Bab 7

135 12 2
                                    

Tak ada yang berubah pagi ini, sarapan sudah siap di meja dan koran paginya sudah datang. Seperti biasa dia turun dengan pakaiannya yang setengah rapi, dengan tenang dia meletakan jas dan juga tas kerjanya di samping tempat nya duduk. Aku sama sekali tak meliriknya toch aku sudah hapal wajah dan gayanya tiap pagi.

Dari arah tangga aku mendengar derap langkah seseorang dan aku hapal suara itu milik siapa.

"Pagi, Sayang," dengan lancarnya ciuman itu mendarat dibibir Mas Zein, aku hanya tersenyum miring melihat kejadian itu.

 Jika benar dia mencintaiku hatinya akan sakit saat menyakitiku. Jadi kenapa harus kubalas, cukup diam dan melihat saja sampai dimana dia akan bertindak, meski hati ini kini seperti dibakar dan dilindas dengan bolduzer tapi wajah tetap harus senyum. Sakit? Jelas... Marah? Pasti. Tapi apa hakku untuk protes?.

Telephoneku berdering...

"Tunggu sebentar ya, aku segera keluar..." segera kubereskan tasku dan berlalu begitu saja tanpa pamit padanya. 

Di halaman depan, Jonathan sudah siap dengan mobilnya. Tumben dia ndak bawa motor.

"Motor lo mana?" Aku mengernyitkan alis melihat gayanya yang sok cool itu. Sebenarnya jika dia tidak lebay pastilah banyak yang nasir termasuk aku sayangnya hanya cwek stress aja yang mau dengannya. Hah..sepertinya aku juga mulai stress sekarang.

"Aku tak mau Bebeb q yang cantik ini kepanasan or kehujanan jadi aku bawa mobil aja," 

Cengiran dan juga kedipan matanya yang genit ini membuatku pingin mematahkan lehernya.

"Yakin lo bisa nyetir hah?" tanyaku penuh selidik, ini Jakarta beda dengan Malang. Disini lebih ganas dan juga lebih ruwet.

"Tenang aja Beb, aku pasti bisa kok..." sunyumnya sok cool bgt, heran aku ma cewek di sekolahku, apa mata mereka pada selinder ya. Kok sampai ngejar-ngejar Jonathan. Jujur saja aku merasa was-was juga sich.Tapi karena lagi berantem sama Kak Zein jadinya aku harus ngindari dia dulu kan.

"JO...berhenti. Gila lo ya kagak bisa nyetir ya lo?" teriaku saat kulihat dia hampir menyenggol pengendara lain tadi.

"Sory beb. Aku panic tadi." katanya gelagapan sambil membenarkan letak duduknya.

"Keluar, biar gue yang bawa."  Meski cemberut akhirnya dia mau juga menepikan mobilnya. Dengan menghentakan kaki sebel. 

Dengan jutek tingkat dewa aku mendorong nya bertukar tempat denganku. Waktu dah mepet jika tak cepat bisa telat sampai sekolah. Dasar jontor..lagak selangit, lebay sedunia.

Saat  bertukar tempat itu aku melihat mobil terios hitam terpakir tak jauh dari tempat kami berhenti, aku hapal itu mobil siapa, saat aku melihat kearahnya dia menyalakan lampu mobilnya sekilas, seakan berusaha memberiku tanda, aku hanya tersenyum sekilas dan segera melajukan mobil jontor menuju sekolah, beruntung ayah mengajariku bawa mobil dari smp jadi sedikit banyak aku bisa.

Mobil itu terus mengikutiku dari belakang sampai ke halaman  sekolah. Aku melihat sekilas dari spionku dan mobil itu masih setia mengikuti sampai aku parkir di halaman sekolah.

"suruh sopir lo ambil mobilnya di sekolah, gw ogah bareng lo lagi." aku meninggalkan Jonathan dengan kesal. Heran aku sejak kapan sich dia lebay sekali kayak gitu, padahal dulu juga ndak gitu. Apa karena sekarang dia kebanyakan fans makanya jadi kayak gitu?

Aku membalikan badanku dan ternyata aku masih melihat mobil Mas Zein masih terpakir di depan pintu gerbang sekolah. Jadi penasaran juga aku apa yang dia mau sebenarnya, aku pun menghampirinya dan mengetuk jendela mobilnya. Saat jendela di buka ternyata dia sendirian. Belum sempat aku bicara Mas Zein menarik kepalaku dan menciumku kasar hingga membuatku tak bisa bernafas. Bunyi bel yang nyaring menjadi penyelamatku.

"Jangan bikin Mas panic lagi, mengerti?"

Aku segera berlari meninggalkannya, jantungku benar-benar tak karuan sekarang. Kalau  kayak gini gimana mau lanjuti perangnya? Yang ada aku makin klepek-klepek sama dia kan. Sepertinya aku harus menjalankan rencana selanjutnya. Selama perjalanan berlangsung pikiranku benar-benar tak bisa tenang. Bayangan gadi itu dan ciuman Mas Zein pagi tadi silih berganti menguasiku sekarang, semua rasa diaduk menjadi satu, bikin neg hati dan pikiran

Aku dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang