* * *
KINI mereka sedang makan di salah satu kafe terkenal, Rasi dan Laluna menyetujui untuk makan di sana. Mereka duduk saling berhadapan. Laluna sibuk dengan makanannya sementara Rasi sibuk memperhatikan wajah Laluna. Rasi tersenyum terus karena untuk pertama kalinya ia merasa bahagia berada di dekat perempuan.
"Ras."
"Iya, Na."
Laluna kini mendongak balas menatapnya. "Cewek kemarin itu pacar lo?"
"Siapa?" tanya Rasi tidak mengerti.
"Yang ajak ngobrol lo."
"Oh, Airin," seru Rasi mengingat. "Bukan."
"Kalian ngobrol apa kemarin?" tanya Laluna lagi. Namun mulutnya kembali memakan makanan yang sudah dipesannya tadi.
"Kebanyakan basa-basi."
Laluna mengangguk. "Dia suka sama lo."
"Iya," jawab Rasi lagi.
"Lo tau?" Laluna membelalak saat mendapatkan informasi itu.
"Dia bilang langsung."
Laluna tersedak mendengarnya. "Berani juga. Dan lo suka sama dia?"
Rasi menggeleng cepat. "Nggak. Gue udah tolak dia berulang kali tapi masih aja berusaha dekat."
Tidak habis pikir mendengar itu, ada saja cewek yang bertahan padahal cintanya ditolak. Mungkin seperti itu yang ia perbuat, tapi Rasi pasti memiliki alasan yang membuatnya menolak.
"Cemburu, Na?" tanya Rasi tiba-tiba, menggoda cewek itu agar mengaku. Namun dirinya malah mendapat toyoran dari Laluna tapi ia tetap tertawa. "Kalau cemburu ngaku aja, Na."
"Heh, jangan asal nyebut ya. Gak mungkin gue cemburu."
"Tapi tadi lo kepo." Rasi tidak akan berhenti menggoda Laluna. "Ah, baru tau kalau ternyata Laluna kepo. Laluna kepo. Laluna kepo."
"RASI NYEBELIN!" Tatapan kesal ditujukan kepada cowok itu. "Kalau aja gak di tempat ramai, udah gue tonjok muka lo."
"Jahat banget," ucap Rasi meringis mendengar itu. "Kalau wajah ganteng gue hilang gimana?"
"Ih, orang sok pede. Bilang ganteng buat diri sendiri."
"Kalau bukan diri sendiri yang puji entar orang lain gak percaya gue ganteng." Rasi lagi dan lagi sok percaya diri. "Bilang ganteng aja sih, Na, kalau lo gak bilang gue ganteng nanti lo yang malu lagi kalau punya pacar jelek."
Laluna menatapnya jijik. "Ngarep banget lo."
Walaupun Rasi menekuk wajahnya tapi ia tetap senang berada di dekat Laluna. Sepertinya kalau sudah jatuh cinta, rasanya terus saja bahagia padahal Laluna sama sekali tidak mendukung ucapannya.
"Laluna gak mendukung nih," seru Rasi pasrah atas apa yang didengarnya.
"Kalau lo ganteng mungkin satu kafe ini bakal ngelirik lo," jawab Laluna memang benar adanya. "Tapi mereka gak ada tuh yang terpesona sama muka lo."
"Ya kan yang lagi lihat gue cuma lo doang," balas Rasi tak kalah menunjukkan bahwa dirinya lebih baik. "Gak mungkin juga mereka lihat, gue dateng sama lo kecuali kalau gue ke sini sendirian. Mereka pasti mikir kalau gue udah punya pacar."
"Tapi lo bukan pacar gue."
"Mereka kan nilai dari yang dilihat, masa mau nanya lo dulu?"
"Lama-lama gue siram juga muka lo pake jus."
Rasi tertawa. "Ampun, Na."
Laluna menjulurkan lidahnya karena dirinya berhasil unggul dari perdebatan ini. Terdengar konyol memang tapi Laluna menyadari kebersamaannya kali ini dengan Rasi bisa melupakan kesedihannya akan Antariksa.
Melihat Laluna yang terdiam membuat Rasi memperhatikan cewek itu. "Antariksa lagi?"
Laluna mengangguk. "Gue baru ingat dia."
"Ada apa?"
"Ngerasa kalau Antariksa mau pergi, tapi gue juga takut dia benar-benar pergi dari pikiran gue."
Rasi tidak mengerti. "Kenapa bisa?"
"Gue baru sadar dari tadi gue pergi sama lo," seru Laluna menjeda, merasa sedih. "Gue gak mikirin dia."
* * *
Terus vote komen dan share yaa
Semoga sukaa😊
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIOFOLLOW TIKTOK
@ERLITASCORPIOTERIMA KASIH💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Bulan Tidak Pernah Ada
Romance[PEMENANG WATTYS 2021 KATEGORI "NEW ADULT"] "HEI!" Rasi, cowok itu kembali memanggil. Sejujurnya Rasi ingin bertanya kenapa dengan cewek itu, namun sepertinya terlalu lancang pada pertemuan pertama mereka. "Gue mau tau nama lo?" Cewek itu berhenti d...