Cincin dan Harapan

865 128 5
                                    


Gaduh kamar tidur Yeonjun, suara MG-42 terdengar nyaring menembakkan 1.200 butir peluru 7.92×57mm Mauser per menit. Suara ledakan terdengar saling bersautan seperti marching band ditengah parade. "FIRE IN THE HOLE!!!" "Taking Fire, Need Back Up!!!" Seruan petanda perang itu saling saut menyaut dengan ledakan dan tembakkan yang menambah ripuh. Padahal Yeonjun hanya seorang diri dalam ruang, namun memang games yang ia mainkan memberikan suara-suara gaduh ditambah Samsung LED Smart TV yang semakin memberikan pengalaman yang lebih jelas terhadap perang yang tengah digandrungi Yeonjun pada PlayStation 5.

Tidak disadari Yeonjung, Jungkook mengintip dari celah pintu kamar yang terbuka. Jungkook tidak banyak protes akan kegemaran bermain games sang anak. Bagi Jungkook asal sang anak memiliki pemikiran untuk tetap berangkat kuliah dan mendapatkan nilai bagus pun sudah tidak ada masalah. Lagi pula masa muda Jungkook tidak jauh berbeda, ia juga menggemari games sampai terlarut-larut saat bermain. Jika di ingat masa muda Jungkook dulu belum ada Playstation atau sejenisnya namun Jungkook menikmati waktu bermain di arcade game machine dengan berpuluh-puluh koin di kantung. Bahkan ketika Playstation 1 keluar ia masih bisa menikmatinya sambil mengasuh Yeonjun yang masih bayi. Sayang mata sudah cukup rabun dan tertinggal jaman dengan update permainan baru sehingga sudah sulit Jungkook mengikuti perkembangan dalam dunia games. Namun jika ingin diadu boleh lah dicoba dengan bapak satu ini.

"Tumben malam minggu nggak keluar, nak?" Yeonjun dapat mendengar lembut suara Jungkook ditengah gaduh perang. Melirik sekilah pada sang ayah, kemudian kembali fokus.

"Lagi males"

Jungkook menganggukkan kepala, terdiam sesaat untuk berpikir. "Kalau begitu ayah keluar sebentar ya? Ayah pingin nongkrong aja di starbucks"

Seketika buyar fokus Yeonjun, cepat ia menekan tombol pause yang dalam seketika membekukkan dunia games. "Aku mau ikut!" Dibanting saja stick PS oleh Yeonjun. Tidak ingin rencana ini berakhir sia-sia hanya karena game, padahal sudah merelakan satu malam tanpa pesta.

"Tunggu! aku sebentar mau cuci muka dulu" Yeonjun memang tidak nampak jelek, namun ia belum mandi sama sekali hari ini. Kurang bijak memang jika memaksa keluar dengan keadaan seperti itu.

Jungkook agak tertegun, namun kembali ia tenang. Sebenarnya ia memiliki rencana mengunjungi Taehyung namun jika Yeonjun ikut mungkin harus di urungkan dahulu niatnya ini. "Ayah tunggu bawah ya?" Jungkook meninggalkan pintu kamar Yeonjun, berjalan berlahan sambil menulis pesan singkat untuk Taehyung.

'Malam ini saya tidak jadi berkunjung ya? Mendadak Yeonjun ingin ditemani. Maaf, lain waktu saya akan bawakan kamu bakso di dekat pengkolan yang kata kamu enak itu.' Sungkan Jungkook untuk menolak sang anak, namun juga sungkan melewatkan malam tanpa Taehyung. Ada baiknya juga mungkin, ia sudah jarang mengobrol dengan sang anak jadi mungkin ini bisa dijadikan waktu bagi mereka saling bertukar pikiran. Mungkin saja Jungkook bisa sedikit  mengetuk pintu hati Yeonjun yang sangat rapat.

***

Lantunan lembut musik jazz mengisi latar suara kedai kopi starbucks yang cukup ramai dengan kumpulan anak muda saling bercengkrama bersama. Mungkin beberapa dari mereka tidak saling mengenal hanya join table, namun ada juga beberapa yang sudah mengenal. 

Sejak awal Yeonjun sudah nampak waspada, Starbucks ini nampak ramai dengan sekumpulan anak muda dengan paras yang rupawan. Kumpulan anak muda itu saling bercengkrama bahkan dengan pria atau wanita yang nampak lebih dewasa dan matang usia. Kasar kata si Yeonjun mengatakan mereka adalah santapan untuk para daddy dan mommy yang kesepian. Pandangan mata mereka tajam dan akan langsung menilai penampilan setiap pengunjung yang masuk ke kedai. Apa lagi ketika tadi Jungkook memasuki kedai ini, tampak wajah yang berseri-seri mereka menatap sang alpha. Untung Yeonjun langsung menyusul, jika tidak bisa-bisa ayahnya sudah dirayu dengan feromon amis yang terlalu menyengat.

Marry Your Dad | KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang