan tutur ceritanya, mendadak menyentaknya dengan begitu kuat. Jangankan Vien yang baru sadar, Arga yang sedang dalam kondisi baik-baik saja terkejut bukan main. Beruntungnya, posisi Arga yang tidak dapat menjangkau Vai membuat lelaki itu mengurungkan niatnya guna melayangkan sebuah tonjokan kepada lelaki itu.
“Vai, Bhara gak ninggalin aku di tengah jalan, tapi emang aku yang ngotot turun dari mobil dia,” ujar Vien memberi penjelasan kepada lelaki itu. Sepertinya, Vai sedikit salah paham, walaupun Vien sudah bercerita panjang lebar kepada lelaki itu.
“Ya, aku tahu, Vien, mungkin emang kamunya yang ngotot pengen turun. Tapi, Bhara juga seharusnya tahu, alasan kenapa kamu ngotot turun gitu aja. Seharusnya, yang dia turunin itu si Dara, yang jelas-jelas salah.”
Hati Vien sedikit meringis mendengar nada bicara Vai yang masih meninggi itu. Arga yang menyadari hal tersebut, segera memprotes Vai untuk menurunkan nada bicaranya. Arga tahu, lelaki itu tengah dilanda emosi, tapi itu bukan berarti Vai bisa dengan seenaknya berbicara dengan nada yang tinggi di hadapan seorang perempuan.
Vai mengusap wajahnya kasar, setelah mendengar protesan Arga. Lelaki itu mencoba untuk mengontrol emosinya. Sedari awal Vien memulai ceritanya, emosi lelaki itu memang sudah membara. Sehingga pada saat gadis itu mengakhiri ceritanya, Vai kelepasan kontrol akan emosinya. Ia tidak habis pikir dengan seorang Bhasvara Aristide yang selalu dipuja Vien dapat menjadi seorang lelaki yang berengsek, yang tega meninggalkan Vien di pinggir jalan sendirian.
Sekali lagi, walaupun Vien yang memaksa turun dari mobilnya, namun tetap saja, dalam konteks manapun, Bhara layak disalahkan. Seharusnya sebagai pacar, ia dapat menyumpal ucapan Dara, agar tidak sembarang berbicara, yang berujung dapat menyakiti perasaan Vien.
Vai memejamkan matanya. Berulang kali, ia menarik napasnya, dan mengembuskannya kembali. Setidaknya, emosinya sudah sedikit surut. Satu hal lagi yang harus ia pastikan, yaitu ia tidak boleh berbicara dengan nada yang tinggi kepada Vien.
Lelaki itu membuka kelopak matanya, yang langsung dihadapkan dengan pemandangan gadis di hadapannya yang tengah menundukkan kepalanya. Saat ini, mereka masih di dalam kamar tamu. Vien yang duduk di ranjangnya, kemudian Vai menarik salah satu kursi guna mendekat ke ranjang itu, dan Arga yang memilih duduk di lantai dekat meja rias. Lelaki itu memang selalu nyaman dengan posisi melantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kejutan Takdir [Completed✔]
RomansaJangan terlalu berharap pada keadaan, apalagi berharap agar semua ekspetasimu berjalan semulus yang kau inginkan. Karena, inilah takdir. Tidak ada siapapun yang mengetahui, bagaimana jalannya hidupmu ke depan. Seperti itulah, seorang Vienna Devansh...