Jungkook menyambut pagi dengan indah, segelas kopi panas dan koran berita langganan. Sendiri ia terduduk, apatis saja karena sang anak yang baru pulang jam empat pagi dini hari masih tertidur pulas. Kemarin malam masih terandai indah di pikiran Jungkook, omega yang manis dan malam yang tenang bersama.
Terbesit kemudian satu pikiran, hadia kecil harus dipersiapkan lebih dulu untuk Beomgyu. Memikat hati calon anak juga perlu bukan?
Satu panggilan saja, Jungkook sudah tersambung dengan sahabatnya Seokjin. "Halo bang?"
"Enggak. Gua enggak masak hari ini" sambut Seokjin langsung ketika panggilan telepon terhubung.
Jungkook terkekeh, memang si tujuan ia biasa menghubungi Seokjin hanya untuk meminta makanan. Mau bagaimana lagi, Seokjin seorang koki berbintang lima. "Bukan itu bang..."
Seokjin mendeham ragu, Jungkook memang biasa menghubungi jika membutuhkan sesuatu. Jika tidak maka ponsel bisa berubah menjadi batu saking diacuhkan oleh Jungkook. Bisa dikatakan dalam satu tahun Jungkook hanya pernah membalas pesan singkat Seokjin sebanyak lima kali.
"Jadi gua mau ketemu sama anaknya temen nih. Mau minta restu, buat pacarin papa omeganya"
"Oh temen" Ledek Seokjin, sebenernya Seokjin agak penasaran. Jarang sekali duda satu anak ini membahas omega, bahkan ini pertama kalinya. "Lantas bagaimana?"
"Gimana ya cara memikat hati calon anak?"
Seokjin tertawa terbahak-bahak disebrang telepon, menjengkelkan hati Jungkook. "Bang! Saran lah. Malah tertawa kau disana."
"Emang papa omega-nya itu modelan gimana? Trus hubungan si papa sma si anak baik ga? Kalau baik, biasanya si anak bakal jadi cerminan ibunya. Which is si papa omeganya itu" Duh kembali deh logat JakSel ala Kim Seokjin keluar.
"Papa omeganya baik si. Manis kaya gula jawa, cantik aduhai bodynya juga..."
"Udah... Udah... Ntar lo bablas bahas hal 'lain' lagi" Seokjin tidak ingin di pagi hari yang indah ini telinganya ternodai. "Gini aja si, karna ini pertemuan pertama. Buat kesan yang baik tapi tidak berlebihan tapi juga nggak terkesan acuh"
"Gimana?" Lambat Jungkook mencerna. Memang ia terkadang sulit memahami kiasan untuk kesan tersirat.
"Maksud gua. Lu siapin deh hadiah yang simple, bagus, tidak berlebihan, dan kalau bisa bermanfaat. Tapi buat anaknya, biar dia berkesan kalau calon bapak-nya ini baik hati dan nggak pelit"
"Oh, iya... iya..." Mulai kepala Jungkook mencerna perkataan Seokjin. "Jadi gua harus bawa hadiah ya?"
"Bukan hadiah si, bingkisan kecil aja. Kaya oleh-oleh kalau lu baru pulang dari Eropa. Biasanya kasih oleh-oleh apa ke Yeonjun?"
Jungkook berpikir sejenak, "Nggak pernah, Yeonjun selalu ikut"
Seokjin menepuk jidat sendiri, lupa dia kalau si anak sangat sayang dengan ayahnya sampai-sampai bertingkah seperti babysitter. "Yaudah oleh-oleh buat temen lo"
"Oh, iya... iya paham gua bang"
Seokjin menganggukkan kepala dengan bangga, walapun Jungkook toh tidak bisa melihat. "Pinter anak ayah" Tiru Seokjin seperti Jungkook yang selalu membanggakan si anak semata wayang.
"Makasih ya bang! Nanti gua mampir ke restoran lu ya?"
"Iya bos. Mampir aja. Ajak Yeonjun ya sekalian. Kangen gua sama keponakan"
"Siap bang!"
Tuut!
Singkat, seperti itu saja percakapan pagi dengan Seokjin. Langkah selanjutnya yang harus Jungkook lakukan adalah menghubungi sekertaris pribadi untuk mempersiapkan hadiah yang sudah ia pikirkan untuk Beomgyu sembari menunggu kabar dari Taehyung tentang janji pertemuan Jungkook dengan Beomgyu.
Jungkook tersenyum senang, terandai dalam benak dan pikiran kebahagiaan dari Beomgyu yang menyambut dirinya nanti.
"Ayah kenapa senyum-senyum sendiri?" Yeonjun tiba-tiba muncul, nampak kusut dengan muka berceplak bantal.
"Enggak papa. Ayah lagi mengkhayalin ending Avengers: End Game"
Yeonjun mengernyit aneh, ia menuang segelas air putih dengan tatap penuh sidit. Kering kerontang memang tenggorokan, lelah letih memuntahkan isi perut juga. Pusing dirasa masih menguasai kepala Yeonjun. Isi 'bensin' semalam sampai full tank, sampai mabuk hacep abis semalam. Mabuk memang menyenangkan, tapi after-nya terasa memuakkan. Walau begitu tidak menghentikan Yeonjun juga untuk mencintai 'bensin'-nya.
"Kok senyum? Perasaan ayah nangis pas bagian Iron man mati"
Jungkook tersadar, padahal itu adalah film yang indah namun seindah mimpi buruk. "Ayah mikirin ending yang bahagia. Happy ending ever after, nak. Kaya film Disney" Ngeles saja memang si Jungkook bisanya.
Yeonjun meneguk habis air dalam gelas, meletakkan kembali gelas di meja. "Ayah aneh ah!" apatis Yeonjun memutar badan. "Ayah jangan bangunin aku sampai sore ya? Aku pusing banget. Mau tidur lagi aja"
"Mau teh herbal nggak, Jun?" Jungkook memberikan saran, "Ayah suruh bibi buatkan ya? Nanti kamu minum ya, nak?!" Jungkook agak berteriak. Kebiasaan, rumah cukup besar sampai harus berteriak untuk saling mendengar. Rasa seperti di hutan saja memang.
***
Halo?
hehehehhehehehehehe
Jadi bensi yang dimaksud itu seperti itu...
Tapi adanya saya disini bukan untuk menjelaskan hal tersebut.
Sebentar lupa mau ngomong apa.
.
.
.
.
Duh gua sumpah lupa mau ngomong apa... di chapter selanjutnya aja deh ya.
See you when I see you!
Thankyou so much yang sempetin diri buat mampir dan baca.
XO from Me
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Your Dad | KOOKV
FanfictionAlpha!Jungkook yang meminta izin Beomgyu untuk menikahi ayahnya-Omega!Taehyung. Disatu sisi, Yeonjun-anak Jungkook-tidak merestui pernikahan ayahnya. Jadi, bagaimana nasib percintaan dua duda ini?