suara kicau burung mulai terdengar, mentari menyapa begitu cerahnya, walau sisa hujan semalam masih membekas di daun-daun tapi tidak mengurungkan niat sang surya untuk menyapa, dan kini bunyi alarm dari jam weker milik seorang wanita bernama moon chaewon membuatnya tergelak dan langsung membuat tangannya merayap menuju jam tersebut dan mematikannya,sinar matahari menembus tirai di kamarnya membuat ia harus mengerutkan kedua alisnya dan merapatkan kelopak matanya menahan bias cahayanya, seperti alarm yang memang dibuat membangunkannya, akhirnya ia mulai membuka perlahan kelopak matanya menerjapkannya beberapa kali hingga akhirnya ia terduduk lalu bersandar di sandaran kasurnya, ia pun langsung mengecek ponsel pintarnya, membalas beberapa pesan whatsapp dan membuka beberapa email penting
setelah selesai ia pun langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan satu jam kemudian ia pun sudah siap untuk pergi ke butiknya,
langkah kakinya menyusuri lorong rumahnya, lalu ia menuruni tangga menuju ruang makan dan benar saja ayah,ibu dan kakaknya sudah berada di sana untuk sarapan pagi, tanpa menyapa ia pun langsung mendudukan dirinya di sebelah joongki, mengambil roti dan mengoleskan selai coklat kesukaannya, meneguk kopi yang disiapkan oleh ahjumma yang bekerja di rumahnya,
ibunya hanya tersenyum sendu melihat tingkah putrinya, sudah lima tahun hubungan keluarga ini tidak baik-baik saja, ibunya menyadari bahwa putrinya berubah semenjak pria yang ia cintai pergi meninggalkannya dengan alasan yang tidak jelas, padahal kedua orang tua chaewon cukup menyukai pria pilihannya walau sang ayah pertama kali menentang hubungan mereka tapi lama-kelamaan ia luluh
akan tetapi semua benar-benar hanya seperti angin lalu, pria itu menyakiti putrinya hingga mengubah chaewon yang ceria menjadi sosok yang hanya berpura-pura bahagia
keadaan di meja makan kini benar-benar sangat canggung, sampai pada akhirnya ayah chaewon membuka pembicaraan yang membuat putrinya menatapnya dengan pandangan tidak suka "chaewon-ah besok ada teman ayah dan putranya akan makan malam disini,dan ayah akan menjodohkanmu dengan pria itu" ucap ayah chaewon
tidak hanya chaewon yang tersentak dengan ucapan kepala keluarga moon tersebut akan tetapi sang ibu dan joongki pun juga langsung menatap tuan moon
"yeobo, apa tidak terlalu cepat, lagi pula chaewon bisa mencari calonya sendiri" sangah nyonya moon
ayah chaewon pun menghela nafasnya "tidak, aku tidak ingin dia salah langkah dan menyakiti dirinya sendiri, aku tidak ingin kejadian yang dulu terjadi lagi, jadi lebih baik aku yang memilihkan calon untuknya"
chaewon pun semakin tajam memandang ayahnya itu saat dia ingin meluapkan emosinya joongki pun menahan tangan adiknya itu sembari menggelengkan kepalanya, seakan berkata "biar aku yang bicara dengan aboeji"
chaewon menghela nafasnya kasar, ia pun menyesap kopinya dan langsung pergi dari sana tanpa bicara apa-apa
"aboeji apa sebaiknya kita membiarkan chaewon dengan pilihannya, lagi pula dia sudah semakin dewasa dan tidak mungkin ia bisa salah langkah lagi" kata joongki
tuan moon pun menatap putranya dengan tatapan tegas "aku sudah terlalu banyak mengikuti setiap pilihannya, kau ingat saat aku memintanya mengambil jurusan bisnis di universitasnya tapi ia memilih kuliah jurusan design, lalu ingat saat aku memohon padanya untuk mengelola hotel kita di jepang tapi ia menolak mentah-mentah tawaran ayah, dan lebih memilih menjadi designer dan kini giliran ia yang harus menuruti perintah ayah, dan keputusan ayah sudah bulat, dan kau joongki jangan terlalu memanjakan adikmu, uruslah urusanmu sendiri"
"aboeji tapi cha.." belum sempat joongki meneruskan kata-katanya ayahnya pun meninggalkan meja makan dan joongki pun hanya bisa terdiam dan menatap ibunya dengan pandangan sendu
"eomma, chaewonie masih belum siap untuk ini semua, ia masih butuh waktu untuk menyembuhkan lukanya" kata joongki
ibunya pun hanya bisa menunduk, ia tak tau apa yang harus ia katakan pada anak lelakinya itu, suaminya cukup keras dalam hal mengambil keputusan, dan ia akan tetap pada pendiriannya, lalu nyonya moon pun mengangkat wajahnya dan mencoba tersenyum pada putranya itu "nanti eomma akan bujuk aboejimu untuk mengubah keputusannya, sekarang berangkatlah ke hotel, nanti kau terlambat eoh"
joongki pun mengangguk, lalu ia mengambil jasnya dan berjalan kearah ibunya lalu mengecup pipi ibunya kemudian barulah ia pergi ke hotel.
chaewon kini tengah mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, sebenarnya ia ingin melajukan mobilnya dengan kecepatan maximal, tapi mengingat ini masih pagi jalanan cukup macet dan ia juga tidak mau membahayakan hidup orang lain akhirnya ia mengemudi seperti biasa
kata-kata ayahnya masih terngiang di kepalanya, dijodohkan, dan menikah dengan orang yang sama sekali tidak ia cintai, chaewon sudah bisa membayangkan betapa miris hidupnya nanti, "tua bangka sialan!!!apa ia tidak mengerti kondisiku sekarang!!!" geramnya sembari menginjak pedal gas
dalam pikirannya kini sudah berfikir bagaimana cara mengakhiri semua ini, pikiran untuk menabrakan dirinya pun terlintas, tapi kembali ia bimbang, kalau dia yang tewas tidak apa-apa tapi bagaimana dengan nasib yang lain, bisa jadi rencananya mengakhiri hidupnya juga bisa menjadi akhir hidup bagi orang lain,
ia pun akhirnya membuang jauh-jauh pikiran itu, dan kini mobilnya sudah sampai di daerah gangnam dimana tempat berdiri butik kepunyaannya, butik yang ia bangun 3 tahun lalu dengan jeri payahnya,
kuliah hingga mengambil S2 cukup menguras usianya tapi semua tidak sia-sia perjuangannya membuahkan hasil, chaewon menjadi salah satu designer favorit di korea selatan, banyak orang yang mempercayakan design gaun pengantin atau pesta pada chaewon mulai dari kalangan biasa,artis hingga orang berpengaruh di korea selatan,
bahkan beberapa designnya pernah masuk di london fashion week dengan parade wedding dress, membuat namanya bisa terkenal di kancah dunia, tapi itu tidak membuat chaewon menjadi tinggi hati, ia terus belajar untuk tetap menjadi yang terbaik,
kini ia sudah memasuki butiknya, moonlight boutique begitu ia menamakan butik kesayangannya, berharap bisa menerangi dunia fashion dengan karyanya,
chaewon memasuki ruang kerjanya, beberapa pegawainya kini tengah membereskan beberapa gaun yang akan di coba klien hari ini, sedangkan di lantai 2 tempat dia menjahit gaun-gaunnya, dan lantai 3 tempat penyimpanan kain beserta accesoris,
wanita itu membereskan beberapa sketsa yang akan di berikan kepada bagian penjahitan, sembari mengerjakan itu ia juga membuka kembali email dan membalas beberapa email yang baru ia terima,
"selamat pagi sajangnim.." sapa yoona asisten chaewon
"pagi yoona-ssi, ada apa?" tanya chaewon
"tadi pihak ekspedisi menelfon untuk pengiriman kain yang kita pesan di paris agak sedikit terlambat karena pengiriman terganggu akibat cuaca buruk, dan nona kim jiwon meminta sedikit perubahan pada sketsa gaunnya sajangnim" ucap yoona
chaewon pun langsung mengambil sketsa yang dimaksud yoona "masalah ekspedisi tidak apa-apa lagi pula di lantai 3 masih ada stok kain yang bisa kita gunakan untuk gaun nona jo boah , dan untuk revisi sketsa nanti kamu hubungi nona jiwon untuk mengatur schedule pertemuan untuk membicaran revisi ini" kata chaewon
"baik sajangnim, saya permisi kalau begitu" yoona pun undur diri dan kembali meninggalkan chaewon yang sibuk dengan beberapa kertas sketsanya,
"walau pagiku hancur akibat si tua itu tapi pekerjaan tetaplah pekerjaan, huhh i love my job i love my job" gumam chaewon
ia pun kembali fokus pada sketsanya, garis demi garis ia tarik, tangannya begitu lihai saat mulai menggambar desain gaun pengantin, imajinasinya selalu berjalan lancar, hingga satu suara membuatnya mendongak dan menatap orang tersebut dengan yang kini tengah tersenyum melihat chaewon bekerja
"kau???......"

KAMU SEDANG MEMBACA
Grey Sky..
Romance"langkah kakiku sudah lelah, menapaki setiap jalan menuju kearahmu tapi aku tidak pernah sampai, seakan jalan itu membuatku semakin menjauh darimu, maafkan aku tidak seharusnya ini terjadi padamu tapi aku terpaksa memilih jalan ini, maafkan aku..." ...