Siang ini hujan tiba-tiba mengguyur kota seoul, memaksa semua orang untuk berteduh, ada juga yang memlih ke mini market terdekat untuk membeli payung, bahkan ada juga yang nekat berjalan walau hujan kini turun dengan derasnya, sebagian mengumpati hujan yang tiba-tiba saja datang, sebagian juga menikmati indahya suara hujan yang bisa menenangkan hati, sama seperti seseorang yang kini tengah menikmati hot lattenya disudut sebuah cafe, memejamkan mata menikmati suara hujan yang menembus pendengarannya, bibir ranumnya tersenyum seakan ia bahagia saat hujan turun, tidak menghiraukan siapapun di luar sana yang mengumpati hujan yang tidak salah apa-apa
hingga seorang datang membuyarkan ketenangannya, ia pun menatap tak suka pada orang tersebut, "kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya yeobin yang sudah duduk di depannya sembari menyesap hot americano miliknya
"kenapa kau datang disaat yang tidak tepat? menganggu saja" jawabnya
sudut bibir yeobin berkedut mendengar pernyataan calon adik iparnya itu "kau yang tadi memintaku untuk datang kesini moon chaewon" ucapnya dengan penuh penekanan
"benarkah?? seingatku kau yang punya janji denganku untuk melihat desain gaunmu jeon yeobin hmm?" balas chaewon dengan nada yang sedikit mengejek
yeobin pun nyengir dengan pernyataan chaewon, memang sebenarnya ia ada janji untuk melihat desain gaun pengantinnya nanti, "hehe maaf, lagi pula pekerjaanku banyak sekali chaewon-ah aku tidak sempat ke butik milikmu karena terlalu jauh dari kantorku " kata yeobin sambil memanyunkan bibirnya
chaewon pun berdecak melihat tingkah sahabatnya sekaligus calon kakak iparnya itu, lalu ia pun memberikan sebuah map berisi gambaran kasar desain gaun milik yeobin, "ini yang kau minta semalam, ini aku buatkan yang jenis ball gown dengan ekor yang besar dan sedikit panjang, nah nanti bahan kainnya satin di lapis brokat yang nanti aku tempel bunga-bunga timbul dengan warna senada dengan gaunnya" jelas chaewon
yeobin pun mengangguk mengerti, "lalu gaun resepsinya?" tanyanya
"ini di belakangnya, nah kalau ini aku buat gaun dengan model A-line karena kalian mengusung konsep international party jadi aku pilih model ini supaya kamu gak susah jalan untuk nemuin tamu-tamu nanti, nah ini kainnya organza putih lapis brokat nanti aku tempel bunga timbul warna merah, dengan lengan 3/4" lanjut chaewon
setelah itu pun yeobin terenyum senang dengan penjelasan chaewon mengenai gaunnya, "kau memang terbaik chaewon-ah" kata yeobin sambil mencubit kedua pipi chuby chaewon dan membuat gadis itu meringis
"haish!! sudah kan? gimana ada yang perlu di tambahkan atau di kurangi??" tanya chaewon
yeobin menggeleng "gak perlu semuanya sudah sempurna, gambarnya aja bagus apa lagi hasilnya"
chaewon pun membereskan sketsa tadi dan menyimpannya kembali kedalam map, setelah itu ia kembali menatap hujan yang perlahan reda, tatapan matanya sendu saat melihat rintik-rintik hujan tersebut, yeobin yang menyadari itu pun langsung memegang tangan sahabatnya itu
"jangan terlalu dipikirkan, itu hanya menambah luka di hatimu, ini sudah lima tahun kenapa tidak membuka hatimu? untuk apa memikirkan dia yang tidak sekali pun memikirkanmu?" ucapan yeobin membuatnya ingin memukul keras kepalanya, benar apa yang dikatakan yeobin tapi perasaan di hati ini membuatnya bingung, ia begitu membenc pria itu, tapi satu waktu dia merindukannya juga, rasa cinta itu belum sama sekali hilang,
chaewon menghela nafasnya "entahlah, aku tidak mengerti kenapa dia terus menghantuiku, sesaat aku bisa membencinya tapi rasa rindu juga muncul dalam waktu bersamaan"
"sudahlah jangan di pikirkan, dia tidak pantas ada dalam pikiranmu chaewon, jadi lupakan buang pria itu jauh-jauh, meninggalkanmu dengan alasan klise seperti itu, pengecut!" ucap yeobin dengan kesalnya,
chaewon pun terkekeh melihat raut wajah kesal yeobin, "hmm arasseo!! sudah jangan membicarakan dia, hmm bagaimana kabar yeji?? sudah seminggu pergi bulan madu tapi sama sekali tidak mengabari kita"
"entahlah, dia kalau sudah sama suaminya mana dia ingat kalau ada kita disini" ucap yeobin
chaewon pun kembali terkekeh lalu ia menyesap hot latte yang sudah mulai mendingin, dan yeobin pun melirik jam tanganya, "sudah waktunya makan siang, kenapa joongki belum datang?!" sahutnya
"hmm joongki oppa akan kesini meyusulmu?"
"dia berjanji akan menjemputku dan makan siang bersama, ikutlah dengan kami, lagi pula ini jam makan siang" ajak yeobin
saat chaewon ingin menjawab tiba-tiba kakak laki-lakinya itu datang menghampiri meja mereka
"hai nona-nona" sapa joongki
"kenapa lama sekali?" tanya yeobin
"jalanan cukup macet, hotel sangatlah jauh dari lokasi kalian ini, lagi pula siapa yang memilih tempat ini" ucap joongki sembari meneliti isi cafe
chaewon pun menatap tajam kakak laki-lakinya itu, lalu joongki yang merasa di tatap pun langsung menoleh kearah chaewon "kenapa kau menatap ku seperti itu?"
"tidak apa-apa" balas chaewon cuek,
"jadi makan siang tidak?" tanya joongki
"jadilah, chaewon-ah, ayo ikut makan siang.." ajak yeobin lagi
chaewon pun menggeleng ha"tidak, aku harus kembali ke butik karena ada pekerjaan yang harus ku selesaikan, kalian makan saja berdua" tolak chaewon
"terserah padamu, tapi jangan lupa makan, aku tidak mau melihat eomma sedih karena kau sakit, mengerti?!" kata joongki
"hmm, iya iya, oppa tenang saja, sudah pergi sana, aku mau menghabiskan kopi ku terlebih dahulu" joongki dan yeobin pun pergi setelah chaewon mengusir mereka
ia pun menghela nafasnya, kembali ia menatap langit yang masih berwarna abu-abu, walau hujan sudah mereda tapi langit belum kunjung berubah, matanya kembali menjadi sendu, ingin rasanya ia berteriak mengeluarkan setiap perasaan miliknya, tapi bibir ini seperti terkunci, jujur saja ia lelah memakai topeng bahagia yang selama ini ia pakai, rasa sakit dan perih dalam dirinya sudah menyatu dalam dagingnya,
dirinya yang dulu ceria kini sudah tidak ada lagi, selama ini ia hanya berpura-pura menjadi chaewon yang kuat, yang bisa berdiri tanpa bertopang apa-apa, padahal sebaliknya kalau tidak ada yeobin,yeji dan joongki kakaknya mungkin chaewon kini telah hancur berkeping-keping
cinta pertama yang ia anggap akan berlangsung selamanya ternyata hanyalah angin lalu yang menerbangkan duri untuknya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Grey Sky..
Romance"langkah kakiku sudah lelah, menapaki setiap jalan menuju kearahmu tapi aku tidak pernah sampai, seakan jalan itu membuatku semakin menjauh darimu, maafkan aku tidak seharusnya ini terjadi padamu tapi aku terpaksa memilih jalan ini, maafkan aku..." ...