Cracked

25 8 16
                                    












Paul dan beberapa polisi datang ke toko, disusul Sean dan Chatrine. Alvin terlihat menenangkan Carol dan Anna yang terduduk lemas di lantai, wajah mereka terlihat kusut.

"Apa yang terjadi? Bagaimana Levi bisa hilang?" Tanya Sean panik, mendekati mereka. Carol menggeleng lemah.

Anna mengalihkan pandangannya, enggan menjawab. Menghapus air matanya yang kembali jatuh dengan kasar.

"Apa toko ini dipasangi cctv?" Tanya Chatrine.

Theodore mengangguk, lalu membuka komputer di depannya. Membiarkan Paul dan Chatrine melihat rekaman cctv nya.

Carol terlihat berlari keluar toko. Tak lama, Levi terlihat berjalan keluar dari toserba sambil membawa belanjaannya, lalu duduk di salah satu kursi yang tersedia di depan toko. Selama beberapa menit dia hanya memainkan ponselnya, hingga seorang wanita mengalihkan pandangannya dari ponsel. Mereka terlihat berbincang sebentar.

"Tunggu" Sela Chatrine, menyuruh Theodore menghentikan videonya.

"Carol, bisa kemari sebentar" Ucap Chatrine. Carol menyerngit, lalu berdiri dan berjalan mendekati komputer. Sean mengikuti.

"Apa kau mengenal perempuan ini?" Tanya Chatrine. Carol memperhatikan, melotot kaget. Wanita itu.


"Jane!!" Seru Carol. Masih terlihat sangat terkejut.

"Jane?" Alvin ikut kaget, bergegas mendekati mereka disusul Anna.

"Kau mengenalnya, nona?" Tanya Paul memastikan. Carol mengangguk.

"Putar kembali videonya" Perintah Chatrine.

Rekaman kembali diputar. Jane dan Levi terlihat berbincang dengan akrab, lalu Jane memberikan sebuah amplop besar pada Levi. Levi menerimanya, lalu mereka berdua berpelukan. Kemudian, Jane memasuki taksi dan taksi kuning itu berjalan hingga tak terlihat lagi direkamannya.

Levi membuka amplop pemberian Jane, terlihat terkejut dan berlari ke arah Jane pergi hingga kamera pengawas tidak menjangkaunya lagi. Sekitar 10 menit kemudian, Anna keluar dari toko. Terlihat bingung, lalu duduk di tempat Levi duduk tadi.

"Cari tahu tentang taksi itu" Perintah Paul pada anak buahnya. Beberapa polisi mengangguk, bergegas pergi.

"Bukankah itu temanmu, Carl?" Tanya Anna. Carol mengangguk lagi.

"Aku tidak tahu kalau Levi mengenal Jane" Ujar Alvin.

"Lalu, kau mengenal Jane juga?" Tanya Sean. Alvin terdiam, tak menjawab.

"Beberapa polisi sedang mencari Levi dengan melacak nomer plat taksi nya. Tapi itu tak menjamin keberadaanya, karena Levi tidak ikut masuk ke dalam taksi. Tapi dugaan sementara kita, dia mengikuti taksi itu" Ujar Paul.

"Kalian sebaiknya pulang, biar kami yang akan mencarinya" Saran Chatrine.

"Teman kami hilang, nona. Lalu kau menyuruh kami untuk diam saja?" Anna mendengus.

"Kumohon, kalian juga dalam bahaya. Tolong jangan bertindak gegabah" Tegur Chatrine.

"Kami akan segera menemukannya" Ujar Paul menenangkan.

Mereka terlihat dongkol, lalu berjalan keluar toko dengan muka kusut.

"Beri penjagaan pada mereka"  Perintah Paul pada beberapa polisi yang tersisa. Polisi tersebut bergegas mengikuti mereka.

"Terima kasih atas kerjasamanya, tuan" Ujar Paul pada Theodore.

"Tak masalah, aku senang bisa membantu" Ucap Theodore, tersenyum.

"Paul, aku ingin kau menyelidiki wanita ini" Ujar Chatrine menunjuk video Jane.










"Jangan kecolongan lagi" Lanjutnya.















***












"Sial!!" Sean mengumpat, membanting bantal sofa ke lantai. Mereka hanya diam, hening cukup lama.

"Hellmouth adalah Levi" Ujar Carol memecah keheningan.

"Kenapa kau tidak mengatakannya dari awal?!" Seru Anna marah.

"Tenang, Ann" Alvin menenangkan.

"Aku juga baru tahu tadi, maafkan aku" Sesal Carol.

"Al, apa yang kau bicarakan bersama Jane tadi?" Carol bertanya, membuat mereka kaget.

"Aku tidak bicara dengan Jane" Sanggah Alvin.

"Aku melihatmu berbicara dengan seseorang sebelum Levi menghilang, siapa dia?" Tanya Carol lagi.

"Aku bilang itu urusan biasa. Kalian tau kan kebiasaanku, Jane tidak ada sangkut pautnya dengan itu" Jawab Alvin.

"Kau mengenal Jane?" Tanya Anna. Alvin menegang.

"Kenalan baru. Aku mengetahuinya saat kita berkunjung di kafe tempat Carol bekerja dulu. Lalu kami dekat" Jelas Alvin.

"Lalu bertemu diam-diam di tempat sepi? Katakan Al, apa yang kalian bicarakan" Ucap Sean, nadanya meninggi.

"Ini tidak ada hubungannya dengan hilangnya Levi!!" Alvin berseru.

"Tapi kami tidak sedang membicarakan itu" Anna menatapnya tajam.

"Tapi kalian mencurigaiku" Kata Alvin. Anna mengedikkan bahunya, memberikan tatapan meremehkan.

"Sialan. Yang seharusnya dicurigai itu kau! Apa yang kau lakukan di kamar mandi hingga sangat lama? Kau sengaja meninggalkan Levi kan?!" Alvin berteriak, menunjuk Anna. Anna melotot, menatap Alvin nyalang.

"Tolong berhenti" Ujar Carol lirih.

"Aku yang meninggalkan Levi sendirian untuk mengikuti Alvin. Harusnya aku tidak melakukan itu" Carol menyesal.

"Sudahlah, kita tunggu saja kabar dari polisi" Ujar Sean.

"Aku harus berbicara pada Jane" Carol berdiri, hendak pergi.

"Hei, apa yang kau lakukan" Sean menahan tangan Carol.

"Aku harus memastikannya, Sean" Sela Carol.

"Apa kau bisa pergi dengan melewati itu?" Tunjuk Sean pada beberapa polisi yang menjaga di balik pintu.

"Mereka tidak akan mengizinkan kita keluar" Anna mendengus.

"Akh, Sial!!" Carol berteriak, membanting tubuhnya ke sofa.

"Astaga, Carl. Kau barusan mengumpat" Alvin terkejut.

"Apa aku tidak boleh mengumpat?" Tanya Carol.

"Tidak, bukan begitu. Tapi aku tidak pernah mendengarmu mengumpat" Jawab Alvin, diikuti anggukan Sean.


"Umpatanku memang pantas untuk Si Mata Satu" Ujar Carol.




"Jika aku bertemu dengannya. Bukan hanya umpatan saja, aku akan membunuhnya juga" Lanjutnya. Matanya menatap tajam.

SinnersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang