Selai Strawberry

64 45 8
                                    


"Wah wah apa ini Stella Wood?" Alvin menunduk, mensejajarkan wajahnya dengan gadis di depannya.

Stella memandang takut-takut. Netra birunya bertatapan dengan netra onyx milik Alvin.

"Apa ini darimu, Stella?" Carol bertanya, mengangkat amplop ungu.

"A-aku tidak tau" Stella mencicit

Anna memukul meja di depannya, berdiri menyilangkan tanggannya.

"Tidak tau? Hahaha, lalu apa ini?" Anna melempar amplop warna-warni di depan Stella. Levi tertawa mengejek.

Stella membulatkan matanya.

"Itu bukan aku, sungguh" Stella meyakinkan.

"Lalu siapa? Kau tau orangnya?" Henry bertanya dengan suara dingin.

Stella menunduk takut.

"Aku tidak bisa memberitahunya" Ujarnya takut-takut.

"Kau hanya perlu menyebutkan satu nama. Lalu kami akan melepaskanmu" Ujar Sean malas.

"Stella dengarkan aku" Ujar Carol, menatap lurus pada Stella

"Kau tau itu tindakan yang mengerikan bukan? Menaruh bangkai kucing di loker seseorang. Aku tau itu bukan kau, benarkan? Aku akan mempercayaimu. Tapi, beritahu kami siapa yang melakukannya" Lanjutnya.

Stella tetap diam semakin menunduk.

"Kami akan melindungimu, tenang saja" Ujar Alvin. Stella menggeleng.

"Maafkan aku" Badannya bergetar.

"Ck, pergilah!" Sean berkata malas.

"APA!" Levi dan Anna berteriak.

"Kita tidak bisa membiarkannya pergi semudah itu kan?" Protes Levi

"Biarkan saja" Ujar Henry singkat.

"Terima kasih"

Mereka memandang tajam Stella yang berlari keluar ruangan.

"Tak bisa dipercaya dia tetap tidak mau buka mulut" Ujar Anna, membanting tubuhnya di sofa.

"Kenapa dia tetap bersikeras" Carol heran, apa yang membuatnya seperti itu?



***


Mereka berjalan di koridor sekolah. Terlihat beberapa siswa berlarian keluar ruangan.

"Hei, ada apa?" Tanya Alvin kepada salah satu murid.

"Ada yang jatuh, ayo cepat" Jawabnya panik.

Mereka saling berpandangan, lalu bergegas lari mengikuti murid lain. Menerobos kerumunan.

"Ya Tuhan, mengerikan sekali"

"Siapa itu?"

"Apakah itu Rose?"

"Astaga"

"Dia Rosseane dari kelas 1A kan?"

"Siapa yang tega melakukan ini?"

"Apa dia bunuh diri?"

Murid-murid berdiri mengelilingi jasad seseorang. Carol mematung, menutup mulutnya tak percaya. Mengerikan sekali, darah menggenang di sekeliling tubuhnya, kepalanya remuk, tulang-tulangnya sudah dipastikan patah karena bentuk tubuhnya sudah tidak normal. Otaknya muncrat keluar, berceceran di sekitar kepalanya seperti jelly vanilla dengan selai strawberry. Tak perlu dibayangkan, nanti kau tak nafsu makan.

"Cepat panggil polisi hei kenapa kalian diam saja!" Anna berteriak, lantas berlari ke dalam memanggil guru.

Pandangan Carol mengikuti Anna yang berlari dan menabrak seseorang. Orang itu terjatuh tapi Anna tetap pergi tanpa memperdulikannya. Orang itu berdiri merapikan seragamnya. Carol masih memandangnya.

Mata mereka bertemu. Orang itu terlihat terkejut dan dengan panik berbalik memasuki sekolah. Carol dengan cepat mengejarnya.

"Stella!" Serunya. Carol menahan tangan Stella.

"Bu-bukan aku" Stella berkata lirih. Carol mengerutkan kening.

"Maksudmu?" Tanya nya heran.

"Aku tidak membunuhnya!" Stella berteriak tiba-tiba membuat Carol terkejut.

"Bukan aku. Bukan aku" Stella meracau, menutup telinganya.

"Hei kau mengenalnya?" Carol bertanya, memegang pundak Stella.

Stella diam, memandang Carol dengan tatapan yang sulit diartikan.

"TIDAK!!!" Stella berteriak lagi, mendorong Carol menjauh.

Carol terdorong beberapa langkah, memandang Stella yang sudah berlari menjauh. Kenapa dia bertingkah aneh.

"Carl"

Carol berjengit saat seseorang menepuk bahunya.

"Kenapa kau disini?" Anna bertanya.

"Aku mencarimu hehe" Ujar Carol beralasan, lantas menyeret Anna keluar.



***



Beberapa jam kemudian polisi datang, mengevakuasi jasad Rose. Kematiannya yang misterius mengguncang seluruh sekolah. Apa dia bunuh diri? Apa itu hanya kecelakan yang tidak disengaja atau apakah dia dibunuh? Tak ada yang tau.

Sekolah dipulangkan lebih awal, dan diliburkan selama sepekan. Kasus Rose masih menyisakan pertanyaan besar. Bagaimana dia bisa jatuh dari rooftop masih menjadi misteri.

Sampai berbulan-bulan tidak ada petunjuk berarti. Polisi tidak cukup bukti. Rose dinyatakan bunuh diri karena depresi. Dan akhirnya kasus ditutup.

SinnersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang