Bagian tanpa judul 13

44 4 0
                                    

Aku tidak bisa lagi melihat ketenangan di matanya. Sikapnya kali ini benar-benar brutal. Kepalaku berdeyut.. Pintasan buram terlintas di benakku.. Tenaga sudah hampir terkuras.. Yang terjadi tak bisa di tarik lagi.  Semakin aku mengingat.. Semakin aku mencoba mengingat semakin kepalaku berdenyut. Apa ini.. Kenapa duniaku berubah 180° sekarang.

Zain tertidur pulas di sampingku. Entah setan apa yang ada di otaknya kali ini.. Atau memang ini sifat aslinya. Perlahan aku bangkit. Kakiku masih terasa gemetar.  Rasanya saat ini aku orang paling kotor dan menjijikkan. Ku kenakan bajuku yang teronggok di lantai. Aku akan membakarnya nanti..

"Za.."

"Jangan bicara lagi denganku.. Apa yang terjadi kali ini lupakan saja.. Bagiku ini hukuman yang harus kuterima untuk kesalahanku karena mengenalmu!"

"Za!"

"Jangan menyentuhku! Aku merasa orang yang paling menjijikan di dunia ini."

"Za... Mas akan bertanggung jawab."

"Aku tak butuh tanggu jawabmu! Dari awal aku sudah bilang.. Aku tak mengingunkanmu..!"

"Za... Kita sudah..."

"Ini salah! Mulai sekarang jauhi aku... Anggap aku tak pernah ada meski aku di dekatmu!"

"Itu tidak mungkin Za!"

"Kau membunuhku! Kau sudah membuatku mati meski aku hidup. Aku membencimu.. Aku, tak akan pernah menganggapmu ada!"
Aku berlalu dari kamar Zain dengan sempoyongan.. Rasa sakit ini sudah meremukkan semuanya. Kebencianku kini bertumpuk padanya.. Rasa yang dulu sempat aku nikmati kini berubah jadi kebencian dan ketakutan.. Semalam aku meratapi semuanya.. Meski aku sudah mengguyur dan merendam tubuhku berkali kali rasanya noda itu tak juga berkurang..

Airmata sudah mengering kini... Yang bisa kulakukan hanya mohon ampun, jika kelak sesuatu yang buruk terjadi maka itu kuanggap itu azab untuk dosa yang kulakuan hari ini...

Hingga pagi menjelang, kepalaku masih berdenyut.. Ya Rabb, aku tqk ingin mengingat apa yang tak ingin aku ingi. Jika memang Engkau izinkan aku melangkah kali ini.. Maka izinkanlah aku melangkah dengan kepala terangkat, ringankan langkahku. Aku tahu aku tak layak memohon.. Tapi kali ini izinkan aku melupakan semuanya... Sa seperti saat sebelumnya...hapus semuanya tanpa sisa ya Allah... Tanpa sisa....

Ya... Aku ingin Tuhan menghapus semuanya.. Sama seperti saat Tuhan mengahapus ingatanku tentang masa lalu.. Aku tak ingin ingatan itu kembali.. Sama seperti saat ini, aku tak ingin mengingat hari ini.. Aku sudah mati... Ya... Aku mati untuk kedua kalinya.

Kumantapkan kaki melangkah keluar, bagaimanapun juga aku tak bisa lari sekarang.

"Neng Za... Kok pakai kacamata lagi. Kenapa pakei masker neng? Lagi flu ya?"

"Sariawan Mbok, ibu belum ngasih kabar mbok kapan pulangnya? Lama banget."

"Belum Neng... Belum telepon lagi.. Nggak sarapan Neng?"

"Nggak Mbok.. Nanti aja beli makan di kantin." 

Kuambil handphoneku dan memencet beberapa nomor..

"Assalamuaiakum Bu, kapan Ibu pulang?"

"Waalaikum salam Za... Ibu masih pingin di sini dulu. Masih kangen sama saudara. Suaramu kenapa Za? Lagi flu"

"Ooo.. Sariawan Bu, hari ini Za ujian doain ya.. Ya dah ya Bu. Za berangkat dulu.. Sudah siang assalamualaikum."

Mendengar suara ibu aku jadi tenang.  Semoga ibu tidak menangkap kejanggalanku kali ini. Aku harus kuat... Hanya tinggal beberapa hari lagi.

"Mbok.. Nanti nggak usah nyiapin makan ya.. Aku pulang telat. Tapi coba tanya mbak Sisca sapa tahu dia mau makan di rumah."

"Mbok siapi makan malam saja. Nanti malam aku mau makan malam di rumah sama Zein." seperti biasanya.. Mbak sinta selalu antusias.

"Zain. Tumben kau pake kacamata...kau juga Za. Kenapa tanganmu Za. Lecet semua kayak gitu. Kedokter yuk jangan-jangan itu lagi.. Kenapa pake masker kayak gitu?"

"Sariawan mbak, Nggak ada waktu ke dokter mbak.. Za ada ujian...  Assalamualaikum."

"Za aku antar..!"

Zain mencekal tanganku tapi reflek aku mengelak dan mendorong tubuhnya dengan keras.  Tiba-tiba saja sekujur tubuhku gemetar.
aku langsung berlari keluar
Menyetop taxi yang kebetulan lewat.

Hanya beberapa hari lagi... Ya.. Neraka baru ini hanya perlu beberapa hari aku lewati.

Disekolah pun aku tak bisa berkonsentrasi. Semua yang ada dikepalaku buyar seketika. Perutku terasa perih.. Dari kemarin siang belum terisi. Tanganku mulai gemetaran. Barisan kata yang tertera di sana terasa buram buatku. Mataku tiba-tiba perih. Bergegas aku bangkit dan meninggalkan kelas.

Aku dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang