Ayah pt.2

1.1K 149 9
                                    

Yeonjun terjaga semalaman. Tidak banyak yang ia lakukan hanya overthinking dan terus berugiling-guling dikasur. Yeonjun juga mencoba bermain games semalam, tapi fokusnya terusik dan kekalahan terus menjadi kawan—ia kesal.

Ketika fajar datang dengan cahaya yang mengintip dari celah gordeng kamar yang tidak tertutup rapat, Yeonjun hanya terduduk pada kasur dengan wajah yang lebih mirip mayat hidup.

Overthinking membuat Yeonjun lupa akan hal penting yang harus ia lakukan hari ini. Bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi. Saat Yeonjun menyadarinya langsung ia meloncat dari kasur. Wajahnya menjadi sedikit hidup karena kepanikan yang melanda kembali mengantarkan darah panas ke wajah dan seluruh tubuh.

Yeonjun bergegas mandi, merapihkan lembaran-lembaran revisi dan juga hasil revisi skripsi yang sudah lebih dulu ia kerjakan. Yeonjun membaca perlembar, mencoba kembali menguasai materi sambil berjalan kemeja makan.

Jungkook pagi itu sarapan dengan tenang seolah ada lantunan lulabi lembut menemani. Gerakan Jungkook perlahan menikmati sup hangat yang dibuatkan house helper untuknya.

"Pagi yah" sapa singkat Yeonjun yang tidak sedikitpun memandang Jungkook dan masih sibuk membaca lembaran-lembaran skripsi. Yeonjun kali ini mencoba memastikan tidak ada kesalahan dalam penulisan.

Jungkook nampak penasaran, sejak membuat skripsi Yeonjun tidak sekalipun membahas apa yang ditulisnya tersebut dengan Jungkook. "Sibuk banget? Makan dulu, Jun" Jungkook terus mengintip-intip isi lembar kertas yang menyibukkan Yeonjun.

Yeonjun menatap sang ayah, kemudian kesamaan itu muncul. Wajah Jungkook nampak agak bengkak karena alkohol semalam, sedikit pucat karena rasa pusing dan juga lelah karena sibuk memuntahkan isi perut pagi-pagi. Sup itu membantu Jungkook mengatasi segala kesialan efek alkohol semalam. Ia bahkan terbangun dengan mengumpat serapah pada diri sendiri yang tanpa sadar menghabiskan satu botol seorang diri.

"Aku ada bimbingan, yah" ucap Yeonjun yang kemudian meraih piring berisi roti bakar yang sudah disiapkan untuknya. Yeonjun mengigit roti tersebut sambil sibuk pada kertas-kertas, remihan-remihan roti kemudian bertaburan diatas kertas. Yeonjun bergeming saja karena fokus yang tak ingin terusik.

"Good luck ya!" Kata Jungkook.

Sarapan mereka lebih tenang, Jungkook tidak ingin menganggu dan Yeonjun terlalu sibuk. Ketika piring Yeonjun telah kosong dan Jungkook dengan cangkir kopi panas mereka telah merasa lebih baik.

"Aku berangkat dulu!" Yeonjun segera bangkit, memutar badan dan berlari menuju pintu. Mulanya ia meraih kunci mobil namun kembali ia letakkan, jika terdesak motor bisa menjadi lebih cepat bukan? Jadi Yeonjun merampas kunci motor sang ayah yang jarang digunakkan. "Yah pinjem motornya!" Terika Yeonjun yang langsung menghilang keluar rumah.

Jungkook tidak membantah, hanya berdeham dan meminum kopinya.

Pagi kembali tenang, tapi suara panggilan telepon Jungkook berisik terdengar. Jungkook menjawab panggilan tersebut, Yuri yang memanggil.

"Semalam Yeonjun menghubungiku" sapa Yuri begitu saja tanpa salam pembuka.

"Dia minta sesuatu?" Memang ini kebiasaan Yeonjun. Menghubungi sang ibu jika tidak bisa mendapatkan yang di inginkan dari sang ayah.

"Tidak. Dia agak aneh" jelas Yuri di sebrang panggilan. Yuri kemudian menghela nafas panjang dan di kamar apartmentnya yang kosong terduduk di sofa dengan malas. "Kau punya pacar ya?"

Jungkook tidak terkejut, ia sudah menebak bahwa besar kemungkinan ini soal Taehyung. Walau Yeonjun sering meminta sesuatu pada sang ibu, tapi tidak pernah sampai membuat sang ibu menghubungi Jungkook.

"Ya beberapa waktu lalu—" Jungkook tidak ingin membahas hal ini, tidak dengan mantan istri agak aneh rasanya. "Tidak lagi. Apa yang Yeonjun katakan?"

"Katanya kamu merindukanku"

Kali ini Jungkook yang menghela nafas, "Maaf—"

"Tidak apa aku tahu" Yuri langsung memotong ucapan Jungkook. "Aku rasa dia tidak menyetujuinya, ya?"

Jungkook membenci percakapan ini. Benar memang Yuri yang penasaran akan keadaan sang anak, namun jika harus sambil menggali informasi tentang Jungkook ia tidak senang membaginya.

"Dia tidak bisa menerima siapapun. Kau beruntung jauh dari dia jadi tidak bisa diganggu jika memiliki hubungan lain" tegas Jungkook berkata, walau Jungkook sendiri tidak begitu yakin Yeonjun akan melakuka hal sama kepada Yuri.

Yuri malah tertawa, "betul juga. Tadinya aku ingin mengabarin Yeonjun, mungkin akhir tahun aku akan menikah. Apa dia akan menolaknya? Aku ingin dia datang kepernikahanku"

Jungkook menjadi sedikit frustasi, jika ini sebuah permintaan bantuan maka Jungkook ingin mundur Jungkook bahkan tidak mampu menyelesaikan masalah dengan Yeonjun kemarin.

"Katakan saja sendiri. Maaf aku sibuk, hubungi lagi nanti"

"Ah benar, saat ini jam 7 pagi disana ya? Baiklah, selamat berkerja!" Dan panggilan telepon terputus begitu saja.

Seharusnya skenario untuk Yuri akan lebih baik lagi dengan Yeonjun, dan jika Yeonjun lebih bisa menerima hal tersebut kemungkinan akan menjadi hal baik untuk Jungkook juga.

Tapi Jungkook benci untuk berharap kepada hal yang tak pasti. Jikalau ini masalahnya maka ia harus menyelesaikan masalah tersebut seorang diri. Semoga saja masih ada jalan untuknya.

Marry Your Dad | KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang