Yeonjun

878 138 2
                                    


Jungkook tak berkutik, ingin ia segera mengejar Yeonjun namun dirasa salah meninggalkan Taehyung seorang diri tanpa penjelasan apapun. Taehyung tidak menahan, nampak tenang dalam duduknya. "Tidak apa mas, Kejar Yeonjun saja" ucap lembut Taehyung mencoba menenangkan Jungkook yang gelisah.

"Maafkan saya... nanti akan saya jelaskan, saya akan hubungi kamu"

Taehyung membalas dengan senyum ucapan Jungkook, Jungkook sendiri dengan segera meninggalkannya. Cepat deru sepatu Jungkook melangkah, hingga jauh meninggalkan Taehyung sendiri. Selepas Jungkook pergi, Taehyung lemas seketika. Kakinya bergetar sampai sulit untuk berdiri, bahkan tangannya ikut bergetar. Perasaan sedih dan kecewa menyergap. Walau Taehyung tidak tahu kekecewaan karena apa yang ia rasakan.

Dengan langkah kaki yang gontai dan mata yang nampak buram oleh air mata yang menggumpal disudut mata, Taehyung pulang malam itu seorang diri. Pekat malam menyembunyikan rasa sedih dengan baik, karena tak banyak yang memperhatikan Taehyung. Semoga pekat malam menyerap seluruh rasa  bersalah dan kekecewaan ini pergi, agar pagi terang benderang yang menyapa.


***


Jungkook berlari menyusuri jalan, terlalu sibuk jalan malam itu. Aroma feromon Yeonjun telah samar karena hilir mudik orang sekitar, sehingga tak ada jejak yang dapat Jungkook lacak. Jungkook menghela nafas frustasi, ingin berteriak namun gamang dilakukan. Jika ia berteriak maka mungkin kebekuan aktifitas seperti di restoran tadi bisa saja terjadi lagi, dan Jungkook tidak ingin memanfaatkan kekuatannya sembarang.

Malam itu tak jauh berbeda dengan Taehyung, Jungkook juga kembali pulang dengan langkah terseok-seok. Berdoa kepada dewi malam untuk kembali menuntun sang anak kepadanya. Berdoa pada dewi malam untuk keselamatan sang anak. Berdoa pada dewi malam untuk meluluhkan hati sang anak. Bagi Jungkook saat ini tidak ada tangan yang dapat meraih Yeonjun lagi, tidak dengan tangannya. Kali ini mungkin bahkan Yeonjun akan semakin menutup diri kepadanya.


***


Beberapa hari berlalu, kosong saja rumah Jungkook hanya dirinya seorang. Suara gaduh dari kamar Yeonjun atau pun kelakson mobil dari Yeonjun tak pernah terdengar. Aroma Yeonjun perlahan-lahan bahkan menghilang di rumah.

Jungkook hanya bisa mencemaskan sang anak. Tidak perduli berapa pesan dan berapapun panggilan yang ia buat, Yeonjun akan selalu bergeming dalam pengasingan sendiri. Penyesalan terus menghantui malam Jungkook, seolah cinta yang ia miliki sebuah dosa hina yang tidak seharusnya ia lakukan. Jungkook sendiri bahkan tidak memiliki rupa lagi untuk menemui Taehyung. Perlahan-lahan segala yang ia perjuangkan kini terasa runtuh satu persatu menimpanya.

Oh Jungkook yang malang, yang saat ini hanya mengharapkan uluran tangan pengampunan dari sang anak.

Tapi kemudian dewi malam menjawan doa sang ayah. Malam itu Yeonjun kembali, nampak normal dan utuh walau menyengat aroma alkohol dari dirinya.

"Kamu pulang?" Tanya Jungkook langsung menyambut di ruang tamu. Hati lega penuh rasa syukur, senang dapat melihat kembali sang anak. "Kamu sudah makan? Mau ayah pesankan sesuatu? Masuk dulu, kamu mandi..."

"Urus aja omega ayah" Ketus Yeonjun berkata, pergi begitu saja menuju kamarnya.

"Ayah pesankan makanan ya? Kamu pasti belum makan" Jungkook tidak mengindahkan ucapan Yeonjun, ia begitu khawatir sampai-sampai tidak peduli amarah sang anak.

"Diam!" Yeonjun jengkel, ia hanya menginginkan ketenangan. "Dengarkan aku. Sampai mati pun aku tidak akan menyetujui hubungan ayah dengan omega itu!" Yeonjun cukup berkeras pada pendiriannya, ia bahkan mengeluarkan suara yang sangat tegas pertiap kata.

Jungkook membeku dalam posisi, rasa khawatir yang membuatnya resah malah menyulut emosi seketika. "Apa ini balasan kamu untuk segala hal yang sudah ayah lakukan untuk kamu?!" Jungkook mengenggam ponsel dengan erat, tanpa sadar meretakkan sedikit layar ponsel.

"Balasan? Memang aku pernah minta untuk dilahirkan sebagai anak ayah?! Apa aku ingin lahir dari keluarga yang tidak pernah utuh?" Yeonjun menggertakkan rahang keras, mencoba meredam emosi. "Sejak kecil tidak pernah ada sosok orangtua omega, kenapa baru sekarang aku harus memilikinya dan bahkan bukan sosok orang yang melahirkan aku... Lagipula jika orang yang melahirkan aku tidak memedulikan aku, untuk apa orang lain melakukannya. Paling dia juga hanya ingin harta ayah, dia cukup cantik untuk dijadikan pajangan dan dimanja dengan uang ayah." Yeonjun mengambil langkah pergi, mengacuhkan Jungkook setelah kata tersebut terlontar. Kata-kata yang mengalir dari hati, terlepas begitu saja setelah selama ini ditelan seorang diri oleh Yeonjun. Melepaskan pertahanan diri yang sudah lama ia bendung, merebaskan air mata yang Yeonjun juga coba sembunyikan dari sang ayah.

"Yeonjun! Jaga ucapan kamu!!" Jungkook menggertak, ponsel dalam genggaman kini mulai retak dan membentuk lengkungan yang jelas. Mungkin setelah ini Jungkook harus mengganti ponselnya. "Yeonjun! Mau kemana kamu?! Yeonjun, ayah belum selesai bicara!" Tapi Yeonjun keburu menghilangkan diri kedalam kamar, membanting keras pintu dihadapan Jungkook dan menguncinya rapat-rapat.

Jungkook kembali tidak bisa berkutik, pintu itu tetap tegak menghalangi mereka. Bukan tidak bisa Jungkook menghancurkan pintu itu, namun serasa tidak bijak jika harus memaksa masuk kedalam. Bahunya turun seirama dengan helaan nafas yang berat. Kali ini segalanya sudah semakin berantakkan. Dipikir Jungkook bisa saja ia menyelesaikan jika kembali bertemu sang anak, namun memang kenyataan sering bertindah jauh dari ekspetasi.

Jika sudah begini, bagaimana seharusnya Jungkook kemudian bersikap. Ditengah rasa gelisah itu, bayang akan senyum Taehyung menghibur. Apakah ia harus tetap menemui Taehyung? Jungkook takut untuk melakukannya. Takut jika respon Taehyung tidak akan jauh berbeda dengan respon Yeonjun, takut bahwa Taehyung yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Yeonjun menjadi ragu terhadap dirinya. Siksaan pikiran ini kemudian terus menghantui malam Jungkook, berkecambuk menyiksa diri tanpa memar yang berbekas. 

Marry Your Dad | KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang