Hint

30 9 24
                                    








"Apa maksudmu?!" Carol bertanya, sedikit memekik.

"Steffany tidak ada" Ucap Louis menegaskan.

"Omong kosong!" Anna menyela.

"Steffany hanya ada dalam fikiran Stella, dia tidak benar-benar ada. Aku telah mengenal Stella sejak lama, aku tidak mungkin salah" Ungkap Louis.

"Kalian terkejut bukan? Aku sebagai mantan pacarnya saja masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar" Ucap Tobias.

"Kami tidak butuh opinimu!" Sela Sean. Tobias mengedikkan bahu acuh.

"Tapi bagaimana dengan foto itu? Foto Steffany dan Stella? Kau masih menyimpannya bukan?" Tanya Carol kepada Tobias. Tobias mengangguk.

"Aku sudah melihat fotonya, tidak ada perbedaan yang signifikan. Walaupun mereka kembar, pasti ada perbedaan walaupun sedikit. Foto itu terlihat seperti dua foto yang disatukan" Jelas Louis.

"Jadi maksudmu, Si Mata Satu mengedit fotonya?" Tanya Sean. Louis mengangguk.

Mereka mengeram, Si Mata Satu benar-benar menipu mereka.

"Kau! Bagaimana kau bertindak seolah tau segalanya hah?!" Sean menunjuk Tobias.

"Aku hanya menceritakan apa yang kudengar dari Stella" Jawab Tobias panik. Dia merasa sangat bodoh sekarang.

"Intinya, yang kalian hadapi sekarang bukanlah Steffany. Dia adalah Stella" Tegas Louis.

"Tapi bagaimana bisa Si Mata Satu ada dua orang?" Tanya Alvin.

"Apa kau yakin?" Tanya Louis. Alvin mengangguk mantap.

"Aku melihatnya sendiri" Ujarnya. Mereka semakin bingung.

"Jadi maksudmu, Steffany sudah mati?" Tanya Anna. Louis menggeleng.

"Dari awal Steffany memang tidak ada, hanya ada Stella" Jawab Louis.

"Apa maksudmu? Jangan berbelit-belit!" Seru Anna.

"Tenanglah, Ann" Tegur Carol.

"Bagaimana aku bisa tenang dalam situasi seperti ini? Orang ini terus berbicara omong kosong!" Anna berteriak.

"Bisa kau jelaskan maksudmu tuan?" Tanya Carol sabar. Louis mengangguk tenang

"Sebenarnya, Stella dan Steffany adalah satu orang" Ujar Louis. Mereka semakin terkejut.

"Argh, ini membuatku gila" Alvin menjambak rambutnya.

"Stella sering mendapat perlakuan kasar sejak kecil, hal itu membuatnya mengalami trauma dan berpengaruh dengan kondisi psikologisnya. Dia selalu dituntut untuk bersikap sempurna tanpa mendapat kasih sayang yang cukup. Akibatnya, dia menciptakan 'teman' dengan sifat yang sangat berbeda dengannya. Dia sering berhalusinasi, berbicara sendiri, dan bertingkah seperti orang lain. Puncaknya, saat umurnya menginjak 9 tahun. Ia membunuh ayahnya sendiri" Ungkap Louis. Mereka tak bisa berkata-kata lagi, seorang anak kecil membunuh?

"Steffany dan Stella sangat berbeda. Stella merupakan anak yang lugu dan ceria, dia kreatif dan suka bercerita tentang apapun, tapi dia cenderung ceroboh. Dalam hal ini Stella sedang mengalami fase maniak. Kebalikannya, Stella dalam fase depresi akan cenderung lebih pendiam dan hanya berbicara secukupnya. Dia cenderung suka belajar, anti sosial, dan sangat manipulatif. Fase ini adalah saat Stella merubah dirinya menjadi Steffany" Jelas Louis.

"Jadi? Yang meneror kita selama ini hanya Stella?" Tanya Alvin. Louis mengangguk.

"Betul sekali" Ujarnya membenarkan.

"Tapi bagaimana bisa? Aku melihat matanya berbeda warna!" Seru Alvin. Mereka mengangguk setuju.

"Jadi kalian belum tahu? Stella heterochromia" Jawab Louis. Mereka terkejut untuk sekian kalinya.

"Jadi dia punya warna mata yang berbeda?" Tanya Sean. Louis mengangguk lagi.

"Tapi, saat sekolah menengah matanya berwarna biru" Ujar Anna.

"Memang benar, Stella selalu menggunakan softlens" Ujar Louis.

Carol tercengang, ini diluar nalar.

"Pembunuhan berantai ini pasti ulah Steffany. Stella tidak akan bisa menyusun rencana serapi ini dan menipu banyak orang" Kata Louis.

"Apa maksudmu? Barusan saja kau mengatakan kalau Steffany tidak ada. Tapi sekarang kau menuduhnya" Ucap Anna sinis.

"Steffany memang tidak memiliki raga, tapi dia masih hidup dalam fikiran Stella dan bisa mengendalikan Stella kapan saja. Jiwa Stella sedang dikuasai oleh Steffany, akan sangat berbahaya jika keduanya bersatu. Stella yang kreatif dan Steffany yang manipulatif dapat menciptakan monster yang sangat mengerikan" Ujar Louis memperingatkan.

"Kurasa mereka sudah bersatu sekarang, pembunuhan ini sangat tidak biasa. Jelas dilakukan oleh orang yang jenius" Ujar Anna.

Mereka semua mengangguk membenarkan.




Mereka mendapat petunjuk baru sekarang, saatnya mengakhiri cerita ini dengan 'cantik'.








Kira-kira begini warna mata Stella

Kira-kira begini warna mata Stella

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



















***

Haloha, maaf lama ga update huhu.

BTW, aku berusaha ngasih banyak clue di setiap part nih supaya ceritanya lebih 'nyambung' dan jelas.

Note :
Kalian bisa baca lagi di judul  Si Mata Satu sama Belphegor soal perbedaan warna mata di part ini ya.

SinnersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang