Bad Twins

37 14 24
                                    


Warning!!

Terdapat adegan kekerasan. Tidak untuk ditiru.

















"Bagaimana rasanya tidak mempunyai ayah, Steff?" Stella bertanya, memandang saudara kembarnya dengan penasaran.

"Apa maksudmu, Stella?" Tanya Steffany bingung.

"Aku ingin tidak punya ayah saja" Ujar Stella, tangan kecilnya terulur membenarkan penutup mata Steffany yang menutupi satu matanya.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Steffany.

"Membunuhnya, mungkin" Jawab Stella, mengedikkan bahunya santai. Tangannya menyayat tubuh ikan yang dipegangnya, tak cukup dalam untuk membuat ikan kecil itu mati. Ia kembali memasukannya ke dalam air.

Ikan itu kembali berenang dengan cepat. Menabrak-nabrakkan tubuhnya ke wadahnya dengan gelisah.

"Apa kau suka air lemon nya, ikan kecil? Bukankan itu sangat segar?" Ia mengetukkan jarinya ke wadah ikannya, tersenyum lebar.

"Kau bisa masuk penjara jika membunuh orang" Tegur Steffany, merengut tak suka.

"Kita sudah 9 tahun, sudah sangat dewasa untuk ukuran seseorang yang masih memiliki ayah. Bahkan teman sekelasku, sudah tidak punya ayah saat berumur 6 tahun. Lagipula, dia selalu memukul kita" Sela Stella.

"Ya, tapi ibu sangat mencintainya" Ujar Steffany datar, netra hijau yang tidak tertutup penutup mata itu memandang pemandangan di depannya tanpa ekspresi.

"Kita bisa menikam perutnya dengan pisau saat dia sedang tidur" Saran Stella.

"Dia tidak akan mati kalau begitu" Sanggah Steffany. Stella menggeleng tak setuju.

"Bagaimana jika mengeluarkan ususnya lalu memotongnya menjadi 6? Apa dia akan mati?" Tanya Stella polos. Steffany mengangguk.

"Itu artinya kau ingin merobek perutnya, bukan menikamnya" Jelas Steffany.

"Apapun itu yang penting dia mati kan?" Stella menatap saudara kembarnya dengan antusias, Steffany mengangguk malas.

"Jika ibu tahu dia akan membuangmu, Stella. Kalau kau ingin membunuhnya tanpa mengotori tanganmu, kau hanya perlu melakukan sesuatu pada mobilnya" Steffany tersenyum miring.

"Lalu?" Tanya Stella mulai tertarik.

"Ya, jika ada masalah dengan mobilnya dia akan mengalami kecelakaan. Aku yakin dia akan mati dengan mudah karena dia selalu mengebut" Ujar Steffany.

"Bagaimana caranya?" Tanya Stella.

"Ikut aku. Akan kuajari caranya" Ujar Steffany, kakinya melangkah menuju mobil ayahnya yang terpakir di garasi. Stella bergegas mengikutinya.

"Kau hanya perlu memotong ini" Ujar Steffany sambil menunjuk selang saluran rem mobil.

"Lalu?" Stella terlihat antusias. Netra birunya berbinar-binar menampakkan ketertarikannya.

"Hanya itu, atau kau bisa membersihkan minyak rem nya" Jawab Steffany.

"Kau memang cerdas, Steff!" Seru Stella senang.

"Tapi kau tidak perlu melakukannya, Stella. Apa kau ingin jadi pembunuh?" Tanya Steffany.

"Tak masalah, orang yang jahat memang harusnya mati. Tuhan akan berterimakasih padaku karena telah membantu-Nya menyingkirkan orang jahat. Ayah akan masuk neraka, aku yakin" Ujar Stella.

SinnersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang