Rumah Kayu

33 14 20
                                    






"Maria kita perlu bicara" Ujar Carol sambil menyeret Maria keluar.

"Hei! Mau kemana? Kalau aku pergi siapa yang akan membuat kopi?" Tanya Maria protes.

"Jane bisa melakukannya. Cepat kita tidak punya banyak waktu" Kata Carol.

"Jane tidak masuk" Ucap Maria, melepaskan tangannya dari genggaman Carol. Carol menyernyit.

"Ada apa sih?" Maria bertanya. Carol diam, pikirannya kosong.

"Carol?" Tegur Maria.

"Ah, maafkan aku. Aku harus tahu rumah Nyonya Susan" Ujar Carol.

"Sebentar" Maria masuk kembali kedalam kafe. Telihat menuliskan sesuatu, tak lama ia kembali.

"Ada urusan apa dengan Nyonya Susan?" Tanyanya sambil menyerahkan kertas itu kepada Carol. Carol membacanya, wajahnya menegang.

"Terimakasih" Ucap Carol tanpa menjawab Maria. Ia bergegas masuk ke dalam mobil, menyerahkan kertas itu pada Sean.

"Sial. Perlu waktu lama untuk ke sana" Keluh Sean.

"30 menit lagi, apa bisa?" Carol bertanya.

"Aku tidak yakin" Ujar Sean, dengan cepat membelokkan mobilnya keluar dari halaman kafe dan mulai memasuki jalan raya.

Carol sedikit takut, Sean melajukan mobilnya dengan sangat cepat. Ia menenangkan dirinya, bergegas mengambil ponselnya untuk menelfon Alvin.

"12632 Westgreen Street" Ujar Carol setelah Alvin menjawabnya.

"Kami akan segera menuju kesana" Ucap Alvin.

"Apa kau membawa polisi?" Tanya Carol.

"Iya" Jawab Alvin.

"Cepat Alvin, kita tidak boleh terlambat" Kata Carol. Alvin mengiyakan, menutup telfonnya.




***





Sepi



Satu kata untuk rumah ini. Apa Nyonya Susan sangat anti sosial? Tidak ada rumah lain di sini selain rumahnya. Kalaupun ada, jaraknya sangat jauh. Carol memencet bel rumahnya, menunggu pemiliknya membukakan pintu.

"Sepertinya tidak ada orang" Ujar Sean setelah menunggu sekian lama, ia merasa bosan.

"Apa kita masuk saja?" Tanya Carol. Sean menggeleng tidak setuju.

"Itu tidak sopan, Carl"

"Jadi kita harus bagaimana?" Tanya Carol.

"Carol, Sean!!!" Panggil seseorang.

Alvin datang dengan Anna dan Levi, diikuti dengan 2 polisi yang mengikutinya dari belakang.

"Apa kau yakin ini rumah Nyonya Gregore?" Tanya seorang polisi.

"Aku mendapatkan alamat ini dari temanku" Jawab Carol.

"Kami sudah memencet bel nya, tapi tidak ada yang menjawab" Ujar Sean.

Polisi itu mencoba memencet bel nya, mengetuk pintu dan jendela sambil memanggil Nyonya Susan. Tapi tetap tidak ada jawaban.

"Mungkin kalian perlu mendobraknya" Saran Levi. Diikuti anggukan Carol dan Alvin.

Kedua polisi itu bergeming, saling bertukar pandang.

"Cepatlah, siapa tahu dia memerlukan bantuan sekarang hingga tidak bisa membukakakan pintu" Desak Anna.

Polisi itu tampak berfikir, lalu berjalan ke mobilnya. Mengambil beberapa peralatan dan senjata.


*Brak

Engsel pintu rumah itu lepas. Kedua polisi itu menyiapkan senjatanya, berjalan pelan memasuki rumah itu.

"Sebaiknya kalian tidak perlu ikut. Jika yang kalian katakan itu benar, maka penjahat itu pasti masih ada di sini. Kalian tidak membawa senjata atau sesuatu yang dapat melindungi kalian" Tegur salah satu polisi.

"Tenang saja, aku bisa karate" Ujar Anna. Tak memperdulikan kedua polisi itu dan tetap melangkahkan kakinya memasuki rumah.

"Aku akan membawa ini" Carol mengambil sebuah obeng, menunjukkannya pada polisi sambil menyengir. Ia bergegas mengikuti Anna.

Levi mengambil sebuah palu dan Alvin mengambil sebuah kunci inggris, mereka masuk mengikuti Carol dan Anna. Sean berjalan santai, melewati polisi itu. Tangannya meraih sebuah cutter yang tersimpan di sakunya.

Kedua polisi itu mendengus kesal, mereka benar-benar keras kepala.

"Apa yang kau lihat?" Carol bertanya. Anna berjengit kaget.

"Kau mengagetkanku" Anna mendengus, hendak berjalan meninggalkan Carol.

"Ann, tunggu" Ujar Carol menghentikan langkah Anna. Anna menatapnya heran.

"Aku ingin minta maaf. Jujur saja, aku juga tidak mengerti kenapa aku mencurigaimu. Tapi aku benar-benar sangat menyesal" Carol memegang tangan Anna lembut, menatapnya penuh ketulusan. Anna menghela nafasnya pelan, tersenyum.

"Oke. Tapi lain kali aku tidak akan memaafkanmu" Ujar Anna. Carol tersenyum lebar, memeluk Anna dengan erat.

"Hei, aku bisa mati sesak nafas kalau begini" Keluh Anna.

Carol tertawa renyah, melepaskan pelukannya dari Anna. Ia mengalihkan pandangannya, melihat sebuah foto dalam bingkai putih di atas nakas.

Foto Nyonya Susan, sedang tersenyum hangat menatap kamera. Disebelahnya ada seorang gadis pirang bermata biru sedang merangkul lengan Nyonya Susan, terlihat sangat harmonis.

"Itu Stella atau Steffany?" Tanya Alvin membuat keduanya kaget. Ia datang dengan tiba-tiba.

"Entahlah, tapi sepertinya ini Stella" Jawab Carol.

"Aku sudah berkeliling, tapi aku tidak menemukan foto suami Nyonya Susan atau Steffany di sini" Ujar Anna. Alvin menyernyit.

"Apa mereka bercerai? Steffany ikut dengan ayahnya dan Stella ikut ibunya?" Ujar Alvin berteori.

"Apa yang kalian lakukan di sini!!!" Seru seseorang. Mereka menoleh.

"Nyonya Susan" Ucap Carol kaget.

"Apa yang kalian lakukan di rumahku, hah?!" Tanya Nyonya Susan Lagi, matanya melotot marah. Ia berdiri di depan pintu dengan tatapan menusuk.

Dua orang polisi mendatangi Nyonya Susan dengan terpogoh-pogoh. Berusaha menjelaskan sesuatu kepadanya.

"Maaf Nyonya, kami akan mengganti kerugiannya" Ujar polisi itu akhirnya.

"Tidak perlu!!" Sela Nyonya Susan. Matanya menatap nyalang pada mereka semua.

"KELUAR!!" Perintahnya.

Mau tak mau mereka menurutinya, berjalan keluar dengan perasaan malu.

"Jangan pernah datang ke sini lagi" Tegur Nyonya Susan. Mereka mengangguk pasrah, meninggalkan kediaman Nyonya Susan dengan langkah gontai.

"Sialan!" Umpat Alvin, menendang batu di bawah kakinya dengan kesal.

"Kami rasa kita perlu bicara bukan?" Tegur seorang polisi. Mereka terdiam, menatap kedua polisi itu dengan wajah tegang.

"Sebaiknya kita bicarakan di kantor polisi sambil minum teh. Bagaimana Tuan Halbert?" Polisi itu meremas bahu Alvin, membuat Alvin meringis kesakitan.

"I-iya. Iya" Rengek Alvin.

"Bagus. Ayo, kita harus segera bergegas" Ajak polisi itu. Mereka mengikutinya.




Carol menghela nafas kasar.


Hari ini, benar-benar kacau.






***

Hayoo, udah dapat gambaran belum nih siapa Si Mata Satu? Ayo Komen komen komen yang banyak haha

SinnersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang